Kegigihan Pengurus YPAC Surabaya

Meski Sudah Kakek dan Nenek tapi Tetap bersemangat

Pengurus YPAC Surabaya di atas KA. (Foto: M.Nasaruddin Ismail/CoWasJP)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Mohammad Nasaruddin Ismail

------------------------------------------------------

MESKI seluruh pengurus Yayasan Pembinaan Anak Acacat (YPAC) Surabaya, sudah  kakek dan nenek, namun semangatnya tak pernah pudar.

Buktinya, Senin tadi pagi, pengurus rame-rame ke Solo dengan kereta api (KA). Mereka mengikuti pertemuan di sana. Yang dibahas tentu untuk kemajuan YPAC ke depan.

Lucunya, meski tempat duduknya terpencar, namun dengan berbagai upaya, akhirnya bisa kumpul jadi satu gerbong. "Ini hasil rayuan Ita pada kondektur," cerita Wiwiek, ketua umum YPAC Surabaya.
Berkat itu pula, ibu-ibu itu bisa sambil rapat sepanjang perjalanan. Mereka juga bisa foto bareng. "Waduh....ayu semua. Ancane pengurus itu hanya dua yang laki. Pak Nasaruddin dan Pak Karno," kelakar Ibu Gusti Nunun melalui WA.

Saya memang tidak ikut. Tapi sepanjang perjalanan bisa memonitor nenek-nenek itu melalui WA. Sejumlah foto-foto mejeng pun dikirim. "Semoga aman dan selamat sampai di tempat tujuan," balas saya melalui WA pula. 

ypac-foto-cznEBe.jpg

Anak anak asuh di YPAC. (Foto: M.Nasaruddin Ismail/CoWasJP) 

Menurut ketua umum YPAC, selama di Solo akan membicarakan  perkembanga yayasan . "Di sana kami akan bicarakan kesiapan yang nantinya dibahas lebih mendalam pada pertemuan di YPAC Surabaya," kata Ketua Umum YPAC Surabaya, Dra Wiwiek. Dialah yang memimpin rombongan yang umumnya dari kalangan isteri dokter senior di Surabaya itu.

Kegigihan para pengurus yang hampir seluruhnya kaum Hawa itu, terlihat dalam mencari dana untuk menghidupkan yayasan. Mereka tidak segan-segan menjual barang yang dikumpulkannya. Lalu menggelar pasar murah. "Kami harus gigih mencari dana untuk menghidupkan yayasan," tambah Wiwiek yang juga dikenal aktivis Ritary Club Internasional tersebut.

YPAC-foto-bEGXdR.jpg

Pengurus YPAC Surabaya Mejeng di KA. (Foto: M.Nasaruddin Ismail/CoWasJP)

Tiap bulan, kata isteri Prof Dr dr Tedy itu, pengurus harus mencari tambahan Rp 20 juta untuk gaji karyawan dan operasional yayasan. Sedangkan seluruh pengurus tidak boleh menerima upah dari yayasan. "Kalau pengurus nawaitunya mencari sangu untuk akhirat," komentarnya. "Kami ini kan sudah tua-tua semua, maka sudah waktunya mencari sangu untuk akhirat," tambahnya sembari tersenyum.

Meski harus kerja keras untuk menghidupkan yayasan, tapi tak satu pun yang mengeluh. Maklum yang diasuh adalah anak berkebutuhan khusus yang hampir seluruhnya menggunakan kursi roda. Dan diakui, melihat kondisi anak-anak itulah yang membuat pengurus tambah semangat. Mrmbantu.(*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda