Tafakur Ramadhan (5)

Ber-Islam Itu Mudah, Jangan Dipersulit

ILUSTRASI: (Foto: istimewa)

COWASJP.COMALHAMDULILLAH, kita memasuki puasa hari kelima. Insya Allah badan lebih sehat dan kualitas jiwa kita meningkat. Beberapa hari awal puasa adalah masa-masa adaptasi, dimana badan akan menyetel segala mekanismenya untuk mengatasi 'tantangan' yang kita berikan kepada badan dan jiwa kita.

Ada yang butuh adaptasi singkat, 2-3 hari. Ada pula yang butuh lebih lama berkisar satu minggu. Maksimal, sepuluh hari. Itulah yang oleh Rasulullah SAW disebut sebagai fase sepuluh hari pertama dalam bulan Ramadan. Fase dimana diri kita menyesuaikan diri, dan oleh beliau disebut sebagai fase yang penuh dengan rahmat.

Karena, secara kesehatan, tubuh sedang melakukan berbagai pengondisian untuk menyeimbangkan kembali mekanisme homeostasis tubuh. Yakni, mekanisme keseimbangan hormonal yang berperan sangat penting dalam sistem kesehatan diri kita, lahir dan batin. Saat-saat Allah mencurahkan rahmat lebih banyak kepada kita, setelah sistem keseimbangan tubuh kita porak poranda selama setahun tidak berpuasa.

Ya, semua ibadah di dalam Islam memang berfungsi untuk memperbaiki kondisi diri kita sendiri. Secara pribadi, sosial, maupun spiritual. Tidak ada yang untuk Allah. Semuanya untuk makhluk. Dia Adalah Dzat Yang Maha Memberi, Maha Pemurah. Bukan Dzat yang suka meminta dan membutuhkan sesuatu dari makhluk-Nya.

Segala macam bentuk ibadah adalah rahmat bagi kita. Karena itu, sudah sepantasnya kita tidak merasa terpaksa dalam menjalankannya. Bahkan mesti kita lakukan dengan sikap hati yang menyukurinya. Segala perintah-Nya bukan untuk mempersulit kehidupan kita. Justru, sebaliknya, untuk memudahkannya. Agar kita tidak menemui masalah, yang membuat kita sendiri menderita.

Maka, terkait dengan ibadah puasa ini pun, Allah menegaskan bahwa Dia tidak sedang mempersulit hidup kita. Malahan, mempermudahnya. Dia sedang memroses dan men-"tune up" setelan tubuh kita agar menjadi sehat lahir dan batin. Sehingga, seusai puasa, kita menjadi hamba yang lebih berkualitas dalam menjalani hidup.

Jadi, ingat-ingatlah, bahwa berislam itu mudah. Karena itu jangan dipersulit. Contoh prakteknya banyak, dalam ibadah sehari-hari kita. Misalnya, puasa itu wajib. Tapi jika berhalangan, boleh tidak berpuasa. Dan menggantinya di hari lain. Bagi orang sakit, lemah, wanita hamil dan menyusui,  atau sudah tua, boleh juga membatalkannya dan menggantinya di hari lain. Atau, cukup dengan memberi makan orang miskin.

Bukan hanya puasa, shalat pun mudah. Jika dalam perjalanan yang menyulitkan, maka shalat bisa dijamak atau bahkan diqashar. Yakni diringkas dan dikumpulkan ke waktu lainnya. Jika tidak mampu sambil berdiri, boleh dilakukan sambil duduk. Jika tidak bisa, ya boleh sambil berbaring. Bahkan jika tidak mampu bergerak, lakukan dengan isyarat saja, yang penting hatinya tetap 'sembahyang' kepada-Nya.

Demikian pula berwudlu. Jika kesulitan menemukan air, bisa dilakukan dengan debu yang bersih. Disebut tayamum. Juga soal makanan. Jika tidak menemukan makanan yang halal, untuk mempertahankan hidup diperbolehkan memakan yang haram. Pokoknya, berislam itu mudah. Karena itu, jangan dipersulit. Allah tidak sedang menghendaki kesulitan bagi kita. Justru, Dia sedang menghendaki memudahkan kehidupan kita. Dengan rahmat-Nya...

Maka, PERTANYAAN di hari kelima ini adalah:

1. Di ayat manakah Allah berfirman bahwa Dia menghendaki kemudahan dan bukan hendak mempersulit hamba-Nya?

2. Menurut Anda, kenapa masih ada persepsi sebagian orang yang mengira agama ini begitu sulit dijalani?

Selanjutnya, PEMENANG hari keempat - sesuai jawaban yang ada di facebook dan Agus Mustofa eLibrary adalah atas nama: Niem Sukmawarni Niswa 

1. Di ayat manakah Allah menyatakan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Karena sesungguhnya, sudah jelas perbedaan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang bermanfaat dengan yang membawa mudharat?

"Tidak ada paksaan dlm beragama Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (AlBaqarah-256)

2. Dimana pula ayat yang menyatakan Allah sama sekali tidak membutuhkan makhluk-Nya, melainkan kitalah sesungguhnya yang membutuhkan Dia?

Wahai manusia ! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji. (Q.S. Fathir : 15)

Anda memperoleh hadiah buku Serial Diskusi Tasawuf Modern berjudul: "SALAH KAPRAH DALAM BERAGAMA". Silakan hubungi Tien 0878 5433 5454 untuk alamat pengiriman hadiah. Salam.

ADA CUPLIKAN VIDEO & HADIAH BUKU SETIAP HARI.

Untuk melihat video silakan klik: http://agusmustofa.com/

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda