Sesepuh dan Bendahara Cowas JP

Sepenggal Pesan dari Seorang Sahabat Lama (3-Habis)

Anggota Cowas JP foto bersama seusai acara ramah tamah. (Foto-foto: CoWasJP)

COWASJP.COM – ockquote>

MESKI begitu, saya masih tetap kuatir. " Mas (Slamet) ini reuni lho, nek sing teka mek wong wolu? Lak jenenge omong omongan. Gak reuni." " Sampeyan lha kuatir ae. Wis ta percaya aku akeh-akeh sing teka. Mene tak golekane maneh konco-konco mantan iki", ujar Slamet menenangkan hati saya.

Sementata itu, Yu Srie tiba tiba ke Jogja. Untungnya dua hari kemudian BBM memberi beberapa nomor HP yang diperolehnya dari Oemiati, mantan sekretaris Jawa Pos. Nomor-nomor antara lain milik Roso Daras, mantan wartawan era Kembang Jepun. Kemudian ada nomor dari teman-teman Biro Malang.

BACA JUGA: Sepenggal Pesan dari Seorang Sahabat Lama (1)

abdul-muisKA2w.jpg

Cak Amu dengan gaya ciri khasnya.

"Lumayan, pikir saya. Setidak-tidaknya sudah 18 orang yang kita undang reuni. Tapi ya itu tadi, di mana tempat layak untuk reuni. Nah, di saat hati ini sedang hiruk pikuk, tiba tiba Slamet telepon.

BACA JUGA: Sepenggal Pesan dari Seorang Sahabat Lama (2)

Sungguh, berita yang disampaikan Slamet menambah kepala saya serasa digerus parut. Bayangkan, isi beritanya menyatakan Slamet tidak setuju kalau reuni dilaksanakan di Sidoarjo. Ternyata sang perokok berat ini setelah menanyakan ancer-ancer lokasi restoran lesehan yang ditawarkan Yu Srie ke Eko Kletek, telah survei ke lokasi. Menurut Slamet, tempatnya terlalu masuk. Dari jalan raya masih satu kilo meter. Jangan-jangan reuni hanya dihadiri lima sedulur karena puluhan sedulur lainnya maunya hadir tapi kesasar!

arif-afandim7k03.jpg

Trio berkacamata...

"Terus yok apa. Tanggale mepet iki wis tanggal 12 (Agustus 2015). Isa gembuk awake dewe," sahut saya di ujung HP. 

Mendengar jawaban saya, Slamet mengusulkan secepatnya memindahkan lokasi dan secepatnya pula memberi tahu teman teman yang diundang. Karena beberapa teman sudah mengetahui lewat Face Book kalau rencana reuni bakal dilaksanakan hari Minggu 16 Agustus. 

Tak ada jalan lain, setelah menerima telepon saya yang hari itu ditemani istri, langsung berangkat mencari tempat yang cocok. Tapi untuk hari Minggu tgl 16 Agustus yang kami datangi semua penuh. Tentu saja kepala ini cenut cenut rasanya.

Ya, mau tidak mau saya menyerah pada kehendak manajer Restoran Mahameru di Jalan Diponegoro Surabaya. 

abrorHG1O4.jpgYang sang satu berkaca mata dan yang satu berkumis dan berjenggot, Gus Arif (Kiri) dan Gus Abror. 

" Yang kosong hari Rabu 19 Agustus malam, Pak," ujar marketing Mahameru. 

Begitulah, tak ada pilihan lain, maka malam harinya bersama Slamet menyerahkan uang muka. 

Sementara sebelum menyerahkan uang muka, Slamet menyerahkan uang Rp 500.000 dari seseorang tak mau disebut namanya. Itu yang membuat semangat kami semakin bergelora untuk mengumpulkan  balung-balung tuwa". Alkisah, saya dan Slamet sudah dapat tempat, tinggal memikirkan biaya. Ternyata Allah tak menginginkan hamba Nya dipenuhi kegelisahan. Selang dua hari sahabat saya Cholilie Ilyas bertandang ke rumah. Lelaki pengusaha ini langsung menyambut gembira rencana reuni, bahkan sudah transfer Rp.500.000. Demikian juga Sudirman sedulur yang tinggal di Manukan Surabaya ini juga siap membantu.

Demikian juga teman teman yang lain, mereka menyatakan sudah sangat kangen satu sama lain. Akh, mudah-mudahan tak ada aral menghadang. "Itulah yang kuharapkan siang malam. 

Dan malam yang saya tunggu akhirnya tiba dan Yu Srie yang sudah tiba kembali di Surabaya, sejak jam 18.20 sudah menyiapkan stoples untuk tempat para sedulur yang menyumbang. 

rosoD2WtI.jpgSenyum itu indah

Nah, tepat pukul 18.30 para sahabat pensiunan Jawa Pos sudah mengalir ke ruang barat Restoran Mahameru. Satu per satu saya mengingat ingat mereka. Bukan itu saja, orang-orang yang ikut " lara lapa" di zaman revolusi" Jawa Pos itu saling berpelukan. Luar biasa, tak terasa mata ini sudah tergenang air haru. Tak kurang dari 50 insan pensiunan yang hadir. Aku sempat menengok ke Slamet, dia menyambut dengan mengacungkan jempol. 

" Lha itu mas Arif (Afandi) sekalian, " ujar Slamet setengah berteriak. Hem, lega rasanya, karena saya tak menduga yang hadir sebanyak itu dari Malang, Mojokerto, Semarang, Bogor dan Jakarta menyatu dalam rindu. Dan..tanpa ba bi bu Slamet malam itu menyelipkan amplop berisi uang tunai Rp 1 juta dari Cak Abror. 

Sementara, Arif tiba tiba mendekati saya, menyuruh minta nambah menunya. Karena hampir habis. " Kurang berapa uangnya?":tanya Arif.  Saya jawab sekenanya, " Kurang tujuh ratus ribu" 
Sebentar kemudian Arif keluar, tak sampai 5 menit langsung menyerahkan uang.

Itulah lika liku perjalanan reuni yang tentu saja diselingi nyanyi dan gelak tawa berkat kepiawaian MC Cak Amu. 

tikno4Ftm.jpg

Akhirul kata, malam itu kami sepakat memilih Arif dan DR Imron Mawardi sebagai sekretaris CoWas JP ( Konco Lawas Jawa Pos ). 

Sebaris nama hasil renungan Tikno, mantan karyawan iklan, dilontarkan. Yaitu CoWas JP. Inilah nama yang langsung disepakati secara aklamasi oleh para hadirin reuni. Nama CoWas pun pada akhirnya punya slogan " Seduluran Sampek Matek". Slogan hasil hasil renungan Arif Afandi, mantan Pemimpin Redaksi Jawa Pos inilah yang diharapkan jadi tonggak kehidupan dan kebangkitan kembali seduluran Konco Lawas Jawa Pos. Semoga ! (Habis)

Besok baca juga cerita terbaru dari KOESNAN SOEKANDAR dengan Judul: ANTARA PENITI DAHLAN DAN GEMURUHNYA KEBANGKITAN

Pak Tikno (pegang mik) dan Pak Dirman (duduk pakai peci hitam yang akrab dengan panggilan pak KL)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda