Belajar dari Masjid Jogokaryan Jogja (2)

Semua Dikembalikan untuk Jamaah

COWASJP.COM – ockquote>

Oleh: Erwan Widyarto

                SEIRING dengan semakin banyaknya jamaah, pengelola (takmir) masjid pun terus berupaya meningkatkan pemberian layanan terhadap jamaah. Dengan bersandar pada pemetaan potensi jamaah, selain peningkatan kenyamanan salat berjamaah di masjid juga diperhatikan pemberian santunan ekonomi dari zakat, infak dan sedekah jamaah yang dikumpulkan.

BACA JUGA: Lakukan Pemetaan Jamaah

                Jamaah yang berasal dari keluarga tidak mampu dibantu mengatasi masalahnya. Yang kesulitan beaya pendidikan, kekurangan beaya pengobatan keluarga yang sakit, sebisa mungkin diberikan bantuan. Ada prinsip semua yang dari jamaah dikembalikan untuk jamaah. Uang infak salat Jumat, misalnya, tidak boleh disimpan lama-lama. Infak Jumat minggu ini harus habis dalam minggu ini. Tentu saja dihabiskan dengan peruntukan yang jelas dan sesuai syariat.

Pelaporan penggunaan uang jamaah dilakukan secara transparan. Satu rupiah pun harus dicatat jelas. Hal ini berlaku untuk semua jenis dana yang dihimpun dari jamaah. Kecepatan menyalurkan dana dan transparansi penggunaannya ini semakin meningkatkan kepercayaan jamaah untuk menyerahkan zakat, infak dan sedekahnya ke masjid. Yang memiliki kemampuan lebih pun semakin mudah mengeluarkan zakat, infak dan sedekahnya.

Kelola Unit Usaha

                Prinsip lain yang menarik dalam manajemen Masjid Jogokaryan adalah tidak menggunakan dana zakat, infak Jumat, dan infak taraweh untuk membangun masjid atau untuk pengelolaan masjid. Ini terjadi setelah manajemen tertata dengan baik. Dana untuk pengelolaan masjid sepenuhnya didapatkan dari usaha yang halalan thoyyiban. Maka, masjid pun lantas memiliki sejumlah unit usaha. Usaha ini ada di sekitar masjid, tapi juga ada yang menyebar di sejumlah tempat hingga luar Jawa.

                Usaha-usaha inilah yang secara rutin memberikan masukan finansial untuk pengelolaan masjid. Di antaranya Angkringan Jogokaryan yang dikelola bersama seorang pengusaha rumah makan. Angkringan ini ada di sejumlah kota di luar Jawa. Sepuluh persen keuntungan masuk ke dalam kas masjid.

                Usaha lainnya adalah hotel dan gedung pertemuan. Letaknya di dekat masjid. Wilayah Jogokaryan cukup strategis bagi wisatawan yang ingin menikmati Jogja. Ke mana saja dekat dan aksesnya mudah. Hotel ini dikelola secara syariah.

Guna melengkapi kebutuhan pengguna, kini juga dikembangkan layanan outbond. Outbond dilakukan di kawasan Magelang. Ini menjadi embrio gerakan Wisata Halal yang sekarang ramai dikembangkan.

Begitulah. Lewat pengelolaan yang terencana, terstruktur dan transparan, Masjid Jogokaryan menjadi pioner manajemen masjid yang profesional. Para pengelola masjid pun bisa menirunya. Bulan Ramadhan ini, kesempatan baik untuk mengawali.

*) Erwan Widyarto,  pengurus takmir masjid di Jogja.

Tulisan Sebelumnya : Lakukan Pemetaan Jamaah

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda