Tindakan Tegas KPI Membela Martabat Pesantren

Acara Trans7 yang diduga menyinggung Ponpes Lirboyo. (FOTO: YouTube - suara.com)

COWASJP.COM – Peringatan Hari Santri Nasional 2025 (22 Oktober) yang seharusnya menjadi momen pengakuan dan penghormatan atas peran besar pesantren dan santri dalam sejarah serta pembangunan bangsa, ternoda oleh kontroversi program “Xpose Uncensored” di Trans7. 

Tayangan yang melecehkan pesantren ini memicu kecaman luas. Dan membuat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mengambil tindakan tegas dengan menghentikan sementara program tersebut.

Momentum bersejarah Hari Santri Nasional 2025 diperingati sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi santri dan pesantren. Pondok pesantren selain berperan penting dalam bidang pendidikan agama Islam, juga telah lama menjadi pilar moral dan sosial bangsa. 

Pada tahun 2025, momen ini diharapkan bisa memperkuat nilai-nilai kebangsaan, keberagaman, dan keharmonisan antar elemen masyarakat. Namun, perayaan kali ini terganggu setelah Trans7 menayangkan program “Xpose Uncensored” yang dinilai menodai makna peringatan tersebut. Dengan konten yang melecehkan nilai dan martabat pesantren serta tokoh kyai.

Konten yang Melecehkan: Pelanggaran Norma Penyiaran

KPI Pusat menegaskan bahwa tayangan tersebut melanggar beberapa ketentuan penting dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI tahun 2012, di antaranya:

--Pasal 6 Pedoman Perilaku Penyiaran yang melarang penyajian konten yang melecehkan kelompok sosial.

--Pasal 6 ayat (1) dan (2) yang mewajibkan penghormatan terhadap individu dan kelompok agar tidak direndahkan.

--Pasal 16 ayat (1) dan (2) huruf (a) Standar Program Siaran tentang larangan konten yang mencederai nilai sosial budaya.

Ketua KPI Pusat, Ubaidillah, menyatakan, “Pesantren adalah salah satu warisan bangsa yang harus dihargai dan dijaga martabatnya. Tidak pantas menjadikan pesantren dan para kyai sebagai bahan olok-olok dalam sebuah tayangan”.

Menurutnya, tayangan tersebut bukan hanya mencederai penghormatan terhadap pesantren, tetapi juga berpotensi menimbulkan keretakan sosial karena menyangkut keberagaman.

Reaksi dari Komunitas Pesantren

Tokoh pesantren yang dihubungi mengungkapkan kekecewaan mendalam. KH. Abdul Wahid, seorang kyai senior dari salah satu pondok pesantren ternama, menyatakan:

 “Hari Santri harusnya menjadi ajang penghormatan dan penguatan nilai pesantren dalam kehidupan bangsa. 

Tayangan seperti ini sangat menyakitkan hati kami para santri dan kyai. Ini bukan hanya tentang kami, tapi juga tentang bagaimana bangsa ini menghargai akar sejarah dan budaya kita”.

Ia menambahkan pesantren selama ini telah berkontribusi signifikan dalam pendidikan dan pembentukan karakter masa depan bangsa. Maka, penggambaran negatif seperti itu jelas merugikan citra lembaga kami dan umat secara keseluruhan.

Dampak Sosial dari Tayangan Kontroversial

Tayangan “Xpose Uncensored” berpotensi memecah belah masyarakat, khususnya yang memiliki latar belakang pesantren. Pelecehan terhadap keyakinan dan lembaga keagamaan yang diakui secara luas dalam kehidupan sosial, dapat menimbulkan kekecewaan yang mendalam dan gesekan horizontal.

Selain itu, masyarakat luas yang menyaksikan tayangan tersebut dapat memiliki persepsi negatif yang salah terhadap pesantren. Padahal pesantren telah lama menjadi pilar pendidikan dan sosial yang mendukung keberagaman dan persatuan bangsa.

Langkah Tegas KPI dan Harapan untuk Media Penyiaran

Sebagai tindakan korektif, KPI Pusat menghentikan sementara penayangan program tersebut, dan menuntut Trans7 melakukan evaluasi menyeluruh. 

Ubaidillah menegaskan, “Kami meminta agar stasiun televisi dan seluruh pelaku penyiaran lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam menyampaikan konten. Apalagi pada momentum penting seperti Hari Santri Nasional”.

Trans7 diharapkan segera menarik tayangan ini dari siaran, dan menyampaikan permintaan maaf resmi kepada komunitas pesantren dan publik. 

KPI juga menekankan pentingnya pelatihan internal bagi pembuat program agar memahami dan mematuhi norma budaya dan sosial yang berlaku.

Kado Hitam bagi Hari Santri Nasional

Ketika seluruh bangsa berfokus pada penghormatan dan penguatan nilai-nilai pesantren di Hari Santri Nasional, tayangan kontroversial ini menjadi “kado hitam” yang menyakitkan. Itu bukan hanya masalah media, melainkan masalah penghormatan terhadap identitas dan keberagaman bangsa.

Momen ini harus menjadi pengingat penting bagi media nasional agar menghormati nilai-nilai luhur sosial dan keagamaan. Keharmonisan dan rasa hormat antar komunitas harus dijaga demi menjaga persatuan bangsa.

Rekomendasi dan Arah Ke Depan

--Memperkuat komitmen terhadap regulasi KPI dan etika penyiaran.

--Melakukan pelatihan sensitifitas budaya dan agama bagi para kreator program.

--Memprioritaskan konten yang menghormati keberagaman dan nilai sejarah bangsa.

--Menjalin komunikasi konstruktif dengan komunitas pesantren dan tokoh agama untuk membangun konten yang harmonis.

KPI harus meningkatkan pengawasan dan penegakan peraturan secara konsisten, agar media memenuhi tanggung jawab sosial dan budaya.

Melalui langkah-langkah tersebut, diharapkan momen Hari Santri Nasional ke depan dapat berjalan harmonis tanpa gangguan. Bahkan menjadi sumber inspirasi penguatan kerukunan dan identitas bangsa Indonesia yang kaya keberagaman.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda