Menikmati Antrean Panjang Nasi Jamblang

Para pemburu kuliner rela antre panjang sekadar untuk menikmati Nasi Jamblang khas Cirebon. (Foto-foto: Surya Aka/CoWasJP)

COWASJP.COMMENIKMATI liburan Minggu 11 Desember 2016, saya berkesempatan ke Cirebon. Sasaran kuliner pertama langsung menyantap nasi Jamblang. Apa itu nasi jamblang? Bukan ‘jampang’ bukan pula ‘jambang’.  Lalu apa? ‘’Jamblang itu nama daerah di barat Kota Cirebon. Kuliner khas dari sana itu disebut nasi jamblang. Menjadi terkenal karena dibawa ke kota Cirebon,’ kata H Mohammad Amin, sahabat saya di Cirebon yang menjemput di Stasiun KA Cirebon.  

jablayaKkQ.jpg

Kuliner nasi Jamblang yang dipilih ‘’Jamblang Bu Nur’’, terletak di Jalan Cangkring II Cirebon, dekat Grage Mall Gunungsari. Resto rumah didalam gang ini, buka mulai pukul 07,00 sampai 20.00. Ketika saya datang jam menunjuk pukul 14.30. Suasananya sangat rame.

Parkiran mobil dan motor penuh, sampai empat orang juru parkir harus kerja keras. Jumlah orang yang masuk di rumah makan itu saya taksir 250an. Separo di antaranya meluber sampai ke area parkir untuk mengantri. Saya bersama rombongan sengaja ikut antri dari paling belakang, perkiraan ada 100 orang. Agar dapat ‘menikmati perjuangan’ dapat nasi jamblang. Suasananya antri walau sempat mengular, ternyata tertib. 

Dalam hati saya agak protes, sebenarnya makanan kayak apa kok sampai segini banyak orang berduyun duyun datang. Ternyata lebih 30 menit belum juga sampai ke lokasi. Begitu sampai meja prasmanan, saya diberi piring yang sudah dilapisi daun jati. Kemudian ditanya minta nasi berapa porsi. Melihat besarkan 1 porsi, saya minta 2 porsi untuk satu piring. Usai itu piring diserahkan ke saya, lantas maju lagi untuk memilih sendiri lauk yang disukai.    

jabaly-2iFhQA.jpg

Dari pilihan menu itu, kita tingga memilih selera dan kekuatan dompet kita.  Apakah mau telur ceplok, ikan tuna, ayam goreng, ayam bacem, sotong cumi blakutak,atau  paru, sambal merah, atau tahu. Ada juga prekedel, sate udang, sate telur puyuh.  Semua menu bebas memilih, kemudian ditunjukkan dihitung di depan kasir, disitu baru dibayar. 

Harga? Relatif murah. Nasi 1 porsi Rp 2.000. Tempe Rp 1.000, tahu Rp 1.000, cumi2 Rp 15.000, sate udang isi 3 ekor Rp 13.000. Dari menu itu, diprediksi rata rata makanan standar rata2 Rp 20.000-25.000.  Harga yang relatif terjangkau. “”Sebenarnya harganya gak murah banget, tapi juga gak mahal, yang pasti kita puas.’’ Kata Mohammad Amin.

Sebenarnya, masih ada kuliner lain khas Jawa Barat daerah timur Cirebon. Si sini juga ada nasi empal gentong. Disebut gentong karena empalnya dimasak memakai kuah santan, kemudian disimpan di gentong. Tetapi, itu saya pikir besok atau lain kali. Saya penasaran atas rekomendasi sahabat Cowas Mas Ganton Jakarta dan Cak Suwari Surabaya.

‘’Kalau ke Cirebon ojo lali sego jamblang Mas Aka’’ kata Suwari dalam pesannya digrup WA Cowas.  

jablay-1zj5I.jpg

Maka, begitu turun kereta, langsung tancap gas ke Jalan Cangkring Gang II. Nasi jamblang Bu Nur buka disitu sejak 5 tahun terakhir. Sebelumnya, bukanya siang. Mulai pukul 14,00 sampai sore. Awalnya buka kios di pinggir jalan Jl Tentara Pelajar. Setelah rame, baru pinda ke rumah yang sekarang. 

Untuk menuju Cirebon, kali ini saya naik KA Agro Anggrek dari Stasiun Pasar Turi Surabaya, pukul 08.00. Sampai stasiun Cirebon pukul 14.20, hanya molor 05 menit saja. Senang, kereta api sekarang bersih dan tepat waktu.  Hari pertama saya di Cirebon diisi silaturahim dengan DPC Forsa (Fans Of Rhoma and Soneta) Cirebon.

jablay-5VmOsd.jpg

Kemudian hari kedua, saya bergeser ke Kuningan, jarak 1 jam dari Cirebon. Di Kuningan saya akan menyaksikan Grand Final Festival Rhoma Irama Idol, yang digelar DPC Forsa dari 5 kabupaten. Kaukus Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan).

jablay-3rBqbR.jpg

Saya akan menyerahkan piala Rhoma Irama dan Piala Ketua Umum DPP Forsa. Sampai jumpa. (*)

Berita-brita Terkait Tentang Kulinery di CoWasJP.com

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda