Jarod, Tempat, Ngopi Ala Manado

Suasana tempat minum kopi dan cangkruk ala Manado. (Foto: Kusnin cowasjp.com)

COWASJP.COM – ockquote>

 L a P o R a N: Imam Kusnin Ahmad

------------------------------------------------

KAFE atau Cafe, sudah kita kenal sebagai tempat tongkrongan yang asik. Dibanyak kota, keberadaan kafe memang terkesan sebagai tempat yang bisa menguras kocek,  akan tetapi beda halnya dengan sebuah tempat tongkrongan ngopi di Manado, dikenal dengan sebutan Kafe Jarod.

Pemiliknya bernama Jarod? Bukan..Jarod hanyalah kependekan dari “Jalan Roda”, ya memang ini berawal dari sebuah jalan kecil di tengah kota Manado yaitu Jl.Roda. Di sepanjang jalan ini dipenuhi warung kopi, mie rebus, dan makanan lainnya.

Bentuknya bukan seperti kafe-kafe mewah dan mahal melainkan hanya jejeran warung kopi yang hangat, akrab, dan murah meriah. Hargo kopi tidak lebih dari Rp 10.000.Namun khas kopi susu. Berbeda pula dengan kafe-kafe mahal, warung kopi di Jl. Roda ini tidak buka sampai larut malam, karena jam 19.00-an warung-warung ini sudah tutup. Kenapa demikian?

Aku ketika berkunjung ke Kota setengah bulan lalu,dengan ditemani tiga sahabat saya,Abeng, Fadli dan Jabir, aku sempatkan mampir  lagi ke lokasi ini. Aku udah tiga kali mampir kelokasi itu.Waktu itu pengunjung sangat banyak.. sekitar 150 an lah.

Abeng teman saya menceritakan awal mula jalan ini sehingga menjadi sebuah tempat ngopi yang asik. Jl. Roda, sebuah jalan kecil yang memiliki kisah besar dalam membangun budaya “toleransi” di Manado. 

Menurut Abeng, awalnya jalan lokasi jalan Roda ini digunakan sebagai tempat berkumpul (meeting point) oleh pedagang-pedagang yang datang dari gunung-gunung sekitar Manado. Mereka datang membawa barang dagangannya dengan gerobak sapi. Setibanya di Jl. Roda mereka bertransaksi hingga siang hari. Setelah itu mereka saling bergurau dan bersantai-santai sambil menikmati kopi dan makanan-makanan kecil.

Sejak itulah fungsi Jl. Roda menjadi semacam tempat berkumpulnya semua masyarakat dari berbagai latar belakang suku dan agama. Ada yang datang dari Minahasa, Sanger, Gorontalo, orang Islam, Kristen, semuanya duduk berkumpul dan santai mengobrol dengan sajian kopi panas dan itu terjaga hingga hari ini. “ Semua komponen biasa ngumpul disini. Termasuk Gubernur, Kapolda dan lainnya,’’ ungkap Abeng.

Tak heran jika Pemkot Manado pun akhirnya menjadikan Jl. Roda ini sebagai tempat yang layak dikunjungi oleh wisatawan. 

“Karena tempat ini selalu ramai.Lokasi ini tidak jarang juga dijadikan tempat kampanye para kandidat yang maju dalam Pilkada atau Bakal Calon Legislatif. Baik daerah maupun pusat,’’ tambah Fadli.

Cuma harus tahu aturannya. Lo..bagaimana aturannya?.Menurut Fadli.Para kandidat atau tim sukses  boleh omong apa saja.. termasuk program-program andalannya. Tapi tidak boleh lupa... semua biaya konsumsi dan organ tunggal yang selalu mengiringi ditanggung sang kandidat.

” Kampanye disini sangat murah.Karena hanya membelikan kopi dan snack saja.Cuma terkadang bagi yang kantong tebal, mereka tambahi dengan kaos atau uang paling-paling Rp25.000 an,’’ tambah Jabir.

Yang menarik, tandas Abeng, bahwa keberadaan kafe-kafe moderen di Manado tidak mematikan keberadaan Warung Kopi Jalan Roda ini. Masing-masing semacam sudah punya keunikan dan ke-khas-annya tersendiri. Justru keduanya malah saling melengkapi sebagai daya tarik wisatawan yang datang ke Manado. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda