Tafakur Ramadhan (13)

Dzikir, Meresonansikan Energi Makna

ILUSTRASI: Dzikir (Foto: Tribnunnews)

COWASJP.COMKITA memasuki puasa hari ke-13. Alhamdulillah. Segala ungkapan rasa syukur kita sanjungkan kepada Allah yang menguasai seluruh hajat hidup kita. Semoga puasa, shalat, dan seluruh proses latihan menjadi orang bertakwa selama hari-hari yang telah kita lalui mendapatkan ridha-Nya.

Al Qur'an memiliki energi yang sangat besar. Yang jika diturunkan ke gunung, ia bisa hancur terbelah. Demikianlah perumpamaan yang diceritakan Allah di dalam Al Qur'an, untuk menggambarkan betapa besar energi yang tersimpan di dalamnya. Bahkan di ayat lain, disebut bisa membuat gunung-gunung bergoncang dan bumi terbelah...

Lantas, ada seorang kawan yang memahami perumpamaan itu secara harfiah. Ia meletakkan kitab Al Qur'an di gunung dan bertanya: "Kok gunungnya nggak hancur?" Tentu saja. Bukankah Al Qur'an menyebutnya sebagai perumpamaan?

Karena itu, jangan salah tafsir. Dan kemudian memerlakukan tulisan-tulisan di lembaran kitab Al Qur'an sebagai jimat. Ada yang memotong lembaran kitab suci itu, lantas melipat-lipatnya, dimasukkan ke dalam sabuk sebagai jimat. Atau, ada juga yang menjadikan Al Qur'an Istambul yang berukuran 3x4 cm sebagai liontin. Juga sebagai jimat. Bahkan, ada yang membakar lembaran-lembaran bertuliskan ayat-ayat suci itu, terus mencampurnya dengan air dan meminumnya. Tentu semua itu adalah kesalahkaprahan dalam beragama.

Energi Al Qur'an sangat besar: iya. Tetapi bukan di tulisan-tulisan fisiknya itu, melainkan tersimpan di dalam maknanya. Barangsiapa memahami isi kandungan Al Qur'an, maka ia akan memeroleh energi sangat dahsyat yang bisa mengubah peradaban manusia. Dan itu sudah dibuktikan oleh Rasulullah beserta para sahabat yang berhasil menjadikan umat Islam sebagai kiblat peradaban dunia selama berabad-abad di zaman keemasannya.

Itulah yang saya sebut sebagai 'energi makna'. Sebuah energi yang terkandung di dalam kalimat-kalimat informasi, yang jika dipahami dan diterapkan bisa mengubah apa saja. Termasuk menghancurkan gunung dan bahkan planet Bumi ini.

Energi makna itu berbeda dengan energi benda mati. Karena, ia memang tersimpan di dalam makna kalimat, yang baru aktif ketika ditransfer oleh makhluk hidup berkecerdasan yang memahami makna tersebut. Sebaliknya, tidak akan menghasilkan apa-apa bagi yang tidak memahaminya.

Itulah sebabnya, Al Qur'an mengajarkan, bahwa orang-orang yang bakal memeroleh transfer energi itu hanyalah orang-orang yang hatinya bergetar-getar saat membaca Al Qur'an. Getaran-getaran berfrekuensi tinggi yang memancar dari otaknya, jantungnya, bahkan dari seluruh tubuhnya, saat ia membaca firman-firman Allah.

Getaran yang muncul di sekujur tubuhnya itu menunjukkan jiwanya telah teresonansi energi Al Qur'an secara maknawi. Bukan secara jasadi. Karena sesungguhnya, jasad kita hanya terimbas saja oleh getaran jiwa yang sedemikian kuat itu. Sebuah fenomena psikosomatik dimana badan terimbas oleh aktivitas jiwa, dalam bentuk resonansi getaran. Yang kemudian diikuti oleh mekanisme homeostasis yang menyeimbangkan produksi hormonal di seluruh tubuh kita...

Maka, PERTANYAAN yang mesti Anda jawab kali ini adalah:

1. Dimanakah Allah berfirman bahwa orang-orang yang beriman akan bergetar hatinya ketika disebut nama Allah dan dibacakan ayat-ayat-Nya?

2. Kenapa orang beriman kok hatinya bergetar saat disebut Nama-Nya atau Ayat-ayat-Nya? Apa kaitannya getaran hati dengan keimanan? 

Selanjutnya, PEMENANG edisi ke-12, dari jawaban yang masuk di facebook dan Agus Mustofa eLibrary adalah: Ludfi Dwi Ariestiawan.

1. Di surat apa dan ayat berapakah info tentang pengabulan doa terkait dengan orang yang sedang berpuasa itu?

Jawaban: "Dan, apabila hamba-Ku bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang Aku, maka (sampaikanlah) sesungguhnya Aku dekat, Aku menjawab permohonan doa yang dipanjatkan kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu mendapatkan petunjuk" (Q.S. al Baqarah: 186).

2. Menurut Anda kenapa doa orang yang sedang berpuasa mustajab?

Jawaban: Orang yg berpuasa adalah orang yg sangat dekat dg Allah. Puasa adalah ibadahnya orang ma'rifat. Jadi seseorg yg sedang berpuasa meskipun dlm maqam awam, seolah2 dia sedang dlm kondisi ma'rifat kpd Allah. Dia selalu merasa Allah berada di dekatnya, mengawasinya, maka itu dia tdk berani melanggar pantangan puasa meskipun sedang sendirian.

Selamat, Anda memeroleh hadiah buku Serial Diskusi Tasawuf Modern berjudul: "MAKRIFAT DI PADANG ARAFAH". Silakan hubungi 0878 5433 5454 untuk alamat pengiriman hadiahnya. Salam.

ADA CUPLIKAN VIDEO & HADIAH BUKU SETIAP HARI.
Link di bawah ini: http://agusmustofa.com/​

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda