Dengan Sajadah Taklukkan Karyawan Nakal

Penulis (kanan) saat membatu karyawannya, (cowasjp.com)

COWASJP.COM – Tak pernah terbayang dalam benak saya kalau suatu ketika bakal bekerja di perusahaan yang bergerak dalam bidang minyak dan gas (migas).

Ketika masih aktif di wartawan pun tak pernah ditugaskan untuk wartawan ekonomi. Sejak jadi wartawan sampai pensiun, hanya meliput di lingkungan militer dan kepolisian.

Sebab itu, ketika pemilik perusahaan migas tempat saya bekerja sekarang mengajak bergabung dan menceritakan salah satu yang ditangani adalah kondensat, dengan sepontan saya mengatakan, kondensat itu "binatang" apa lagi.

Sambil mempersilahkan saya untuk menandatangani akte notaris perusahaan, pemilik enam perusahaan yang bergerak di migas itu mengatakan, "lama-lama nanti Pak Nas akan mengerti sendiri," tutur Amin Gondo pemilik perusahaan itu sembari tersenyum.

Memang salah salah satu jenis usaha yang saya tangani adalah ekspor kondensat. Meski awalnya bingung, tapi karena untuk mendapatkan rekom ekspor harus rapat berkali-kali di kantor kememterian Perdagangan, ahirnya mengerti juga.

Selain itu, saya ditugaskan untuk membenahi sebuah gudang di Kalianak. Di sana terdapat 70 lebih karyawan dengan 15 truk yang harus dikelola.
Menurut pemilik perusahaan, sejak berdiri belasan tahun silam sampai sekarang tak pernah beres. Bahkan jadi sumber kenakalan sopir, kenek, dan buruh gudang. Bahkan kepala gudang pun ikut terlibat.

Dengan modal nekad, akhirnya distributor LPG dengan omset tak kurang dari Rp 1 miliar tiap bulan itu, bisa tertib. Langkah pertama yang dilakukan, membeli sajadah buat musholah dan salat berjamaah dengan karyawan.

Saya juga rutin memberikan pengarahan pada karyawan. Dasar agama yang saya miliki disampaikan kepada mereka. Setiap minggu saya kumpulkan dan menasehati secara agama. Kebetulan, karyawan banyak saudara kita dari Madura.

Walhasil, karyawan tidak berani lagi nakal. Yang biasa mencuri LPG pun, tak berani lagi melakukan. 
Sekarang setiap bertemu saya anak-anak bagian gudang selalu memcium tangan, bak santri dengan kiai. Dalam benak saya, pemdekatan secara agama mengalahkan cara lain yang pernah saya coba. 
Alhamdulillah, semoga Allah selalu memberi petunjuk di dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Aamiin. (M.Nasaruddin)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda