Cara Mendidik Anak, Belajar dari Al Quran

Jangan Nyuruh ke Masjid tapi Malah Nonton Uttaran

COWASJP.COM – ADA yang menarik dalam ceramah taraweh di masjid kampungku. Sayang kalau dilewatkan begitu saja. Maka, agar isi ceramah itu bisa bermanfaat bagi para pembaca CowasJP.com, saya tuliskan di sini. Ini juga salah satu upaya untuk “mengikat ilmu.” Bukankah Sayidina Ali berpesan “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya?’’

BACA JUGA: Lima Pondasi Keluarga Islam

Penceramah malam itu menguraikan perihal Ramadhan sebagai bulan pendidikan, bulan tarbiyah. Kesempatan yang baik untuk kita semua melakukan refleksi terhadap dunia pendidikan. Melihat kekurangan-kekurangannya dan mencari solusi untuk memperbaikinya. ‘’Ada yang belum sempurna dari pendidikan kita,’’ tegasnya.

Doktor lulusan sebuah universitas di Jepang ini lantas menceritakan pengalamannya. Saat pulang dari Jepang, bukan hanya dirinya yang stres. Anaknya pun ikut stres. Pindah sekolah masuk ke kelas 3. ‘’Anak saya seperti harus menjadi Super Boy. Ilmu Alam harus tahu, matematika pun diajari yang rumit dan bahasa Jawa pun harus tahu,’’ tambahnya.

BACA JUGA : Syeikh dari Gaza Galang Donasi

Kondisi tersebut berbeda dengan dunia pendidikan di Jepang. Saat di Negeri Sakura itu, anaknya yang kelas 3 itu sekolahnya seperti “main-main.” Ke sekolah yang seperti anak-anak yang main-main. Berlari-lari ke sana kemarin. Menyenangkan bagi anak-anak. Paling lama 5 jam berada di sekolah. ‘’Karena dunia anak kan dunia bermain,” urainya.

Di Indonesia, anak kelas 3 sekolah sudah dibebani pelajaran yang luar biasa banyaknya. Berada di sekolah bisa 10 jam. Berangkat jam 6 pagi, sampai rumah jam 5 sore. ‘’Tapi, kita ya tetap gini-gini saja. Bangsa kita jauh tertinggal dari Jepang. Mungkin saja, pengetahuan kita lebih banyak. Tapi yang meresap sebagai perilaku tidak ada,’’ katanya yang mencontohkan soal zebra cross. Banyak yang tahu fungsi zebra cross tapi yang menggunakannya untuk menyeberang sangat sedikit.

Doktor muda itu lantas merujuk pola pendidikan yang diajarkan Al Qur’an. Banyak panutan yang bisa dijadikan referensi dalam mendidik anak. Dua yang terkenal dan diabadikan di dalam kitab suci Al Qur’an adalah Keluarga Lukman dan Keluarga Ibrahim. (Lihat Q.S Lukman: 13-19)

BACA JUGA: Belajar dari Keluarga Istimewa

Dari kedua keluarga tersebut, penceramah ini lantas merinci setidaknya ada 7 (Tujuh) hal yang bisa dijadikan tuntunan untuk umat Islam dalam mendidik anak. Ketujuh hal tersebut adalah:

  1. Kualitas orangtua yang paling utama. Kendati anak sudah disekolahkan di sekolah yang berkualitas, baik negeri maupun swasta, kualitas orangtua tetaplah memegang peran penting. Bahwa menyekolahkan anak di sekolah yang bagus merupakan ikhtiar. Orangtua tetap harus meningkatkan kualitas ilmu dan pengetahuannya. Tidak bisa santai-santai atau tidak berupaya menambah ilmu.
  2. Orangtua harus senantiasa berdoa untuk kebaikan anaknya. Doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim merupakan doa yang baik untuk selalu dimohonkan kepada Allah. Salah satunya “Rabbi habli minash shalihiin.’’  Sebab, bagaimanapun yang membolak-balikkan hati adalah Allah. Sedangkan berdoa adalah bagian dari adab seorang hamba.
  3. Orangtua harus menjadi teladan. Dalam mendidik anak, orangtua adalah contoh yang paling baik. Ketika seorang bapak memerintahkan anak-anaknya rajin ke masjid, maka dia sendiri yang harus lebih dulu rajin. ‘’Tidak bisa hanya bilang ‘Le, ke masjid!’ sedangkan dia sendiri asyik nonton Uttaran. Kalau mengajak seperti itu, bapaknya sudah harus siap dengan baju koko berangkat ke masjid. Itu akan lebih efektif,’’ katanya.
  4. Berikan lingkungan terbaik untuk pendidikan anak. (Baca Q.S Ibrahim ayat 37) Orangtua harus mencarikan tempat atau lingkungan yang terbaik untuk pendidikan anak-anaknya.
  5. Bersikap demokratis. (Baca Q.S As-Saffat:102) Orangtua tidak boleh memaksakan kehendaknya. Anak harus diberi kesempatan untuk mengajukan pendapatnya.  Saat Nabi Ibrahim bermimpi  agar menyembelih Ismail, beliau pun meminta pendapat anaknya. Jadi, harus diperhatikan aspek kepentingan dan pendapat anak.
  6. Mencintai anak karena Allah. (Baca Q.S At Taubah: 24) Anak adalah amanah. Bukan barang milik. Kecintaan terhadap anak tidak boleh melebihi kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya.
  7. Melibatkan anak dalam aktivitas kebaikan. Cara mendidik anak yang efektif adalah melibatkannya dalam setiap aktivitas. Misalnya, mengajarkan anak agar gemar bersedekah. Maka, anak juga harus dikasih uang untuk dimasukkan ke dalam kotak infak. ‘’Mengajari anak agar senang membaca Al Qu’ran, maka diajak ikut tadarus. Agar mengerti salat, diajak ke masjid sejak kecil dan seterusnya,’’ tandasnya.(*)
Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda