Ketika Petani Nelayan Uring-uringan (1)

Nyangkul Sawah Dapat Plastik dan Gombal

Foto: CoWasJP

COWASJP.COMNAH, ketika membincangkan masalah fiqih lingkungan itulah, sejumlah persoalan menyangkut sampah mencuat. Seorang pendakwah yang juga petani di kawasan itu menyampaikan kekesalannya saat menggarap lahan. Saat mencangkul tanah garapan, yang ia dapati adalah plastik-plastik dan gombal (potongan kain perca). Sehingga ia pun harus bekerja lebih ekstra menyingkirkan sampah-sampah yang tak terurai tersebut.

Yang lain pun mengungkapkan terjadinya penurunan kualitas tanah di wilayah mereka. ‘’Sepertinya tanah-tanah kami kehilangan kesuburannya,’’ ujar salah satu warga.

KEMENAG-ERWAN-OKCmW2R.jpg

Maka, saat berbicara di depan mereka, saya pun mendengarkan curhatan-curhatan mereka. Yang memprihatinkan ada laporan dari mereka bahwa beberapa di antara mereka sering memergoki truk-truk dari kota membuang sampah di wilayah mereka. Padahal, tempat tersebut bukanlah tempat pembuangan sampah.

Semua cerita yang disampaikan malam itu memperlihatkan sejumlah hal. Yang utama, warga belum melakukan pengeloaan sampah dengan baik. Munculnya plastik dan kain perca di lahan saat dicangkul, sudah pasti terjadi karena warga tidak melakukan pemilahan sampah. Warga masih membuang sampah –plastik, kain dan bahan tak terurai lainnya—secara sembarangan.

Atau warga membuat lubang penampungan sampah tapi tetap memasukkan plastik, kain dan bahan tak terurai lainnya ke dalamnya. Sehingga saat lubang yang kemudian ditimbun tanah tersebut mau diolah beberapa tahun kemudian, plastik dan kainnya masih utuh. Semua tahu, perlu puluhan tahun bahkan ratusan tahun untuk mengurai plastik. (bersambung)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda