Kebenaran Al Qur’an Terbukti ke Masa Depan

ILUSTRASI: Menanti Lailatul Qadar (Foto: istimewa)

COWASJP.COMALHAMDULILLAH, memasuki hari ke-21 Ramadan saya meluncur ke Blitar untuk memberikan kajian di RS Syuhada’ Haji, setelah shalat Jum’at. Semoga rahmat dan barokah Allah selalu terlimpah kepada kita semua dalam menjalani rangkaian ibadah Ramadan yang penuh hikmah.

Sepuluh hari terakhir bulan Ramadan adalah etape yang paling krusial dalam pencapaian dampak ibadah Ramadan. Ibarat dalam pewayangan, seorang petapa akan mengalami godaan yang semakin berat, menjelang turunnya ‘jimat kalimasada’ sebagai senjata pamungkas yang tiada bandingnya. Di akhir Ramadan inilah seorang ‘shaimin’ – pelaku puasa – berpeluang memperoleh Lailatul Qadr.

Lailatul Qadr adalah saat-saat turunnya hikmah Al Qur’an kepada para shaimin yang bisa menjalani ‘pertapaannya’ dengan baik. ‘Jimat kalimasada’ selalu turun di akhir masa pertapaan, karena kualitas kejiwaan 'sang petapa' harus ditingkatkan dulu selama berhari-hari puasanya, supaya matching dengan karunia yang bakal diturunkan kepadanya.

Turunnya hikmah dan hidayah selalu dimulai dengan keyakinan akan memerolehnya. Itulah yang disebut sebagai keimanan. Sebuah sikap optimistik dalam mencapai kebenaran setelah dilakukannya upaya pemahaman. Tapi, keimanan memang bersifat pilihan subjektif. Bergantung pada kecerdasan spiritual seseorang terhadap sesuatu yang akan dipilihnya.

Karenanya, seseorang juga bisa bersikap pesimistik. Dan kemudian memilih untuk tidak memercayainya. Yang kemudian berujung pada tidak memeroleh hikmah ataupun hidayah atas masalah tersebut. Yang demikian ini ditegaskan oleh Allah di dalam ayat berikut ini, tentang pilihan untuk 'beriman ataupun tidak' terhadap petunjuk Al Qur’an sebagai sumber hidayah.

“Katakanlah: "BERIMANLAH kamu kepadanya atau TIDAK USAH (sekalian). Sesungguhnya orang-orang yang diberi ILMU sebelumnya apabila dibacakan Al Quran kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.” [Qs. Al Israa’ (17): 107]

Ya, hanya orang yang berilmu saja yang bisa bersikap benar dalam proses keimananannya. Sesungguhnya, keimanan semacam ini bukan hanya terjadi di dalam spiritualitas. Melainkan juga di dunia ilmu pengetahuan atau sains. Dalam dunia sains, seorang ilmuwan didoktrin untuk mengemukakan sikap skeptis terhadap segala hal yang belum mereka pahami. Yakni, sikap untuk selalu mempertanyakan kebenarannya. 

Tetapi sikap skeptis itu sesungguhnya baru ‘separo sikap’ untuk memeroleh kebenaran. Ia masih harus dilengkapi dengan ‘separo sikap’ lainnya, yakni: optimis ataukah pesimis. Jika optimis, ia akan memeroleh ‘hidayah kebenaran’ di masa depan. Karena dengan optimismenya, ia akan terus berusaha untuk membuktikan dalam proses pencarian yang penuh keyakinan. Dan akhirnya menemukan. 

Sebaliknya, bagi yang pesimistik, ia hanya akan bertanya dan bertanya sambil terus menerus 'mencari-cari kesalahan' terhadap apa yang sedang dipertanyakannya. Orang semacam ini tidak akan pernah mendapat ‘hidayah kebenaran’. Dalam istilah Islam disebut sebagai orang yang ingkar.

Barangsiapa optimis, dan kemudian mencari kebenaran, maka ia akan bertemu dengan kebenaran. Sebaliknya, barangsiapa pesimis, dan terus mencari-cari kesalahan, maka ia hanya akan berputar-putar dalam kesalahan-kesalahan atas apa yang dipertanyakannya. Jadi, semua ini memang soal pilihan belaka. Sebuah pilihan yang mencerminkan kedewasaan spritualitas kita.

Maka, di sepuluh hari terakhir Ramadan ini keimanan kita akan diuji oleh-Nya: apakah kita termasuk orang yang beriman dan optimis terhadap kebenaran Al Qur’an. Jika iya, maka InsyaAllah kita akan termasuk orang yang bakal memeroleh hidayah dari proses i’tikaf yang sedang kita jalani ini. Sebuah upaya untuk membuka pintu jiwa kita selebar-lebarnya, menyongsong datangnya malam kemuliaan: Lailatul Qadar. InsyaAllah...

Maka, PERTANYAAN yang mesti Anda jawab kali ini adalah:
1. Di ayat manakah Allah berfirman bahwa kebenaran Al Qur’an ini akan terus terbukti ke masa depan?
2. Menurut Anda, kenapakah ada orang-orang yang tidak bisa menangkap hidayah meskipun ia telah melihat kebenaran di depan matanya?

Selanjutnya, PEMENANG edisi ke-20, berdasar pada jawaban yang masuk di facebook dan Agus Mustofa eLibrary adalah: Firda Faradissabil 
1. Semua kemampuan literal Rasulullah adalah atas tanggungan Allah. Di ayat berapakah Allah berfirman demikian?
Jawaban: QS. Al Qiyamah (75): 16-19
"Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya . Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya."2. Di era Madinah, Rasulullah melakukan banyak perjanjian secara tertulis dalam bidang politik termasuk surat menyurat kepada penguasa setempat. Dimanakah bukti-bukti surat beliau tersimpan?
Jawaban: Tersimpan dan diabadikan di berbagai negara, seperti Museum Topkapi Istanbul Turky, Irak, dan Yordania.

Selamat, Anda memeroleh hadiah buku Serial Diskusi Tasawuf Modern berjudul: "AL QUR’AN INSPIRASI SAINS". Silakan hubungi 0878 5433 5454 untuk alamat pengiriman hadiahnya. Salam.

ADA CUPLIKAN VIDEO & HADIAH BUKU SETIAP HARI

http://agusmustofa.com/

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda