Satu Jam Bersama Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo

Penulis (kanan) saat dijamu Panglima Komando Daerah Militer XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo (kiri). (Foto:Yamin Akhmad/CoWasJP.com).

COWASJP.COM – ockquote>

 O l e h: Yamin Akhmad

--------------------------------

MINGGU (24/4) pagi sebuah pesan singkat masuk di HP saya, “Selamat pagi Pak Yamin.. Apa bisa jumpa di kediaman Pangdam Jam 10.00..?Terimakasih.”

Ini pesan yang memang saya tunggu-tunggu, dari Panglima Komando Daerah Militer XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo. Langsung saja saya balas, “Siap Panglima. Terimakasih.”

Begitu tiba di Ambon sehari sebelumnya, Sabtu siang, saya mengirim pesan singkat ke Pak Doni, isinya, mohon izin untuk bertemu beliau. Menjelang sore setelah lama belum ada balasan, tiba-tiba HP saya berdering, ternyata Pak Doni langsung yang nelpon.

“Maaf Pak Yamin, saya baru saja tiba dari kunjungan kerja beberapa hari ke Pulau Buru. Besok saja ya kita ketemu. Waktu dan tempatnya saya beritahu besok,” kata Pak Doni. 

Sahabat saya, Dr. Aqua Dwipayana yang memfasilitasi pertemuan tersebut mewanti-wanti agar datang tepat waktu. “Pak Doni orangnya sangat disiplin,” pesan Aqua. Tapi kalau saya datang setengah jam sebelumnya, itu bukan karena pesan sahabat saya itu, memang kebiasaan saya untuk selalu on time. Saya memang diminta Aqua Dwipayana untuk bertemu dengan Mayjen Doni Monardo.

“Pak Yamin harus ketemu beliau,” kata Aqua sambil menitipkan dua buku baru berjudul “THE POWER OF SILATURAHIM” -Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi- Karya Dr Aqua Dwipayana serta buku satunya lagi Inspirasi Aqua Dwipayana “PRODUKTIF SAMPAI MATI” yang ditulis Erwan Widyarto. “Pak Pangdam juga menulis komentar di buku saya ini,” kata Aqua.

Tepat pkl. 09.30 kami, saya dan Ir Ikhsan Kasmarang, sudah berada dikediaman Pangdam XVI Pattimura di Air Salobar Ambon. Kawasan yang indah dan nyaman, karena dari kediaman yang luas ini, kita bisa melihat Teluk Dalam Ambon yang cukup menawan meskipun tidak seeksotis Selat Bosphorus di Istanbul, Turki. Di kejauhan tampak Tanjung Alang dan Desa Laha, kawasan Bandara Internasioal Pattimura.

Saat bersalaman, Doni masih menggunakan busana sport, celana pendek berwarna gelap serta kaos merah. Tidak di halaman depan, namun di bagian belakang. Panglima sedang mengamati seekor Moa, sejenis belut tetapi besar dan hidup di laut lepas yang di Ambon dikenal sebagai morea. Morea sepanjang satu meter itu, menurut Doni, bisa bernilai tinggi kalau di luar negeri.

“Sebesar ini bisa sampai tujuhpuluh juta rupiah,” katanya. Batin saya, Pangdam ini tidak hanya menguasai jenis senjata, tetapi juga mengetahui berbagai species yang hidup dilaut. Belum hilang rasa kagum saya, Doni menambahkan bahwa dia pelajari melalui internet. “Saya baca-baca di internet,” kata Pangdam.

foto-paak-yamin-1U2EDS.jpg

Penulis (pakai batik) saat di jamu Panglima Komando Daerah Militer XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo (foto kanan). (Foto: Yamin Akhmad/CoWasJP.com)

Setelah itu, Pak Doni mengajak kami ke ruang tamu di depan. “Kalian datang lebih awal, janjinya kan jam 10.00,” ujarnya sambil tertawa. Dia pamit untuk mandi sebentar.

Dalam obrolan santai di Minggu pagi itu, Doni yang baru delapan bulan menjadi Pangdam XVI Pattimura menyatakan melakukan pendekatan dengan masyarakat melalui face to face. Langsung terjun ke masyarakat. Sebagai muslim yang taat, Doni mengajak staf yang beragama Islam untuk ikut berjamaah di masjid-masjid. Keliling di berbagai tempat. Kesempatan itu dia manfaatkan untuk kultum (kuliah tujuh menit).

Tema sentral yang biasa ayah tiga anak ini sampaikan adalah Hablumminallah, Hablumminannas serta Hablumminal Alam. Hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia, juga menjaga hubungan baik dengan alam. Apalagi alam Maluku dan Maluku Utara yang masuk dalam teritori Kodam XVI Pattimura ini memiliki keindahan yang luar biasa serta potensi ekonomi yang luar biasa pula.

“Apakah itu di laut yang sangat luas atau potensi di daratan berbagai pulau di Maluku dan Maluku Utara,” kata Panglima dengan mengistilahkan potensi di laut dengan Emas Biru dan Emas Hijau untuk potensi alam di pulau-pulau.

Untuk mengaplikasikan tema kultum tersebut, Panglima membudayakan program 4S yakni saling Salaman, Senyum, Sapa dan Silaturahmi, serta menghindari 4M, yakni Mabuk-mabukan, Marah, Melotot dan Memukul. Bila Anda berkunjung ke kota Ambon, Anda akan menemukan sejumlah spanduk atau baliho yang mempublikasikan program yang sudah dikenal sejak dulu  di Maluku dengan semboyan Katorang Samua Basudara. 

Seluruh potensi masyarakat dirangkul. Program silaturahmi bukan hanya di kalangan masyarakat muslim, tetapi juga seluruh tokoh pemuka tiap agama. “Saya juga merangkul tokoh agama Nasrani, Hindu dan Budha,” ujar Pangdam. Mantan Danjen Kopassus ini tidak asal ngomong, namun ia buktikan dengan sikapnya yang tidak pernah diam di tempat.

Selama delapan bulan menjadi orang pertama di Kodam XVI, Jenderal Bintang Dua ini sudah berkeliling di berbagai wilayah di Maluku dan Maluku Utara yang dikenal sebagai Provinsi Seribu Pulau. Tidak capai Pak? “Tidak juga,” kata Panglima. “Saya selalu menikmati setiap tugas yang diemban di pundak saya,” tambahnya. 

Maluku dan khususnya Kota Ambon kini semakin kondusif. Sejak konflik horisontal yang terjadi di akhir 1999 lalu, mungkin masih membawa sisa-sisa dendam di masyaakat.

Sementara potensi konflik yang bukan sara, seperti perseteruan antar kampung yang bertetangga meskipun agamanya sama seperti yang belakangan terjadi di Desa Mamala dan Morella, menurut Pangdam sudah berhasil diatasi.

“Semua tokoh masyarakat dan pemuka agama dari dua desa itu kita ajak dialog,” kata Doni, yang juga mantan Danjen Kopassus itu. Tidak ada pendekatan militer yang ada adalah dialog bersama pemuka agama, tokoh masyarakat dengan melibatkan TNI-Polri, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mencari solusi terbaik membangun kembali persaudaraan abadi.

 Agar perdamaian tersebut bisa berjalan baik, melalui koordisasi dengan Pemerintah Provinsi Maluku, di beberapa desa yang masih memiliki potensi konflik, akan dibangun delapan unit rumah. Dari delapan unit itu empat ditempati anggota TNI dan keluarganya dan empat lagi untuk anggota Polri.

“Kita harapkan dengan pola pengamanan seperti itu, situasi kondusif bisa berlangsung terus hingga suasana kerukunan yang menjadi ciri masyarakat Maluku bisa kembali normal,” jelas Panglima.

Yang sudah dilakukan sejak menjabat Pangdam, menurut Doni adalah memanfaatkan lahan-lahan kering untuk penanaman kembali pohon-pohon produktif. Sudah banyak pohon-pohon yang di tanam di Pulau Ambon yang masuk wilayah Kabupaten Maluku Tengah, seperti di Desa Mamala dan Morella, meskipun berada di Pulau Ambon, tetapi secara administratif masuk Wilayah Kabupaten Maluku Tengah.

“Kondisi ini memunculkan rasa ketidakadilan di kalangan masyarakat. Terkesan mereka dianatirikan, karena berada jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah yang berkedudukan di Masohi Pulau Seram.

Panglima juga melakukan pembinaan terhadap nelayan setempat dengan mengembangkan budi daya ikan dengan pola Karamba. “Budi daya ikan ini sudah jalan, dan beberapa pejabat negara sudah saya ajak ke sana. Antara lain Menteri BUMN Rini Sumarno yang berjanji untuk mendukung penuh program tersebut,” kisah Doni Monardo yang pada 10 Mei 2016 berusia 53 tahun. Selamat ulang tahun Jenderal. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda