Laporan dari Swiss (24)

Liburan Akhir Tahun ke Basel, Kandang Klub Sepakbola Top di Swiss

Tampak depan Museum Mainan Basel (Foto-Foto: Okky Putri Prastuti ST MT

COWASJP.COM – Merry Christmas!!!! Selamat merayakan Natal. Wishing you have a wonderful Christmas!! 

Seperti cerita minggu lalu bahwa kami di sini ikut menikmati nuansa keindahan natal. Ucapan selamat natal juga diucapkan ke kami dari tetangga apartemen, kasir supermarket, dan juga sesama orang tua saat menjemput Zirco di sekolah. Walau tahu saya berjilbab. Seperti di Indonesia saat Lebaran. 

Kita bersalaman dan berucap mohon maaf lahir dan batin ke semua orang. 

Pada tanggal 24 Desember 2021 lalu, sekolah sudah mulai libur kembali. Selama 2 minggu. Di hari terakhir masuk sekolah itu guru Zirco: Madame Isabelle menghampiri kami. Beliau berkata bahwa Zirco sudah terlihat banyak peningkatan. Sudah bisa mengikuti pelajaran di sekolah, mulai bermain bersama temannya. Untuk mengikuti pelajaran sekolah seperti angka sederhana (hanya berhitung 1-20 tanpa ada penjumlahan dan sejenisnya) sudah bisa dalam Bahasa Perancis. 

Dalam mengerjakan aktifitas kelas seperti menempel, menjahit, mewarnai, bermain angka sudah sangat baik. Zirco termasuk siswa tercepat dalam menyelesaikan membuat hiasan pohon natal. Zirco sering menang saat menyelesaikan permainan puzzle dan alhasil mendapatkan hadiah coklat untuk dibawa pulang ke rumah. Alhamdulillah.

Madame Isabelle tidak mengucapkan selamat natal untuk kami karena beliau tahu kami tidak merayakan. Beliau mengucapkan selamat tahun baru untuk kami, karena sekolah baru akan kembali aktif pada tanggal 10 Januari 2022. 

BACA JUGA: Musim Salju Itu Indah, tapi juga Berat, Berjalan pun Susah

Libur Natal kali ini sebetulnya gak ada rencana ke mana mana. Barusan liburan besar ke Paris. Tapi ternyata jauh hari sebelumnya, dua bulan yang lalu, suami saya (Papi Fariz) diam-diam dan iseng-iseng sudah nyiapkan beli tiket daypass atau saver daypass untuk tanggal 24 Desember 2021. Lagi ada diskon besar dari 59 CHF menjadi 29 CHF. 50%. Diskon 30 CHF = Rp 465.000. Kurs 1 CHF = Rp. 15.500. Daypass ini tiket untuk satu hari itu, ke mana saja terserah. 

Jadi kalau mau murah bepergiannya harus direncanakan lama sebelumnya. Dan ini kelebihan Papi Fariz saat begadang mengerjakan pekerjaan kantor, di selanya mikir ke mana mau touring. 

Coba tebak ke manakah kita kali ini??? 

Petunjuknya adalah salah satu dari 5 kota besar di Switzerland. Kedua kota paling besar adalah Zurich dan Geneva, Lausanne ada di peringkat keempat. Kemudian disusul Kota Bern pada posisi terbesar kelima. Betul sekali, kami liburan singkat ke Basel – kota ketiga terbesar di Swiss, di mana Kota Basel ini terkenal dengan klub sepakbola FC Basel 1893 atau FC Basel atau FCB. Klub sepakbola yang dibentuk pada tahun 1893 ini telah juara sebanyak 20 kali pada Swiss National Champions, 12 kali pada pertandingan Swiss Cup, dan juga 1 kali dalam Swiss League Cup. 

natalan11.jpgZirco, anak sulung, di pintu masuk stadion bola St. Jakobs, kandang FC Basel. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Suami ingin sekali melihat pertandingan bola secara langsung di stadionnya. Tapi kali ini belum kesampaian. Bukan hari pertandingan. 

Jarak dari Lausanne ke Basel terpaut sekitar 200 km. Kalau ditempuh menggunakan kereta bisa memakan waktu hampir 2,5 jam. Namun harus pindah kereta dulu di Bern – Ibukota Swiss. Dari Lausanne Gare kami naik kereta IC1. 

Kami memilih gerbong anak karena di sana ada arena playground kecil untuk bermain anak. Letaknya ada di gerbong paling terakhir dan ada gambar dekorasi beruang di gerbongnya dan di pintu masuknya ada gambar stroller bayi. Swiss adalah satu-satunya negara di Eropa yang memiliki gerbong anak dan playground. Swiss memang negara yang ramah sekali kepada anak. Banyak tempat wisata yang gratis dikunjungi oleh anak di bawah 12 tahun atau mungkin dikenakan tarif separo harga.

natalan7.jpgGerbong kereta anak yang tersedia playground

Waktu satu jam dari Lausanne – Bern cukup menghibur DoubleZ (panggilan Zirco dan Zygmund) sebelum akhirnya ada tragedi Zirco mimisan karena terbentur benda keras di arena perosotan karena ketidakhati-hatiannya dalam bermain. Sudah diingatkan berkali-kali tidak perlu berebut dengan anak lain, malah Zirco egois ingin bermain sendiri. Sebenarnya sedih karena melihat darah mengucur dari hidungnya, tapi tidak apa-apa harus tegar biar anak bisa belajar akan kesalahannya. 

Untungnya banyak orangtua di gerbong bermain tersebut yang langsung tanggap memberikan tisu kering dan tisu basah. Kebetulan Papi Fariz berada di gerbong lantai 1 menjaga barang-barang sedangkan gerbong tempat bermain ini ada di lantai 2. 

Tepat pukul 12 CET kami sudah tiba di Basel – kota yang memiliki populasi sebanyak 164.488 penduduk. Lebih banyak 20 ribu dari Kota Lausanne. Stasiun kotanya lebih modern daripada di Lausanne, hampir mirip Geneva dan Bern. 

BACA JUGA: Minoritas Muslim di Eropa Mau Tak Mau Nikmati Kemegahan Natal

Suasana kota Basel tertata rapi, cantik, panduan arah naik bus, kereta tram kota sangat mudah dipahami. Hal yang kami suka adalah kotanya tidak ruwet seperti Bern dan Geneva. Dan pastinya tidak sangat ramai seperti di Zurich. Ini pendapat dari kami saat pertama kali tiba di Basel. Jalanan kota hampir mirip dengan Lausanne. Area pejalan kaki sangat luas sehingga nyaman sekali untuk berjalan kaki, meskipun harus bertarung dengan suhu dingin 2 derajat Celcius. Hampir semua area di Swiss yang kami datangi ini benar-benar stroller-friendly (bisa dilewati kursi dorong anak kecil). Jauh sekali bedanya dengan perjalanan terakhir kami kemarin ke Paris. Keseruan cerita kami di Paris telah terbit di CowasJP.com Laporan dari Swiss Edisi 19 - 21 dan juga Koran New Malang Pos Edisi 22 & 29 November 2021 serta 6 Desember 2021. Ada 3 seri beritanya karena kami menghabiskan waktu 4D3N (4 hari 3 malam) di Paris.  

Tempat pertama yang kami kunjungi ada Basel Town Hall. Gedung berwarna merah tua yang mencolok di sepanjang jalan Marktplatz atau biasa dikenal dengan nama Rathaus Basel dalam Bahasa Jerman. 

Sekilas terdengar seperti Red House atau rumah merah. Namun secara harfiah dalam Bahasa Jerman artinya adalah Rumah Dewan. Sebuah tempat Balai Kota yang digunakan sebagai tempat pertemuan parlemen di kanton Basel-Stadt. Basel adalah kota di Swiss yang berbatasan langsung dengan Jerman dan Perancis. Hanya dipisahkan oleh sungai Rhine. Kami sempat ke tepian sungai Rhine. Sayang lagi kabut dan mendung. 

Rencana, kami ingin menyeberang ke Jerman juga. Tapi apa daya karena kasus Covid-19 yang meningkat di Swiss mengharuskan pelancong untuk menunjukkan tes PCR apabila ingin pergi keluar negeri. Kalau masih di dalam Swiss hanya menunjukkan sertifikat Covid dan kartu ijin tinggal (Resident Permit). Dan juga biaya PCR Mahal 134 CHF = Rp 2 jutaan. 

Sejak di pintu masuk suasana ornamen di Town Hall ini juga berwarna merah. Terdapat lukisan di dinding dan juga pohon natal besar di bagian tengah ruangan. Zirco menyempatkan berfoto dengan pohon natal. Karena terbiasa melihat suasana natal, maka Zirco juga selalu semangat kalau melihat pohon natal yang gemerlap dan indah. Tak lupa kami membeli Marrons Chauds. Cemilan Roast Chestnuts atau kacang chestnuts panggang. Cocok dimakan selagi hangat di tengah-tengah suhu dingin. Rasanya enak mirip seperti ketela panggang. Kami membeli sebanyak 100 gram dengan harga 3,8 CHF. 

natal.jpg2.jpgPenulis dan anak sulung Zirco. Suasana dalam Rathaus Basel, serba merah. (FOTO: Papi Fariz)

Hari sudah siang, perut sudah mulai lapar. Kali ini sengaja tidak membawa bekal karena ingin bersantai di dalam restoran yang hangat. Kalau saat musim panas bisa bersantai di taman sambil makan bekal. Kalau sekarang bisa-bisa beku dan anak akan rewel semua. Kami memutuskan untuk pergi ke salah satu mall yang ada di Basel. Kami ini sebenarnya anak mall kalau di Surabaya, setiap weekend selalu menghabiskan waktu di mall bersama keluarga. Sebelum pandemic melanda ya. Kami mendatangi Shopping Center St. Jakob-Park Basel yang ada di St. Jakobs-Strasse. 

Jangan dibayangkan pusat perbelanjaan ini semegah seperti di Tunjungan Plaza, Pakuwon Mall, atau Galaxy Mall ya. Ukurannya tidak begitu besar, tapi lumayan bisa mengurangi kangennya mall di Indonesia. Haha. Cuma beli roti dan salad di Supermarket Manor karena Manora Restaurant (satu-satunya restoran) di sana ternyata tutup. Dan beli kentang goreng di Subway. Bayangan kita ada sejenis pujasera yang menjual berbagai macam hidangan, namun ternyata tidak ada guys. Selain itu juga ada 1 restoran pizza, tapi Zirco sedang tidak ingin makan pizza. 

Hal yang membuat kami bahagia adalah ini pertama kali Zygmund masuk mall dan berjalan kaki mengitari pertokoan. Biasanya hanya terdiam di dalam stroller karena kedinginan. Di usia ke 15 bulan ini Zygmund sudah bisa berjalan lancar. Di sini kami bisa melepas jaket winter sejenak karena hangatnya udara di dalam mall.

natalan10.jpgIstirahat sejenak di Mall Basel, area Stadion Jakob-Park. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Maklum orang Asia belum bersahabat dengan dinginnya cuaca di luar sana. Oh ya, ternyata mall ini berdampingan dengan stadion bola St. Jakob-Park lho. Stadion bola terbesar di Switzerland dan kandangnya FC Basel. Karena tidak ada pertandingan ya arena stadion ditutup dan sepi. Zirco sempat mengambil foto di pintu masuk stadion. Siapa tahu besok jadi pemain sepakbola terkenal seperti Mohamed Salah – salah satu top score Liga Inggris yang sekarang jadi pemain Liverpool.

Berkunjung ke kota-kota di Swiss tak lengkap kalau tidak mengunjungi museum. Kami memilih mengunjungi museum mainan atau Spielzeug Welten Museum Basel. Museum yang terdiri dari 4 lantai ini menampilkan berbagai mainan sejak jaman 1800 hingga sekarang. Tapi kebanyakan bercerita tentang kisah teddy bear si beruang coklat dan teman-temannya. Serta boneka-boneka miniature dengan khas pakaian Eropa. 

Kami tidak bisa mencuplikkan isi di dalam museum karena ada larangan memfoto benda museum. Kami benar-benar tidak berani, takut didenda moms. Tiket masuk setiap orang dewasa hanya 7 CHF. Sedangkan anak-anak gratis. Takut dendanya lebih banyak berkali-kali lipat dari tiket masuknya nanti. hehe. 

KOLABORASI OKKY & HELENE

Demi menyuguhkan tulisan ter-update tentang suasana Natal di Swiss, tulisan edisi ini  saya berkolaborasi dengan salah satu teman Papi Fariz di Philip Morris International (PMI). Mbak Helene namanya. Dia juga sedang STA (Short Term Assignment) atau penugasan singkat seperti sang suami. Dia merayakan Natal jauh dari keluarga yang ada di Surabaya - Indonesia. Yuk ikuti keseruan Helene Lydia saat merayakan suka cita natal di Lausanne – Switzerland. Helene ternyata juga memiliki hobi menulis di blog pribadinya sejak tahun 2016.

natalan3.jpgMerry Christmas, salam dari Helene Lydia. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Hai kawan pembaca semuanya, aku Helene. Sudah hampir 1 tahun tinggal di Lausanne, sejak bulan Februari 2021 silam. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya saya merayakan Natal jauh dari keluarga. Atmosphere perayaan natal di Swiss bisa dirasakan di mana saja. Berbeda dengan di Indonesia yang hanya ada di dalam gereja & shopping mall. Pohon-pohon asli di jalanan dihiasi dengan lampu dan ornament natal. Semua toko-toko memasang ornament natal dan juga Christmas Market hampir ada di seluruh kota Swiss. 

Tanggal 24 Desember adalah “company holiday”, menurut saya ini sangat helpful untuk memberikan extra time sebelum malam ke gereja untuk misa malam natal. Sedangkan tanggal 25 Desember jalanan sepi dan hampir semua toko tutup, sehingga orang-orang merayakan natal "inside the house". Ini sangat berbeda dengan di Indonesia, karena tgl 25 Desember biasanya jalanan dan mall ramai, banyak promosi-promosi yang hanya ada di hari natal dan meng-encourage (mendorong) orang-orang untuk merayakan natal "outside the house". 

Ada yang unik juga di sini yaitu Swiss Post menyediakan jasa "Send your letter to the North Pole", anak-anak bisa menulis surat yang ditujukan ke Santa Claus dan surat akan dibalas oleh tim Swiss Post. Saya tidak mencoba jasa ini, tapi menurut saya jasa ini sangat unik dan menarik bagi anak-anak, dan tentu juga membantu untuk orang tua.

Saya pergi ke gereja Our Lady of Faith yang terletak di jalan Avenue de Bethusy 54, 1054 Lausanne. Jarak dari apartemen sekitar 4 kilometer yang bisa ditempuh menggunakan bus. Sebenarnya sulit mencari English speaking Roman Catholic church di Lausanne. Puji Tuhan akhirnya saya menemukannya. Gereja ini punya main building, tapi selama Covid misa dilakukan di kapel dengan kapasitas orang yang lebih sedikit. Mengingat kasus Covid di Swiss juga meningkat.

natalan4.jpgSuasana misa natal di gereja

Sekitar 20-25 orang mengikuti misa, namun gereja juga memiliki link untuk online streaming via zoom. Misa diadakan dengan sederhana, namun tetap khusyuk. Ada 1 keluarga kecil yang membantu berlangsungnya misa: si mama pemain organ, 3 anak laki-laki sebagai choir; anak perempuan bermain flute. Sedangkan si papanya menjaga anak bayi. Untuk masuk ke gereja diperlukan Covid pass dan juga kartu identitas. Serta wajib memakai masker selama misa berlangsung. 

Saya spend time Christmas dengan teman di dalam Switzerland, mengunjungi beberapa Christmas market di kota-kota di Switzerland. Di malam natal menikmati Christmas makan malam di apartemen sambil menonton film Netflix Emily in Paris. Tidak ada rencana keluar dari Switzerland untuk menghindari cross border traveling regulation yang bisa berubah sewaktu-waktu. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda