Hartoko Bisa Nyetir Mobil ketika Saya Terkapar Sakit
Awal Februari lalu adalah pertemuan saya yang pertama dengan Hartoko Ariputro setelah tahun 1995 kami berpisah.
SelengkapnyaAwal Februari lalu adalah pertemuan saya yang pertama dengan Hartoko Ariputro setelah tahun 1995 kami berpisah.
SelengkapnyaJelang sore, lobby Hilton Singapore ramai. Ratusan orang lalu-lalang. Sebagian minum kopi di lounge, atau bergerombol di front desk recepsionist.
SelengkapnyaMega Bintang Michael Jackson (alm) menggelar “The Dangerous World Tour” 1993, menonjolkan lagu Dangerous. Di Asia, digelar di Tokyo, Hongkong, Bangkok, Singapura, dan (tentatif saat itu) Jakarta.
SelengkapnyaMarah-tidaknya Dahlan kadang tampak jelas, kadang terselubung. Seperti halnya mobilitas dia yang sulit diprediksi.
SelengkapnyaDi Hari Guru (hari ini, 27 November 2012) saya cuplikkan dua kisah (serial): Saya dimarahi Dahlan.
SelengkapnyaSaya dan Almarhum Sugeng Irianto sudah bersahabat kental jauh hari sebelum sama-sama gabung Jawa Pos. Kami bersahabat sejak 1979. Ke mana-mana selalu berdua, walaupun kuliahnya beda kampus.
SelengkapnyaIni bukan kabar burung tentang Bung Karno dan Ibu Tien Soeharto. Juga bukan gosip tentang “ada hati” di antara keduanya.
SelengkapnyaCerita saya adalah sisi lain dari era perjuangan membesarkan koran Jawa Pos yang dulu bermarkas di Jalan Kembang Jepun, Surabaya.
SelengkapnyaIni kisah nyata. Saya alami ketika saya wartawan koran Jawa Pos (JP). Saya dedikasikan tulisan ini buat Anda yang bekerja di hari Lebaran.
SelengkapnyaBerapa banyak cucu Bung Karno? Sudahlah. Itu pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Bukan karena tidak bisa dijawab.
Selengkapnya