Masjid Berstandar ISO, Why Not?

Penulis (Arif Afandi) saat memberi motivasi kepada puluhan peserta pusdiklat MMI. Arif Afandi juga sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Surabaya. (Foto: CoWasJP.com)

COWASJP.COM – ockquote>

C a T a T a N: Arif Afandi

------------------------------------

PENGELOLAAN masjid secara modern mulai menjadi perhatian para takmir masjid. Makin banyak yang tidak lagi mengelola masjidnya secara tradisional dan apa adanya. Mereka memperhatikan aspek detil pengelolaan. Bahkan, banyak masjid yang bertekad menerapkan standar manajemen mutu ISO.

Di Masjid Shalahuddin, Sidoarjo, berlangsung pelatihan pengelolaan masjid dengan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Tidak tanggung-tanggung, puluhan masjid ikut dalam pelatihan tersebut. Termasuk masjid di luar Sidoarjo seperti Bangkalan, Surabaya, Gresik, Mojokerto, Pasuruan dan Lamongan. Ada juga peserta dari Biak, Papua. 

Inilah pelatihan pertama yang diselenggarakan Pusdiklat Manajemen Masjid Indonesia (MMI) yang antara lain dipelopori pengusaha sepatu Ali Mas'oed, KH Ahmad Sofwan, Helmy, dan Hj Sukesi. Pusdiklat ini diketuai Muhamad Tasrifin. Pemberi materi tentang sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 adalah konsultan manajemen Zaenal Arifin. 

bos-arif-satul0gnY.jpg

Penyerahan Dana Bergulir untuk Jamaah Masjid UMKM di Sidoarjo. (Foto: cowasJP.com)

ISO adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). Ia dirumuskan oleh International Organization for Standarization Technical Committee. Organisasi ini bertanggungjawab untuk standar sistem manajemen mutu. Organisasi ini menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin standar ISO up to date dan relevan untuk organisasi. 

Meski pada awalnya, standar manajemen mutu ini dipergunakan untuk pabrik. Namun, kini juga diterapkan untuk perusahaan, organisasi, dan perguruan tinggi. Standar mutu manajemen ini menjamjn bahwa proses dan pelaksanaan organisasi telah sesuai dan memenuhi standar yang diterapkan. 

Lantas bagaimana jika standar manajemen mutu tersebut diterapkan dalam manajemen masjid? Tentu ini akan menjamin profesionalitas dalam pengelolaan masjid. Manajemen masjid akan bertransformasi dari sistem manajemen tradisional kepada manajemen modern. Ada proses organisasi yang harus dilalui, ada pengawasan yang bisa dipertanggungjawabkan, dan ada dokumentasi yang teratur.

Masjid kini memang tidk hanya dianggap sebagai tempat ibadah. Ia menjadi pusat peradaban yang mencerminkan kemajuan jamaahnya. Semakin maju jamaahnya semakin tinggi tuntutan akan manajemen masjid. Ia tidak lagi bisa dikelola secara tradisional dan apa adanya. Masjid sudah saatnya dikelola dengan cara modern, akuntabel, dan berorientasi kepada layanan prima terhadap jamaah.

Jika Islam mengedepankan kepada kebersihan dan kesucian (thaharah), maka masjid harus punya standar kebersihan dan kesucian melebihi hotel. Jika Islam mengajarkan tentang akuntabilitas (amanah), maka pengelolaan keuangan masjid harus lebih transparan dan akuntabel melebihi perusahaan terbuka. Jika Islam mengajarkan tentang pentingnya waktu, maka masjid harus menjadi contoh kedisiplinan umat.

bos-arisNVPS.jpg

Para takmir peserta Pusdiklat MMI. (Foto: cowasJP.com)

Kalau semua standar manajemen masjid bisa distandarkan secara modern dengan nilai-nilai dasar Ke-Islaman, ia dengan sendirinya bisa menjadi pusat peradaban. Tanpa harus berkoar-koar mengkampanyekan tentang kebajikan, masyarakat akan menjadikan masjid sebagai sumber inspirasi gaya hidup masyarakat. Masjid akan menjadi rujukan pola hidup keagamaan sekaligus memberikan kenyamanan umat untuk beribadah.

Sudahkan masjid kita yang dikelola seperti tuntutan masyarakat yang terus berkembang? Sudah banyak yang mulai menuju ke arah sana. Ada ikhtiar keras dari para takmir masjid untuk menyesuaikan dengan kebutuhan jamaah yang terus berkembang. Makin banyak masjid yang menyediakan layanan lebih lengkap terhadap kebutuhan jamaah. Mulai dari kebutuhan pengajaran pendidikan agama, klinik, dan layanan pemberdayaan ekonomi umat.

Sejalan dengan perkembangan itu, standarisasi manajemen mutu menjadi sebuah kebutuhan yang tak terelakkan. Tampaknya memang sudah saatnya masjid kita bertransformasi tidak hanya sebagai pusat ibadah, tapi juga pusat peradaban Islam yang sesungguhnya. Dari masjidlah upaya revolusi mental masyarakat bisa dimulai. Dari masjidlah kita bisa membangun masyarakat yang beragama yang sejalan dengan perkembangan zaman. Bukan malah menjadikan masjid sebagai sumber masalah di dunia.

Insyaallah bisa!

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda