Dua Hari Bersama Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo di Pulau Saparua

Dari kanan: Penulis, Pangdam Mayjen Doni Monardo, Danrem Kol Edy Sutrisno dan Karo Ops Kombes Pol. Nyoman Labha. (Foto: Yamin Akhmad/CoWasJP)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Yamin Akhmad

---------------------------------

Jumat 26 Agustus 2016 Pkl. 15.30 WIT

SETELAH menempuh perjalanan sekitar dua jam dari Pelabuhan Tulehu Pulau Ambon, kapal cepat yang ditumpangi Panglima Kodam (Pangdam) XVI Pattimura, Mayjen TNI Doni Monardo, tiba di pelabuhan Desa Haria Pulau Saparua Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.

Jenderal Doni tidak sendirian, ia didampingi Kepala Staf (Kasdam) Brigjen TNI Muhammad Bambang Taufik, Komandan Korem (Danrem) 151/Binaiya Kol Edy Sutrisno, Karo Ops Polda Maluku Kombes Pol Nyoman Labha, Danlanud Pattimura Kol Pnb Aldrin Mongan, Asintel Lanal IX/Ambon Kol Mar Said Latuconsina, serta para Assisten Kasdam XVI Pattimura.

Di atas dermaga yang tidak terlalu besar sudah menunggu Camat Pulau Saparua BP Hehanussa bersama pejabat Muspika serta Raja Haria Jacob M. Manuhuttu. Sepuluh langkah dari dermaga, atau tepat di bawah gerbang bertuliskan Dermaga Pelabuhan Haria, Jenderal Doni disambut sejumlah remaja putri Desa Haria. Seorang remaja menghampiri Pangdam dan mengalungkan selendang berwarna merah khas Pulau Saparua. Mereka kemudian membawakan beberapa lagu sebagai ungkapan selamat datang.

Setelah menyalami satu-persatu penyanyi dan penabuh tifa (rebana), Pangdam dan rombongan berjalan kaki sekitar 500 meter ke Gedung Pertemuan Desa Haria-Porto yang terletak tepat di perbatasan kedua desa tersebut. Dari jauh sudah terlihat ada empat tenda. Dua di antaranya berbentuk kemah yang akan digunakan Pangdam dan seluruh rombongan untuk bermalam.

Satu tenda lainnya terletak persis di samping gedung pertemuan, sementara tenda keempat tak berjarak jauh dari pantai. Tenda inilah yang selanjutnya akan digunakan sebagai tempat diselenggarakannya acara tatap muka Jenderal Doni dengan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama se-pulau Saparua pada malam harinya.

Setelah singgah sebentar di gedung pertemuan, Jenderal Doni segera mendatangi tenda yang berada di samping gedung. Ada beberapa dokter dan tenaga medis yang tengah melayani masyarakat yang berobat. Hari itu, Kodam XVI Pattimura sedang melaksanakan bakti sosial kesehatan. Hampir seribu orang penduduk Desa Haria dan Desa Porto datang berobat. “Mayoritas dari mereka mengeluhkan kesehatan mata dan gigi,” kata Kolonel Arh M. Hasyim Lalhakim, Kepala Pendam XVI Pattimura. 

TANPA SENJATA

Desa Haria dan Desa Porto seperti tidak berjarak. Hanya sebatas satu langkah, satu kaki sudah di Desa Porto dan satu kaki lainnya masih di Desa Haria. Namun entah mengapa ke dua desa yang bertetangga sangat dekat ini sering sekali terlibat dalam baku hantam. “Itu sudah berlalu, sekarang suasana sudah aman,” ujar Raja Haria Jacob Michel Manuhuttu.

pangdam-patimura-1z6XFN.jpg

Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo disambut Raja Desa Haria Jacob M.Manuhuttu (kanan). (Foto: Yamin Akhmad/CoWasJP)

Menurut Bapa Raja berusia 70 tahun itu, persoalan batas wilayah sering menjadi sebab pecahnya konflik. “Semoga situasi dama ini untuk selamanya. Katong (red. kita) sudah lelah dalam konflik berkepanjangan,” lanjunya. Jacob Manuhuttu juga menambahkan, peran Kodam XVI Pattimura yang dipimpin langsung oleh Pangdam Mayjen Doni Monardo begitu terasa manfaatnya. Masyarakat tidak merasa tertekan karena didatangi ratusan tentara. Justru mereka santai dan merasa nyaman.

“Coba bu (red. Anda) lihat, tidak ada satupun bapak-bapak tentara itu yang membawa senjata,” katanya lagi.

Tentang senjata ini, Kol Hasyim Lalhakim mengatakan, Pak Pangdam secara langsung meminta agar seluruh prajurit yang mendampingi beliau untuk tidak menggunakan atribut militer, kecuali pakaian dinas. Begitu juga, Ibu Nanlohy, istri Raja Porto yang mewakili Bapak Raja yang berhalangan hadir kala itu, tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya.

“Saya menyatakan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada Bapak Pangdam. Kita semua merindukan kedamaian,” ujar Ny Nanlohy. 

Desa Haria dihuni oleh sekitar 7.000 jiwa dan Desa Porto sekitar 2.000 jiwa. Sebelum ini sering konflik antardesa kerap terjadi. Bekas perseteruan, seperti puing-puing bangunan rumah yang rusak, masih terlihat. “Di sinilah peran Kodam bersama Kepolisian serta aparat Pemprov Maluku, melakukan pendekatan persuasif,” kata Pangdam.

pangdam-2j2n7M.jpg

Pangdam pun berkunjung di tenda pemeriksaan kesehatan dan berdialog dengan warga. (Foto: CoWasJP)

Langkah persuasi tidak hanya di Pulau Saparua, tetapi juga di desa-desa lain di Provinsi Maluku dan Maluku Utara yang menjadi Daerah Teritorial Kodam XVI Pattimura. Pendekatan yang mengedepankan pola komunikasi ini telah menunjukkan hasil positif. Dalam kurun waktu satu tahun, sejak dilantik sebagai Pangdam Pattimura bulan Agustus tahun lalu, ada beberapa desa bertetangga yang mulanya kerap terlibat dalam konflik fisik, namun pada akhirnya mampu diselesaikan dengan damai. Yang dinilai spektakuler adalah perdamaian Desa Mamala-Morella, serta penyerahan senjata dari kelompok separatis Republik Maluku Selatan (RMS).  

Suasana santai mewarnai pertemuan informal saat makan siang dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama di teras rumah Raja Haria. Dalam dialog satu jam lebih itu, tidak ada satu pun kalimat tentang perang ataupun kekerasan. Panglima justru bercerita mengenai kondisi alam Maluku yang 80 persennya terdiri dari laut. Berbagai biota laut ada di sini.

Potensi biota laut menurutnya begitu begitu besar. “Saya yakin bila semua orang Maluku menjadikan ikan sebagai konsumsi utama, maka dalam sepuluh atau 15 tahun ke depan akan muncul orang-orang hebat dari daerah ini,” kata Pangdam sambil menyebut Ellyas Pical, petinju legendaris yang berasal dari Pulau Saparua.

pangda-3kmbUs.jpg

Suasana bertatap muka dengan masyarakat Desa Kulur. (Foto: CoWasJP)

“Saya berharap, ke depan akan muncul Ellyas Pical-Ellyas Pical muda,” tambahnya. Ia pun berharap agar tokoh masyarakat maupun tokoh agama dapat menjelaskan ke masyarakat betapa pentingnya mengonsumsi ikan karena mengandung Omega 3 yang diperlukan oleh tubuh manusia. Menurut Jenderal Doni, masih ada sebagian masyarakat yang melarang anaknya makan ikan karena takut cacingan.

“Padahal cacingan itu bukan karena ikannya, tetapi ketika makan tangannya belum dicuci,” kata Doni sambil tertawa. Ada lagi mitos yang berkembang di masyarakat, sehingga tidak ada yang mau makan morea. “Padahal jenis biota laut ini kangdungan Omega 3 sangat tinggi,” terangnya.

SUASANA RILEKS 

Tepat pukul 20.15 WIT, sekitar seratus kursi yang disediakan di tenda acara tatap muka Pangdam dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, cendekiawan, serta organisasi Pemuda dan Wanita se-Pulau Saparua, Jumat malam itu, terisi penuh. Suasana pertemuan tersebut terasa lebih rileks, jauh dari kesan formal.

Hal ini juga didukung oleh busana kasual, yakni baju batik dan celana denim, yang dikenakan oleh Panglima dengan seluruh anggota rombongannya kala itu. Menurut Ka Pendam, Kol Hasyim, Panglima tidak ingin ada jarak dengan masyarakat. Suasana pun menjadi lebih santai.

Tokoh agama yang diberi kesempatan pertama malam itu menyampaikan rasa gembira serta berterimakasih atas kedatangan Panglima Kodam Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo ke Pulau Saparua. “Kehadiran Pak Pangdam akan memberi semangat kepada masyarakat untuk bersatu dalam kedamaian,” katanya.

pangdam-3O3CVR.jpg

Pangdam XVI Pattimura, Mayjen TNI Doni Monardo saat di Desa Kulur disambut dengan Salawat Nabi. (Foto: CoWasJP)

Di samping mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan, Pendeta tersebut juga menyampaikan harapan Pangdam Doni dalam bincang-bincang informal siang hari tadi. Potensi alam di Pulau Saparua baik di laut mau pun di daratan bila dikelola secara baik akan memberi nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat sendiri.  

Pangdam Doni Monardo yang berbicara tanpa teks selama hampir satu jam menyampaikan harapan-harapannya agar generasi muda di Maluku dan di Pulau Saparua khususnya bisa berkiprah pada level nasional bahkan internasional. “Manakala potensi alam yang ada bisa dimanfaatkan dengan baik, saya yakin dalam 10 – 15 tahun ke depan, akan muncul generasi cerdas dan berkualitas dari Pulau Saparua,” ujar Doni.

Menurut Pangdam, orang lapar cenderung marah (hungry people tend to be angry). Kesejahteraan itu penting. Tidak cukup dengan memancing ikan untuk makan hari ini, kemudian besok cari lagi. “Tapi sudah saatnya berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih besar,” kata Pangdam menambahkan.

Sabtu 27 Agustus 2016

Pagi yang cerah. Sekitar pukul 08.30 WIT, rombongan Pangdam sudah tiba di Desa Kulur, 24 kilometer arah timur Desa Haria dengan menumpangi tiga truk besar. Desa Kulur merupakan satu dari dua desa komunitas muslim di Pulau Saparua selain Desa Siri Sori Islam. Suasana menjadi lebih santai karena Panglima dan rombongan menggunakan jersey sepeda (busana olahraga sepeda).

Meskipun menghabiskan malam di kemah berukuran 4 X 8 meter, Jenderal Doni tetap tampak ceria. Masyarakat Desa Kulur terlihat begitu antusias. Raja Kulur Basir Letiloly tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Sambutan selamat datang ditandai dengan nynyian salawat nabi oleh 12 pria dewasa. Di desa ini, Kodam XVI Pattimura juga melakukan bakti sosial kesehatan, melanjutkan kegiatan yang sama di Desa Haria dan Desa Porto pada Jumat sebelumnya.

pangdam-4Ml85v.jpg

Pangdam berbincang akrab dengan Bapak Raja Kulur. Samping kanan Kombes Pol Nyoman Labha. (Foto: CoWasJP)

Setelah nyanyian salawat usai, Pangdam diarahkan ke salah satu rumah untuk sejenak minum kopi. Namun Pak Doni memilih untuk berbaur dengan masyarakat yang sudah berada di tenda pemeriksaan kesehatan, tepat di samping Balai Desa. Menurut Raja Kulur, sebagian besar dari warga di desanya yang berjumlah 1.200 orang ini rata-rata berprofesi sebagai petani. “Sekitar 80 persen jadi petani, hanya 20 persen yang berprofesi sebagai nelayan,” katanya. 

Di depan ratusan orang yang sudah berkumpul di halaman Balai Desa, Jenderal Doni kembali mengingatkan, betapa penting meningkatkan ketahanan pangan, serta agar ibu-ibu memperhatikan kesehatan keluarga, terutama mereka yang memiliki anak balita. Pangdam Doni menghimbau warga untuk mengonsumsi ikan serta juga sayur-sayuran yang tumbuh tanpa bahan kimiawi.

“Kalau anak-anaknya tumbuh sehat, mereka bisa menjadi tentara,” kata Pangdam. Menurut Panglima, dalam rekrutmen anggota TNI AD, pihaknya memberi porsi terbesar untuk putra daerah, bila ingin jadi tentara. “Saya akan bantu, asalkan memenuhi persyaratan umum, seperti  tinggi badan, serta sehat jasmani,” ujar Doni.

Selesai berdialog dengan tokoh masyarakat, saatnya Pangdam dan rombongan bersepeda untuk kembali menuju Kota Saparua dengan garis finish di Desa Porto. Tercatat 50 pesepeda yang ikut dalam iring-iringan. “Berolahraga, sambil bisa menyapa masyarakat,” ujar Doni. Setengah jam, rombongan tiba di Dusun Pia.

Di dusun ini juga ada penyambutan. Ibu-ibu menyanyikan lagu ungkapan selamat datang sembari menyediakan menu ringan seperti pisang goreng, ubi goreng dan yang khas Saparua, dan sagu bakar gula merah. Di samping kopi, buah kelapa muda juga dihidangkan. Bila minum air kelapa, Doni tak pernah menggunakan sedotan. “Meneguk langsung dari buah, terasa lebih nikmat,” katanya.

KOTA SAPARUA

Sebagai ibukota kecamatan dengan penduduk di atas 10 ribu orang, sambutan masyarakat di Kota Saparua jauh lebih meriah. Begitu memasuki batas kota, Pangdam sudah disambut teriakan ibu-ibu. Bahkan ada yang berlari mendekat sambil melambai-lambaikan tangan. Pulahan siswa SD juga tak mau ketinggalan, mereka berjejer di sepanjang jalan hingga di depan Kantor Camat Pulau Saparua untuk menyambut kedatangan Panglima dan rombongan. 

Meski tarian selamat datang dari siswa dan siswi SD sudah berakhir, anak-anak itu masih terus menari mengikuti lagu-lagu dari musik elekton. Pangdam dan beberapa anggota rombongan ikut membaur dengan mereka.

pangdam-5PEBDY.jpg

Menggunakan sepeda akhirnya Pangdam tiba di Kota Saparua disambut hangat warga dan anak-anak sekolah.  (Foto: CoWasJP)

Acara bersepeda sambil menyapa warga berakhir di Desa Porto. Di setiap desa yang disinggahi, Pangdam Mayjen Doni memberi tali asih berupa perlengkapan olahraga, seperti bola sepak dan bola voli. Di Desa Haria dan Desa Porto, ada juga bantuan jaring ikan. Sepertinya, acara dua hari di Saparua ini sudah akan berakhir. Namun rupanya ada sekitar delapan orang ibu-ibu yang sehari-hari berjualan ikan di Pasar Kota Saparua yang secara spontan ingin menyampaikan unek-unek mereka.

pangdam-6wxAl.jpg

Pangdam tak segan-segan untuk berbaur bersama anak-anak. (Foto: CoWasJP)

Pangdam dengan senang hati menemui mereka, bahkan mengajak salah seorang ibu naik ke panggung. “Apa yang ibu ingin sampaikan?” tanya Panglima. Mewakili teman-temannya, Ibu tersebut mengatakan bahwa sebagai penjual ikan, mereka sangat membutuhkan cooler box (kotak pendingin) untuk menyimpan ikan-ikan yang terjual agar tidak cepat rusak.

pangdam-79LqaK.jpg

Ibu ini hanya seorang penjual ikan di Pasar Saparua, melihat Pangdam yang humanis, ia tak canggung menyampaikan aspirasi teman-teman sesama penjual ikan. Secara spontan Pangdam membantu 30 coolboks. (Foto: CoWasJP)

“Ada berapa semua, teman-teman ibu yang berjualan ikan?” tanya Pangdam lagi. “Ada puluhan, Pak,” jawab Ibu tersebut. Panglima pun langsung menyatakan bahwa ia akan memberikan 30 buah cooler box.

“Terimakasih Bapak Pangdam,” kata ibu-ibu itu serentak. ***

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda