Tewasnya ''Bonek Krembangan'' Menginspirasi Bonekmania

Freddy Budiman (Foto: istimewa)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Cak Amu

------------------------

FREDDY Budiman masih menjadi buah bibir. Gembong narkoba yang kehadiran jenazahnya di Surabaya disambut bak seorang ‘mujahid”  itu, masih menjadi trending topik. Ia meninggal dunia dan meninggalkan berbagai kisah serta lembaran sejarah.

Di kampung halamannya, kawasan Krembangan, Freddy masih sering membuat masyarakat geleng kepala. Tak sedikit pula yang berdecak lidah. Entah apa yang berkecamuk di hati mereka. Antara kagum, heran dan geram, masih menjadi misteri perasaan warga kota. Mungkin juga di kalangan masyarakat Indonesia.

Tapi, apapun kisah dan ceritanya, Freddy telah mengukir banyak cerita. Cerita yang menjadi sejarah. Sejarah bagi dirinya, bagi keluarganya, Pak RT-Pak RW-Pak Lurah, hingga Pak Presiden.

Fakta juga telah membuktikan. Si Gembong narkoba yang tewas di ujung timah panas regu eksekusi mati di LP Nusakambangan, Cilacap, Jumat (29/7) dinihari itu, kini sudah dikebumikan di TPU Kalianak Bharatu, Surabaya.

Sebelum didor, dia mengumandang takbir. Begitu pula saat jenazahnya tiba di rumah duka, juga disambut dengan takbir. Allahu Akbar! Bulu kuduk para petakziah pun ada yang merinding. Mereka kemudian turut mengantar almarhum hingga ke tempat peristirahatan terakhir.

Di antara “lautan manusia” petakziah itu, tak sedikit yang mengenakan kaus hijau bergambar orang mangap. Lambang wong mangap inilah ciri khas Bonekmania, pendukung berat Persebaya. Bahkan, salah seorang di antara Bonekmania itu ada yang mengenakan kaus warna hijau bertuliskan,”Nek Aku Bonek, Koen Kate Lapo (Kalau Saya Bonek Kamu Mau Apa).”

pelayat-freddy-budimanLnXRj.jpg

Jenazah Freddy Budiman saat akan di berangkan ke pemakaman. (Foto: istimewa)

Sepanjang perjalanan menuju pemakaman sosok Freddy seakan menjadi “kebanggaan” Bonek. Mereka bangga karena mantan bandit itu termasuk “bonek” yang punya solidaritas tinggi. “Dia juga sering jalan kaki nonton bola ke Tambaksari saat tidak pegang uang,” cerita Fahmi,teman kecilnya.

Freddy kecil kala itu tidak pernah ketinggalan dengan rekan-rekannya untuk mendukung Persebaya. Jika yang bertanding Persebaya lawan PSM Ujungpandang. almarhum selalu nonton. “Kadang beli tiket, kadang juga nunut orang, kisahnya.

Tapi setelah jadi orang, Fahmi tak lagi berhubungan dengan Freddy. Apalagi nonton bareng di Tambaksari. “Mungkin dia takut ketemon pulisi he he,” ucap pria berambut ikal ini.

Kenangan serupa juga dialami Suwardi. Pria yang mengaku tetangga dan karib Freddy ini, tidak akan lupa kebaikan rekannya itu. Selama masa remaja dan sebelum meninggalkan Surabaya,”Freddy sering ngajak saya main biliar. Dia juga suka minum-minuman keras,” katanya.

Karena itu, pria paruh baya ini heran ketika membaca berita Freddy sudah tobat dan foto mengenakan baju gamis seperti Imam Samudra, tetoris yang tewas dieksekusi mati di Nusakambangan itu. “Salut.. salut saya. Dia itu benar-benar Bonek. Bondo nekad tok wis,” aku bapak tiga anak ini.

Bonek? Ya.. sebutan untuk Arek Suroboyo yang tidak pernah takut mati dan bondo tekat itu, benar-benar  melekat dalam jiwa Freddy. Hal ini bisa dilihat dari sepak terjangnya selama menjadi “Raja Bandit” dan Gembong Narkoka hingga jadi buronan polisi. Freddy sama sekali tidak pernah gentar menghadapinya.

Bahkan, Freddy telah menginspirasi salah seorang Bonekmia lainnya, Cak Draup. Bonek Karangmenjangan ini salut terhadap akhir hidup “Bonek Krembangan” itu. “Meski kondang diberitakan kenakalannya, almarhum telah membuat kami sadar. Dia meninggal dunia dalam keadaan sudah tobat. Saya merinding ketika ada kabar dia takbir sebelum dieksekusi.” ujarnya.

Track record Freddy semasa hidupnya memang tergolong nekad. Sosoknya patut menjadi pelajaran bagi semua insan. Tak sedikit fakta yang tertuang. Dalam lisan maupun tulisan. Dan, inilah fakta-fakta yang terangkum media cetak maupun online. Kisah Freddy tak akan terlupakan. Meski sudah dalam kubur, banyak pesan yang ditinggalkan.

Berikut ini sepak terjang Freddy sebelum ajal menemput:

1. Keluar masuk Penjara Akibat Kasus Narkoba

Freddy Budiman tercatat pernah menghuni Lapas Cipinang tahun 1997, karena kasus Narkoba. Tak jera, ia pun kembali tertangkap dalam kasus serupa. Ia pun harus kembali merigkuk di penjara karena kedapatan memiliki 500 gram sabu pada 2009, dengan vonis 3 tahun 4 bulan penjara.

Keluar dari penjara, tak lama, ia pun kembali tertangkap karena kedapan memiliki ratusan gram sabu serta bahan pembuat inex pada 2011.

Tak juga jera, meskipun sudah berada di penjara, ia tetap menjalankan bisnis haramnya. Justru Freddy malah mengimpor 1,4 juta butir ekstasi dari China pada 28 April melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada 8 Mei 2012.

Atas kasusnya tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Barat menjatuhkan hukuman mati kepada Freddy Budiman pada 5 Juli 2013. Tak hanya itu, pria pengimpor 1,4 juta ekstasi tersebut juga dicabut 7 hak asasinya.

 2. Sederet Nama Model dan Bilik Asmara di Lapas

Namanya kembali mencuat saat model majalah dewasa Vanny Rosyanne mengaku sebagai mantan pacar Freddy. Vanny saat itu mengaku ada di bilik asmara di Lapas pada 2013 silam.Menurut pengakuan Vanny, saat itu dirinya sering bertemu dengan Freddy di ruangan khusus untuk menikmati narkoba dan berhubungan intim.

Tidak hanya Vanny, saat itu yang mengklaim punya kedekatan khusus dengan Freddy model lainnya Anggita Sari. Anggita mengaku sebagai kekasihnya. Pengakuan Vanny saat itu membuat Kementerian Hukum dan HAM menjadi sorotan, yang akhirnya Kalapas Cipinang Thurman Hutapea dicopot dari jabatannya.

Tidak lama setelah kasus tersebut mencuat, Freddy pun dipindahkan ke Lapas Nusakambangan, Senin (29/7/2013).

 3. Pabrik Narkoba di Lapas

Diasingkan ke Nusakambangan tidak membuat Freddy jera dengan bisnis haramnya. Sebelum dipindahkan, Freddy sempat menitipkan bahan-bahan pembuat prekusor narkotika kepada seorang warga binaan pemasyarakatan bernama Tjejep Setiawan alias Asiong. Oleh Asiong, sehari setelah pemindahan Freddy, perangkat tersebut dipindahkan ke Bengkel Pertukangan di Gedung Balai Latihan Kerja LP Cipinang.

Kemudian, pada 3 Agustus 2013, dipindahkan kembali ke gudang Gedung Balai Latihan Kerja LP Cipinang. Kemudian Kementerian Hukum dan HAM bersama Bareskrim Polri melakukan sidak di Lapas Narkotika Cipinang pada 6 Agustus 2013.

Alhasil, sebuah pabrik pembuatan narkoba di dalam Lapas tersebut ditemukan. Selain menemukan alat pembuat sabu, dalam sidak juga ditemukan stoples yang diduga berisi red fosfor, alat cetak, jeriken berisi cairan berwarna putih, buku tabungan, ATM, HP, SIM card, charger, headset, dan beberapa paket sabu.

Freddy pun dibawa kembali ke Jakarta untuk kasus pabrik sabu di Lapas Cipinang.

Saat itu terungkap bahwa bahan dasar pembuat sabu seperti ephedrine dan alat-alatnya dimasukan Freddy saat menghuni Lapas Cipinang.

4. Pukul Wartawan

Saat itu Freddy pun menyaksikan pemusnahan barang bukti kasus pabrik sabu di LP Cipinang yang melibatkannya, Jumat (30/8/2013) di Gedung Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Timur.

Freddy yang mengenakan kaos putih saat itu sempat berusaha menyembunyikan wajahnya dari sorotan kamera wartawan yang meliput. Usai pemusnahan, saat dirinya hendak dibawa petugas untuk kembali ke sel tahanan, dengan tangan terborgol Freedy langsung menghampiri Imam (28) wartawan Sindo TV, dan langsung memukulinya.

5. Pabrik Narkoba di Dekat Rumahnya

Tahun 2014, Polres Jakarta Timur membekuk kaki tangan Freddy saat akan memasukan narkoba ke dalam Lapas. Pada tanggal 7 April 2015, Direktorat Narkoba Bareskrim Polri mengungkap jaringan narkotika internasional Belanda-Pakistan-Indonesia yang kembali melibatkan Freddy.

Kasus terungkap setelah dua anak buah Freddy ditangkap Bareskrim Polri di Kabupaten Bekasi pada tanggal 7 April 2015 pukul 12.30 WIB.

6. Berubah Alim

Lama tidak terdengar, nama Freddy kembali mencuat pada awal 2016. Kali ini karena penampilannya berubah. Freddy yang sebelumnya berpenampilan garang dengan mencat rambutnya, tiba-tiba rambutnya hitam dan memelihara janggut dengan jidat hitam setelah cukup lama menghuni Lapas Nusakambangan. Beredar kabar Freddy bergabung dengan ISIS melalui doktrin Aman Abdurahman di Lapas Kembang Kuning, Nusakambangan. Tapi hal tersebut dibantah pihak Kemenkuham yang mengatakan Freddy tidak pernah satu lapas dengan Aman.

freddy-budimana-dikurbukanhsCHj.jpg

Suasana pemakaman Freddy Budiman di Surabaya. (Foto: istimewa)

11 Desember 2015, Freddy pun dipindahkan dari Nusakambangan dan menghuni Lapas Gunung Sindur Bogor.

Selama di Gunung Sindur, kehidupan Freddy lebih religius dan banyak mendekatkan diri kepada tuhan.
Freddy pun lebih banyak memperdalam ilmu agama serta rajin ibadah dan sudah pasrah jika dirinya dieksekusi mati.

7. Ajakan Untuk Bertobat

Usai menjalani sidang peninjauan kembali (PK) di Pengadilan Negeri Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (1/6/2016), Freddy mengajak kepada semua orang yang terlibat Narkoba untuk bertobat.

Ia menganggap Narkoba tidak akan menghasilkan apa-apa dalam hidup. "Seperti itu yang saya rasakan. Setiap saya kerja (bisnis narkoba), pasti tertangkap, jadi hasilnya nol, berarti Allah tidak mengizinkan," katanya.

Dia saat itu mengaku sudah bertobat dan hanya berserah diri menghadapi eksekusi mati.

8. Ucap Takbir Saat Hadapi regu Tembak

Saat dieksekusi mati di Nusakambangan, Jumat (29/7/2016) Freddy mengenakan pakaian serba putih. Ia mengenakan gamis putih dipadu celana putih. Pria asal Surabaya tersebut pun mengucapkan kalimat takbir berkali-kali sebelum peluru yang dilesatkan regu tembak menembus tubuhnya.

9. Muncul Pengakuan Mengejutkan Setelah Dieksekusi

Koordinator KontraS, Haris Azhar dalam pesan singkatnya menceritakan bagaimana tereksekusi mati, Freddy Budiman pernah mengungkapkan dirinya memberi sejumlah uang kepada BNN sebagai 'Uang Setor' bisnis narkobanya.

"Dalam hitungan saya selama beberapa tahun kerja menyelundupkan narkoba, saya sudah memberi uang Rp 450 miliar rupiah ke BNN," ujar Freddy kepada Haris. "Saya sudah kasih 90 miliar rupiah ke pejabat tertentu di Mabes Polri."

Haris menulis lengkap testimoni Freddy dan beredar luas di jejaring sosial.

"Bahkan saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang dua, di mana si jenderal duduk di samping saya ketika saya menyetir mobil tersebut dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh barang narkoba. Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun,” cerita Haris, Jakarta, Jumat (29/7/2016).

Harris melanjutkan bahwa BNN juga pernah diberitahu mengenai keberadaan pabrik narkoba yang berada di Cina oleh Freddy. Namun, petugas BNN tidak dapat melakukan apapun dan akhirnya kembali ke Indonesia. Dari keuntungan penjualan, Freddy mengatakan dapat membagi-bagi puluhan miliar kepada sejumlah pejabat di institusi tertentu, termasuk Mabes Polri untuk mengamankan bisnis narkobanya. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda