Majlis Ta’lim Asuhan Gus Shon

Gema Sholawat 20 Ribu Jamaah di Udanawu

Tampak KH Mohammad Sonhaji Nawal Karim dan Gus Ipul dalam suatu kesempatan. (Foto: Kusni/CoWasJP.com)

COWASJP.COM – ockquote>


O l e h: Imam Kusnin Ahmad

----------------------------------------

SUARA sholawat, tahmid, dan dzikir  terus menggema di lingkungan  Desa Jati, Udanawu . Kamis malam 28 Juli 2016. Banser (Barisan Ansor Serbaguna) dan polisi tampak sibuk mengatur massa yang datang dari berbagai penjuru desa yang terletak di daerah segi tiga berbatasan antara Blitar, Tulungagung, dan Kediri itu.

Itulah gema dan suara ribuan jamaah Majlis Ta'lim dan Dzikir Jamiyyah Shalawat Nariyyah Mustaghitsu Al-Mughits, asuhan KH Mohammad Shonhaji Nawal Karim Zubaidi Abdul Ghofur (Gus Shon), asal Pesantren Mambaul Hikam Mantenan Udanawu Blitar, sejak usai shalat Isya’.

Malam itu jamiyah sedang melaksanakan kegiatan di Desa Jati Udanawu Blitar, setelah cuti selama Idul Fitri. Tidak kurang dari 20 ribu jamaah yang hadir dalam acara rutin itu. Mereka datang dari daerah sekitar Blitar, Tulungagung, Trenggalek,  Kediri, Nganjuk, Jombang, dan Malang. Didominasi kalangan anak muda datang berombongan dengan mobil dan sepeda motor berboncengan.

Majlis Tak'lim dan Dzikir Jamiyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al-Mughits adalah suatu organisai yang menjadikan Sholawat Nariyyah sebagai salah satu amalannya, berlandaskan ajaran Ahlussunnah waljama’ah serta ajaran ulama salafussholih. Jam’iyah ini berpusat di Pesantren Mambaul Hikam, Mantenan Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.

Jamiyyah ini berdiri kurang lebih 7  tahun yang lalu dan diprakarsai oleh KH. Muhammad Shonhaji Nawal Karim Zubadi. Ia adalah cucu dari KH Abdul Ghofur, Pendiri Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam Mantenan . Meski baru 7 tahun, begitu pesat perkembanganya. Hal ini tidak lepas dari figur seorang pemimpin yang kharismatik dan keturunan ulama besar. Tentu saja, ini merupakan salah satu buah keikhlasan beliau dalam berkhidmah, baik kepada Allah, Rasulullah, para kyai maupun para jamaah.

jamaa-lanang-gus-ioulaBEf.jpg

Gema dan suara ribuan jamaah Majlis Ta'lim dan Dzikir Jamiyyah Shalawat Nariyyah Mustaghitsu Al-Mughits. (Foto: Kusnin/CoWasJP.com)

Jam’iyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al Mughits melaksanakan berbagai macam kegiatan rutin, baik itu rutin induk, rutin pusat sughro, rutin pusat kubro, rutin cabang, dan rutin iqroran (buka cabang). Setiap rutinan buka cabang (malam Rabu) dihadiri kurang lebih 15 ribu sampai 30  ribu jamaah. Bahkan lebih.

Adapun rangkaian kegiatan majelis taklim dan dzikir Jam’iyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al-Mughits, yaitu pembacaan surat Yasin, pembacaan sholawat Nariyah, dan pengajian (ta'lim) yang disampaikan Gus Shonhaji. Selama acara berlangsung disediakan fasilitas pengobatan gratis bagi para jamaah.

Pengobatan gratis ini ditangani tim khusus berjumlah 30 orang. “ Ini bagian dari ihiyar revolusi mental umat agar mereka bisa terarah sesuai perintah Allah SWT dan  tuntunan  Rosulullah SAW,’’ ujar Gus Shon yang kelahiran  27 Agustus 1978 itu.

Ia adalah putra seorang ulama almarhum KH. Zubaidi Abdul Ghofur. Sejak kecil, Gus Shonhaji dibimbing langsung oleh abah dan ibunya. Selepas menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar, putra ke 6 dari tujuh bersaudara ini langsung menuntut ilmu di Pesantren Lirboyo, Kediri, lulus pada 1999. Di pesantren yang telah melahirkan ribuan kyai besar ini, Gus Shon langsung masuk Madrasah Diniyah di kelas IV Ibtidaiyah.

 Tamat sampai kelas III Aliyah. Kemudian mengajar di alamamaternya sampai kemudian diambil menantu oleh KH. Habibullah Zaini, Kepala Madrasah Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

Beliau adalah cucu dari Mbah Kyai Abdul Karim, salah seorang pendiri Pesantren Lirboyo.

Gus Shon dinikahkan dengan putri Kyai Habibullah, Ning Hj Lia Hikmah Al-Maula, pada 2002. Meski sangat ,sibuk Gus Shon tetap istiqomah mengemban amanat kyai-kyainya di Lirboyo dengan mengajar di pesantren Lirboyo seminggu dua kali.

Yaitu setiap malam Selasa dan malam Kamis. Selain itu beliau juga menjadi wakil ketua di Forum Musyawarah Bahtsul Masaail Jawa Madura (FMPP) yang diprakarsai para alumni Lirboyo. Beliau juga diamanahi memimpin madrasah diniyyah di Pondok Pesantren Mambaul Hikam, Mantenan Udanawu Blitar.

Sebagai seorang ulama yang tergolong masih muda, tugas dan tanggung jawab Gus Shonhaji tentu sangat besar. Awalnya, tidak terlintas dalam pikiran beliau majelis yang didirikan 7 tahun lalu ini akan sebesar ini. Majelis yang diemban, bermula hanya untuk teman-teman dekatnya. Sebenarnya sudah lama aurod atau wirid ini diistiqomahkan setiap malam Selasa di Pondok Pesantren Mambaul Hikam. Sejak zaman Abahnya KH  Zubaidi Abdul Ghofur bersama santri-santri setiap malam Selasa. Setelah Abahnya wafat, amalan ini bisa dibuka untuk masyarakat umum. 

Ternyata, alhamdulillah, responnya sangat bagus. Hingga kini puluhan ribu anggota bergabung dalam jamiyah ini. Dari beberapa kota di Jatim, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Nganjuk, dan banyak lagi dari daerah lainnya. Kini kegiatan jam’iyyahnya sampai di luar negeri, seperti di Hong Kong , Malaysia,Brunai Darussalam, dan Macau.

 “Saya merasa tidak memiliki keistimewaan apa-apa. Kita hanya mengajak masyarakat membaca dzikir dan sholawat  bersama-sama,” demikian pengakuan Gus Shon merendah.

Namun, Gus Shon akhirnya mau berbagi hikmah. Menurut beliau, mungkin saja, kegiatannya di jam’iyyah sholawat ini berjalan baik karena barokah dari doa restu sang ibu. Memang, setiap akan menghadiri kegiatan majelis dzikirnya, Gus Shon selalu matur dan mohon doa restu kepada sang ibu, baik kegiatannya di tempat jauh maupun dekat. Kalau Ibunda tidak mengizinkan, beliau tidak akan berangkat.*

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda