Kalau Bisa Berpikir Positif, Kenapa Harus Negatif?

Senang dan bahagia, buah berpikir positif. (foto: itoday)

COWASJP.COM – style="text-align:center">O l e h: Choirul Anwar

----------------------------------

SELAMAT pagi Indonesia. Sebelum memulai aktivitas pagi, alangkah baiknya kita sedikit senam spirit. Coba ikuti caranya. Angkat kedua tangan tinggi-tinggi. Terus, terus. Sampai tubuh condong ke belakang ya. Lalu, tarik nafas dalam-dalam.

Di sela menarik nafas dalam-dalam, berdoalah. Pejamkan mata jika perlu untuk meraih konsentrasi. Afirmasi pikiran Anda untuk meraih energi positif hari ini.

’’Allah, hari ini Engkau telah sampaikan aku ke hari Senin lagi setelah seminggu ini bergelut dengan aneka macam kegiatan, problem, kebahagiaan, kesibukan dan segala macamnya. Allah, aku berterima kasih untuk hari ini. Aku akan sangat senang meraih kesuksesan hari ini dan seminggu ke depan. Aku sangat semangat hari ini, Allah. Aku akan terus bersama-Mu Allah. Dan aku yakin kalau aku akan sukses jika Engkau bersamaku Allah. Aamiin.’’

Setelah melakukan afirmasi itu, hempaskan kedua tangan Anda ke bawah. Sekuat-kuatnya. Ya sekuat-kuatnya! Seraya katakan dengan kuat dari dalam hati Anda. Yes!...Yes!..Yes! Aku bisa!

***

Ilmu afirmasi positif itu saya dapat dari sahabat sekaligus guru motivasi; Mas Andri Ariestianto, yang juga owner Glutera Indonesia. Itu, produk kesehatan dan kecantikan karya anak bangsa, alias karyanya Andri itu sendiri. Simpel ya. Dan itu selalu saya lakukan tiap hari saat bangun pagi.

Terutama jika Senin begini. Karena memang hari Senin ini konon puncaknya males. Konon sih. Tapi sepertinya biasa-biasa saja bagi yang punya semangat tinggi untuk hidup dan meraih kesuksesan.   

Oke, kembali ke laptop! Ini seri pertama tulisan saya di kanal Ketahanan Informasi TIMES Indonesia. Sebuah kanal khusus yang disediakan untuk siapapun yang berpikiran positif, punya intuisi membangun, dan memberi inspirasi lewat jurnalisme. Persis seperti taglina TIMES Indonesiabuilding (membangun), inspiring (menginspirasi), positive thinking (berpikir positif).

Butuh waktu lama kenapa kanal khusus ini ada. Semuanya juga tidak instan. Tapi melalui proses pemikiran panjang dan aneka peperangan di pikiran. Syukurlah, akhirnya ketemu juga jalannya. Keyakinan pun muncul. Swear! Yakin seyakin-yakinnya.

Hilir dan hulunya juga jelas. Siapa yang menanam positif hasilnya juga positif. Yang menanam negatif, hasilnya juga negatif. Sederhana kan!

Pun begitu di dunia media. Konon jika media tidak kereng, sangar, dan lain sebagainya yang sejenis, ia sulit tumbuh dan berkembang. Berikan informasi tentang ”kesengsaraan” (baca lebih luas dalam konteks informasi: pembunuhan, perkosaan, perkelahian, terorisme, negative thinking, senang meninformasi kesedihan orang, dsb yang sejenis), maka akan disegani. Jika memberi ”kenikmatan” (baca lebih luas pula; keberhasilan, kesuksesan, kebahagiaan, ds yang sejenis), maka media itu hanya akan disepelekan karena mudah diatur.

Eits…Benar sekali lho. Puluhan tahun menekuni jurnalistik, mengajar jurnalisme, dan komunikasi, rasanya pola pikir kita masih seperti itu. Akibatnya, bad news is good news benar-benar seperti jadi ’’ayat tuhan’’ yang harus dilaksanakan jika ingin hebat. (Saya yakin akan terjadi diskusi panjang kali lebar kali tinggi jika membicarakan ini; karena memang sudah mendarah, mendaging, melekat urat, dan melotot di otot).

Maka, bisa dilihat sekarang, informasi di negeri ini lebih-lebih ke aura negatif. Kepositifannya masih kalah jauh. Baik dari sisi rasa, bahasa, kata-kata, atau pun aura, masih lebih banyak negatifnya daripada positifnya.    

Keadaan inilah yang menciptakan ketahanan informasi kita lemah. Otak warga negara ini selalu dibawa ke arah negativisme daripada positivisme. Akibatnya: ada informasi sedikit, ditelan (begitu saja), (lalu) diolah sedikit-sedikit dengan bumbu, (kemudian) disebar lagi, (selanjutnya) diterima orang lain lagi; akhirnya gegeran di media mainstream atau medsos. Bahkan ujugnya bisa bacokan, perang, saling lapor, dsb yang sejenis.

Apa penyebabnya? Karena hulu dan hilirnya ber-mindset negatif. Memulai dengan pikiran negatif, (lalu) menyebar negatif, diterima dengan negatif pula, dan (hasilnya) negatif juga. Klop!   

Dari sinilah coba diperbaharui lewat ketahanan informasi. Maka, kita perlu agen-agen ketahanan informasi yang banyak di negeri ini. Jurnalis atau citizen yang mampu memberi ruang bagi pikiran pembaca, pendengar, pemirsa mindset yang membangun, menginspirasi, dan berpikir positif.   

Kita sama-sama membangun pikiran positif di negeri ini. Karena, yakinlah bahwa berpikir positif akan menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan Anda. Apapun yang pikiran Anda harapkan, pikiran positif akan mewujudkannya. Bukan begitu Mas Bro! (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda