Renungan Ramadhan

Peduli Tetangga

COWASJP.COMMEMUDARNYA hubungan antar tetangga terbukti telah melumerkan kontrol sosial. Dampak yang lebih jauh adalah munculnya sejumlah penyimpangan  sosial yang berakhir dengan kejadian yang menciptakan instabilitas sosial dan kejahatan manusia.

Penangkapan sejumlah terduga teroris dan penjahat narkoba sering diikuti keterkejutan para tetangga di sekitarnya. Ada yang nggak tahu bahwa ada keluarga baru yang tinggal di lingkungannya. Atau tahu tapi tidak ada komunikasi yang cukup antar mereka, dan seterusnya.

Lantas bagaimana norma ketetanggaan dalam sebuah komunitas harus dibangun? Adakah landasan normatif untuk menciptakan soliditas sosial antar tetangga? Apakah manfaat fari terbangunnya jejaring tetangga yang kuat.

Islam ternyata telah mengatur semua. Kepedulian terhadap tetangga itu menjadi bagian dari iman. "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangga," kata Rasulullah seperti disampaikan Abu Hurairah dan diriwayatkan Bukhari-Muslim.

Dalam hadis tersebut, derajat peduli tetangga disetarakan dengan anjuran untuk berkata-kata dengan baik dan menghormati tamu. Singkatnya, seperti tertuang dalam hadis tersebut, diantara indikator orang beriman itu adalah mereka yang bertutur kata baik, hormat kepada tetangga, dan memulyakan tamu.

Lalu siapa yang disebut tetangga? Masih ada beda pendapat soal ini. Sebagian menyebut tetangga adalah 40 keluarga di sekitar rumah kita. Sebagian lain menyebut 10 keluarga di sekitar kita. Alquran, Surat An Nissa 36, membagi tetangga ke dalam dua jenis: tetangga dekat (al jaar dzul qurbaa) dan tetangga jauh (al jaar al junub).

ramadhan-ya-ramadhan-globalindoQqW8d.jpg

Ilustrasi; Marhaban ya Ramadhan. (Foto: globalindo)

Ibnu Abbas menerangkan, tetangga dekat adalah tetangga yanb masih ada hubungan kekerabatan. Sedangkan tetangga jauh adalah tetangga yang tidak memiliki hubungan kekerabatan. Ulama lain menafsirkan, tetangga dekat adalah mereka yang juga seiman. Sedangkan tetangga jauh adalah tetangga yang tidak seiman.

Namun, apa pun jenis tetangga tersebut, norma untuk menghormati tetangga sangat penting. Rasulullah mengaku berkali-kali diingatkan Malaikat Jibril tentang berbuat baik dengan tetangga ini. Sampai-sampai, Ia berpikiran tetangga itu mempunyai hak waris.

Kewajiban kita terhadap tetangga antara lain berkata baik, memberi sesuatu apabila kita berkelebihan, dan dilarang menggangu ketenteraman mereka.

Ada sebuah hadis yang menganjurkan agar memperbanyak kuah jika kita sedang memasak. Untuk apa? Agar sebagian masakan kita tersebut bisa diberikan  kepada tetangga.

Mengganggu kenyamanan tetangga merupakan pantangan besar. Bahkan, Nabi Muhammad mengkategorikan sebagai dosa besar. "Tidak ada kebaikan padanya. Ia di neraka," katanya ketika diceritkan sahabatnya kalau ada seorang yang rajin salat tapi perkataannya sering menyakiti tetangga

Soliditas tetangga rasanya memang salah satu kunci terciptanya soliditas sosial. Dengan soliditas sosial akan terbangun rasa aman dan nyaman. Dari situlah terciptanya Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam ini bisa diwujudkan. Kita bisa memulainya. (Penulis adalah Ketua Dewan Masjid Indonesia Kota Surabaya)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda