Laporan dari Swiss (23)

Musim Salju Itu Indah, tapi juga Berat, Berjalan pun Susah

Foto di atas tumpukan salju di Le Chalet A Gobet: Papi Fariz Hidayat, Okky Putri Prastuti (penulis), dan Zirco anak lanang sulung. (FOTO: Dok Keluarga Fariz Hidayat)

COWASJP.COM – Ke Eropa, tunggu datangnya musim salju. Indahnya sempurna. Seperti di film-film bernuansa salju. Hari ini, Sabtu 18 Desember 2021, winter belum benar-benar datang. 

Ternyata, secara resmi musim baru berganti dari musim gugur ke musim dingin tanggal 21 Desember 2021. Suhu rata-rata setiap harinya mencapai 1 derajat Celcius. Sudah sangat dingin. 

Dan bulan depan Januari 2022 akan jauuuh lebih dingin. Bisa mencapai -10 derajat Celcius. Meskipun winter belum datang, namun beberapa waktu lalu sudah mulai turun salju. Bahkan sudah ada daerah yang ditutupi oleh salju. Menurut informasi dari teman bahwa tahun ini salju turun lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya. Musim dingin akan terasa lebih panjang. 

Bagi penduduk yang tinggal di kawasan tropis, melihat salju adalah salah satu impian. Saat melihat salju di film rasanya terlihat sangat indah. Sudah penasaran ingin mencicipi salju dan membayangkan seperti es serut yang tinggal dikasih sirup. Seger pasti rasanya. Namun di balik keindahan tersebut, harus ada kekuatan besar untuk bertarung dengan udara yang sangat dingin. Dinginnya hingga ke tulang rusuk. Membuat seluruh badan kaku beku. Tapi karena ini pengalaman pertama, jadi kami sangat antusias untuk bermain salju.

Zirco -- anak sulung dari dua anak laki-laki penulis -- mulai bertanya setiap hari dan mengecek weather forecast (ramalan cuaca) di HP. Kapan akan turun salju? 

BACA JUGA: Minoritas Muslim di Eropa Mau Tak Mau Nikmati Kemegahan Natal​

Di sekolah Indonesia-nya, di Growing Kid School Surabaya, Zirco mengikuti lomba GKS Got Talent 2021. Sejenis acara unjuk bakat untuk murid-murid sekolah. Bisa menunjukkan bakat menyanyi, memasak, menari, dll. Pada bulan November dilaksanakan babak penyisihan dan ternyata Zirco masuk ke babak final lho. Tahun lalu dapat juara favorit. Senang sekali.  

Di babak final ini Zirco ingin tampil maksimal. Menyanyikan lagu Snowflakes dengan berlatar belakang salju asli. Kami harus pergi menuju pinggiran Lausanne yang intensitas turun saljunya lebih tinggi. Le Chalet A Gobet namanya. Sebuah hamparan ladang hijau yang luas dan hutan rindang yang sekarang telah berubah menjadi lautan salju dan seluruh pohon memutih. Cocok sebagai tempat wisata untuk bermain seluncuran dan membuat boneka salju. 

salju4.jpg

Kami menempuh perjalanan sejauh 10 km untuk tiba di Le Chalet A Gobet. Lumayan jauh, butuh waktu hampir 1 jam. Harus naik bus nomor 25 dari halte Cedres di depan apartemen menuju Delices (2 stop), dilanjutkan naik metro hingga stasiun terakhir Epalinges, Croisetttes (20 menit), dan masih oper bus lagi nomor 64 dengan tujuan akhir Le Chalet A Gobet (20 menit). 

Selama perjalanan, kami begitu sangat terpesona dengan keindahan hutan-hutan kecil yang dilewati serta seluruh rumah yang ditutupi dengan salju. Sama persis yang ada di TV. Saat berangkat dari rumah memang sedang hujan air dan ternyata di daerah sini sedang turun salju dengan lebat. 

Sesampai di tempat, kami cukup kesusahan saat mendorong stroller. Karena jalanan pejalan kaki juga dipenuhi dengan salju. Jadi terpikir, luar biasa orang yang tinggal di sini harus mengeruk salju-salju di halaman rumahnya untuk bisa mengeluarkan kendaraan atau hanya sekadar berjalan kali. Tidak lama kami di sini, hanya sekitar 15 menit sambil menunggu bus berikutnya datang di tempat pemberhentian terakhir. Setelah ambil video Zirco bernyanyi dan berfoto-foto sebentar kami langsung bergegas pulang. 

Kami tidak begitu siap menggunakan baju berlapis-lapis. Zygmund, adik Zirco, pun tidak keluar dari stroller. Masih terbungkus dengan selimut hangatnya. Hasil video Zirco nyanyi bisa dilihat di IG @okkyputri.

PUKUL 08:00 PAGI MASIH GELAP

Sudah jauh-jauh ke Le Chalet A Gobet untuk melihat salju, ternyata tepat keesokan paginya salju turun lebat di depan apartemen. Ini kali pertama Zirco dan Papi Fariz berangkat sekolah dan kantor menerjang hujan salju di kegelapan pagi hari. Jam 8.00 CET (Central European Time) masih sangat gelap, karena matahari baru terbit pukul 8.15 CET dengan masih malu-malu. 

Berjalan kaki saat turun salju juga tidak mudah. Dengan sepatu khusus winter yang sedikit lebih berat dibanding sepatu pada umumnya harus membuat kami berhati-hati karena jalanan sangat licin. Kami membeli sepatu winter di sini, tidak membawa dari Indonesia. 

Saat perjalanan pulang dari sekolah, Zirco juga sempat bermain salju sebentar di Parc de Milan, taman di dekat apartemen. Pengunjung sudah tidak bisa bersantai di bench (kursi di taman) sambil menikmati sinar matahari karena bench sudah penuh dengan tumpukan salju. Parc de Milan selalu indah baik di musim panas, musim gugur, dan juga musim dingin. 

salju1.jpgFestival Lumiere di Riponne. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Keseruan kami bermain salju masih berlanjut di tempat berbeda, yaitu Yverdon-les-Bains. Yverdon adalah kota kedua yang terkenal di kanton (provinsi) Vaud. Kota yang terbesar di kanton Vaud adalah Lausanne. Yverdon terkenal dengan pariwisata mata air panas. Ada beberapa hotel dan menawarkan penginapan disertai dengan pemandian air panas. Selalu full-booked pada musim dingin dan rata-rata harga hotelnya juga mahal. 

Kami mendapat undangan makan siang dari teman kami, Mbak Rizka, karena dia baru saja melahirkan anak keduanya. Jadi acara tilik bayi atau jenguk bayi begitu. Tidak mewah. Hanya mengundang 2 keluarga. Keluarga satunya berasal dari Bern. 

Ini kali kedua kami ke rumah Mbak Rizka di daerah Vuissens, melewati Yverdon-les-Bains, tapi sudah beda kanton yaitu Fribourg Canton. Vuissens terkenal dengan lapangan Golf dan juga Restoran Vuissens yang mahal. Letaknya sangat dekat dengan rumah Mbak Rizka. Kami pernah berkunjung di area tersebut pada awal musim gugur kemarin. Berkunjung dalam artian melihat dari parkiran saja ya, tidak membeli makanan di restoran tersebut, hehe. Mahal banget sih. 

Ibu yang sudah resmi memiliki 2 putri cantik ini sangat jago masak. Dahulu kami telah dimanjakan dengan nasi sayur asem, brengkesan ikan pindang, tempe, ayam bakar, dadar jagung, dan ikan asin. Sekarang suguhannya adalah bakso komplit dengan tetelan daging dan kriuk pangsit goreng, bubur ayam kuah soto asli Swiss bukan asli Jakarta atau Bandung ya. Dan menu spesial terang bulan dengan berbagai aneka toping ada keju, coklat, dan kacang. Semua rasanya enak. Apalagi sudah hampir 6 bulan kami tidak makan terang bulan. Kangeen sekali rasanya. 

salju5.jpgHidangan saat tilik bayi di rumah Mbak Rizka. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Sudah selesai makan waktunya mencari udara segar di depan halaman rumah. Saatnya bermain salju dan membuat Snowman atau boneka salju. Hanya butuh 10 langkah untuk sampai ke halaman tetapi pakaian yang dikenakan harus komplit. Kalau biasanya di rumah cuma pakai daster, hihi, harus berganti dengan celana thermal berbahan tebal, kemeja/kaos, sweater/jaket jumper, jaket winter atau jaket ski, syal, topi kupluk, kaos tangan tebal, kaos kaki tebal, dan sepatu winter. Woooow, banyak kan bundaaa. Dan harus mempersiapkan untuk 2 bocah juga jangan lupa itu. Waktu persiapan itu semua bisa mencapai 15 menit, padahal main saljunya juga tidak lebih dari 15 menit. Ha ha ha.

Membuat snowman atau boneka salju tidak semudah saat dilihat di film kartun. Berulang kali buat bulatan-bulatan besar selalu gagal karena dinginnya tangan saat memegang salju. 

Salju tidak ada rasanya guys, hihi, sudah saya cicipi. Akhirnya Zirco nunut foto saja di boneka salju buatan Papanya Olivia, teman Mbak Rizka yang berasal dari Bern. 

Zygmund juga menikmati duduk santai di atas salju sambil bermain-main. Dalam benaknya sedang berpikir, apa ya ini, empuk tapi dingin. Keseruan DoubleZ (panggilan Zirco dan Zygmund) bermain salju bisa dilihat di Highlight IG saya Winter Swiss ya guys. 

salju2.jpgZygmund, anak lanang ragil penulis, duduk santai diatas salju. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Walaupun salju mulai turun, suasana  malam hari di kota Lausanne tambah ramai dihiasi dengan berbagai lampu. Pohon Natal raksasa juga turut meramaikan keindahan kota. Festival Lausanne Lumieres juga turut mempercantik kota Lausanne. Festival ini diadakan selama 1 bulan sejak 24 November – 24 Desember 2021. Festival ini dimarakkan pancaran lampu berwarna-warni di beberapa gedung. Cahaya lampu ini pun juga bertema, jadi warna-warna yang dipancarkan seolah-olah menyerupai pusaran angin, karikatur permainan pac-man (khas dengan mulut terbuka), keindahan terumbu karang di laut, dan masih banyak abstrak yang lainnya. 

Kami sempatkan hadir di pusat keramaian itu. Mengunjungi Palais de Rumine di daerah Riponne (pusat kota), salah satu museum yang pernah kami kunjungi. Cerita kami di museum ini sudah terbit di Koran New Malang Pos Edisi 9 Agustus 2021 dan juga CowasJP.com: Laporan dari Swiss Edisi 4. 

Sungguh indah sekali cahaya-cahaya yang dipadukan menyerupai suasana Under the Sea atau bawah laut. Setiap gedung temanya berbeda-beda tapi kami tidak mengunjungi semuanya. Dingin sekali. Kedinginan dalam keindahan negeri dongeng.(*

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda