Gresikpedia untuk Nusantara

Sepakbola di Alun Alun Sampai Telogopojok

COWASJP.COMDULU Alun-Alun depan Masjid Jami' adalah pusat olahraga bagi warga kota Gresik. Di kala sore, banyak sekali yang berolahraga di sana, khususnya olahraga sepakbola. Entah siapa yang mengatur, masing-masing klub punya jatah waktu berlatih di sore hari. Walau begitu, anak-anak berbagai usia pun masih bebas untuk sekadar bermain sepakbola, yaitu pada sisi-sisi lapangan yang kosong, atau ya pada bagian lapangan sepak bolanya. 

Selain Aloon-Aloon, lapangan Telogopojok dan Telogodendo juga dipakai untuk latihan sepak bola untuk klub tertentu. Namanya saja sudah menggunakan kata awalan Telogo, yang namanya tanpa telogo saja bisa terendam air dikala hujan, apalagi yang pakai nama telogo.

Klub sepakbola waktu itu sangat banyak sekali dan sangat hidup sekali. Kebanyakan, hampir setiap kampung atau kelurahan memiliki klubnya sendiri, atau bergabung dengan kelurahan lain. Klub yang sifatnya tidak ‘kedaerahan’ adalah klub sepak bola Hizbul Wathan, atau dikenal sebagai HW. Bahkan klub ini sudah menerapkan inklusifisme dan menghargai pluralitas, yang terlihat dari adanya pemain beretnis China [Tjing], dari kalangan pejabat [Pak Asdirun, yang Camat], dan lain-lainnya.

Pak Asdirun adalah pemain di sayap kanan, dan konon hanya menendang dengan kaki kanan saja. Sehingga kalau mendapatkan bola, yang pas ditendang dengan kaki kiri, beliau akan menyesuaikan diri agar bisa menendang dengan kaki kanannya. Sedangkan Tjing, memiliki kebiasaan khusus, yang selalu menaikkan celananya dengan memasukkan kedua ibu jari tangannya ke karet usus-usus-nya lebih dahulu, sebelum menendang bola. Posisinya adalah gelandang. 

Ada juga kipernya, Darsono yang gemuk. Komisi teknis dan manajer klub ini antara lain Cak Asad Gaffar [Toko INDRA] dan Cak Yi [Azhari].

KOSTUM HITAM GAMBAR TENGKORAK

Klub-klub yang cukup punya nama dan memiliki pendukung fanatik dari masyarakatnya, antara lain SIDOLIG, dari kelurahan Bedilan. Entah diambil dari nama apa SIDOLIG ini, kostumnya hitam-hitam dan kalau tidak salah benderanya juga dasar hitam dengan gambar tengkorak [?]. 

Di Bandung juga ada klub SIDOLIG, tetapi tentu tak ada kaitannya dengan SIDOLIG yang ada di Bedilan ini. Beberapa pemainnya saat itu, antara lain cak Tohar, cak Dullah, Ghofur, cak Mahfud [wadanane ngiler, mantunya Haji Cholil], dan kipernya Saleh dan Osman. Ini termasuk klub yang ‘paling ditakuti’.

Klub populer lainnya yaitu PORT, singkatan dari Persatuan Olah Raga TARUNA, yang domisilinya di Telogo Bendung. Salah satu yang terkenal adalah kipernya, Arsad, yang sering maju bila keadaan kepepet, dan tidak segan ‘memakan’ penyerang lawan. Kostum celana pendeknya ada bordiran bergambar jempol. Yang terkenal dari PORT ini, adalah hakim garisnya [tukang kebut, begitu anak-anak menamakan] yaitu pak Djamin – bapaknya Susanto alias Anton.

Ada lagi klub SAMUDRA, yang dari namanya sudah menunjukkan domisilinya, yaitu Pulopancikan. Kadang timbul dan kadang tenggelam;

Klub GAPURO, juga jelas berasal dari wilayah kelurahan Gapuro, walau ada beberapa orang di luar Gapuro yang ikut bergabung. Ini merupakan multi etnic club, ada Chinanya, ada Arabnya, dan ada juga pribuminya. Anang masuk ke klub ini, karena pertemanannya dengan dengan Go Kian Song, yang juga merupakan spil (gelandang) dari kesebelasan Gapuro.

JAYA adalah klubnya anak-anak Pekauman, dengan pemain-pemain tangguh dari cak Baci [Basri bersaudara]. Ini adalah kelurahan yang paling dekat dengan Alun-Alun, dan setiap saat melihat Alun-Alun. Juga merupakan klub papan atas di Gresik pada waktu itu.

TERATAI, yang dari namanya jelas merupakan klubnya orang Teratee. Pernah unggul sebentar, dan kemudian hilang lagi. Pada waktu itu ada pemain yang dari luar kelurahan Teratee, bahkan dari luar kota. Tetapi diaku sebagai orang Teratee, atau bagaimana.

MELIWIS PUTIH, ini klubnya orang Kemuteran [dan mungkin Sukodono juga]. Latihannya di Telogopojok. Tidak begitu menonjol.

GAJAH ULING, ini klubnya orang Pekelingan. Mungkin sponsornya adalah pemilik Gajah Mungkur sehingga memakai awalan Gajah sebagai nama.

Ada juga klub-klub lain yang termasuk papan bawah, yang tidak begitu menonjol dalam penampilan, sehingga biasanya kalau kejuaraan 17 Agustus sudah akan kalah di babak-babak awal.*

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda