Laporan dari Swiss (15)

Contohlah Swiss, SD - SMP Dimerger, 7 Tahun Sudah Lulus

Makan siang di restoran Korea. Dari kiri: Zirco, Papi Fariz, Okky (penulis). (FOTO: Okky Putri Prastuti)

COWASJP.COMLibur sekolah musim gugur telah tiba. Dua minggu lamanya. Tahun ajaran baru dimulai menjelang musim gugur. Baru 23 Agustus lalu mulai masuk. Sekarang sudah libur, sudah jalan satu minggu. Periode libur sekolah 4X mengikuti musim. Jadi ada libur musim gugur, libur musim dingin, libur musim semi dan libur musim panas.

***

Libur musim panas yang paling panjang, sekaligus sebagai libur kenaikan kelas.  Sudah tertulis di buku agenda, sejenis buku komunikasi antara guru dan orang tua, yang berisi keterangan aktifitas Zirco -- anak sulung kami -- selama sehari-hari di sekolah. 

Di akhir minggu orang tua wajib menandatangani buku tersebut untuk membuktikan telah membaca segala informasi yang diberikan. 

Liburan musim gugur mulai pada tanggal 18 - 31 Oktober 2021. Sehingga orang tua sudah bisa merencanakan liburan keluarga jauh-jauh hari sebelumnya. Budaya di Eropa kalau liburan bisa pergi keluar negeri dalam waktu lama. Bukan hanya 2 atau 3 hari seperti kita yang liburan ke Batu, Jogja, ataupun Bali.

okky-Swiss-2.jpgMenu makan di Barbecue Coreen. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Sebelum liburan, sekolah mengadakan kegiatan field trip atau kunjungan lapangan pada tanggal 12 Oktober 2021. Di Indonesia hal ini sudah umum. Ada yang namanya kegiatan tengah semester atau juga sama menyebutnya field trip. Dulu Zirco di Growing Kid School (sekolah Zirco di Surabaya) saat Playgroup A dan B sudah pernah mengikuti field trip ke beberapa tempat. Antara lain ke Hotel Mercure, Jalan Raya Darmo, Surabaya, untuk belajar membuat sushi. Ke Hoka-Hoka Bento Darmo untuk belajar membuat salad, dan yang terakhir ke Bogasari Tegalsari untuk belajar membuat kue.

BACA JUGA: Beruang Coklat Tiba-Tiba Muncul, Zirco pun Berteriak!​

Zirco senang sekali saat cerita kalau akan pergi jalan-jalan bersama teman-teman sekelasnya. Ada 2 kelas, sekitar 35 anak tingkat 1P akan mengunjungi museum kesenian (Art Museum), makan di taman, dan naik transportasi umum bersama-sama. 

Berbeda dengan field trip sebelumnya di Indonesia yang jumlah pengantarnya jauh lebih banyak daripada muridnya. Di Swiss orang tua disarankan untuk tidak ikut, supaya si anak belajar mandiri. Jadi, sejak balita anak sudah dididik untuk bisa mandiri!! 

Orang tua cukup mengantar dan menjemput anak di halaman sekolah, sesuai jadwal sehari-hari. Serta membawakan bekal ringan dan minuman untuk dimakan bersama. 

Kali ini tujuan field  trip Hermitage Foundation (tempat Art Museum) dan Parc de Hermitage (Taman Hermitage). Kalau dilihat dari google map jaraknya sekitar 4,2 kilometer dari sekolah Zirco.

Zirco bercerita pergi jalan kaki ke stasiun kereta metro terdekat bergandengan tangan dengan temannya. Berbaris rapi menggunakan identitas kalung hijau yang peruntukkannya digunakan saat sedang berjalan kaki. Sehingga para pengendara bisa memberikan prioritas kepada anak-anak sekolah yang hendak melintas. 

Serta menyebutkan dengan jelas nanti naik bus nomor 16 dengan tujuan Hermitage. Dia melihat banyak lukisan di museum. Salah satunya lukisan singa - hewan yang sudah Zirco kenali dengan mudah. Zirco juga meminta kalau weekend ingin pergi ke taman Hermitage lagi karena tamannya sangat bagus dan banyak mainannya. 

okky-Swiss-3.jpgSalah satu lukisan di Hermitage Fondation - Art Museum. (FOTO: Foundation de Hermitage Collection)

Sayangnya kami tidak memiliki foto keseruan Zirco field trip kali ini. Kami hanya mendengar cerita Zirco yang sangat antusias. Rasanya kami pun bahagia karena dia sudah mulai bisa beradaptasi dengan teman dan kegiatan sekolah. 

Kami memberikan sedikit hadiah ke Zirco atas kemandirian mengikuti field trip kali ini dan tanpa drama nangis sama sekali. Kami pergi makan ke restoran Korea, namanya Barbecue Coreen pada hari weekend. Zirco suka sekali dengan daging barbeque yang dipotong tipis dan juga ayam dengan toping keju. 

Dilihat dari penampakannya ukuran daging cukup tebal. Kami khawatir dagingnya keras dan Zirco tidak suka. Ternyata oh ternyata dagingnya sungguh empuk, enak. Apalagi dipadukan dengan hangatnya nasi. Menu pelengkap lainnya juga tidak ketinggalan yaitu Tteok-bokki (baca:toppoki), jajanan kue beras, kenyal-kenyal seperti pentol yang disiram dengan kuah merah gochujang pedas. Kalau ini yang doyan sih bapak-ibunya. Zirco lebih memilih menghabiskan daging dan juga ayam keju. Zygmund pun tidak ketinggalan melahap nasi dan juga daging.

Jenjang sekolah di Swiss dan di Indonesia sedikit ada beda. Minimal yang saya ketahui untuk warga asing yang sudah punya Resident Permit. Ada 2 model sekolah yang bisa menjadi pilihan. Public School atau Sekolah Negeri dengan biaya pendidikan gratis ditanggung pemerintah yang menggunakan pengantar Bahasa Prancis. Sedangkan satunya adalah International School yang notabene terkenal mahal dengan pengantar dual bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Prancis. Kami pilih Public School meskipun oleh perusahaan juga ditawari pilihan Internasional School. Meskipun Zirco di sekolahnya dulu memakai pengantar Bahasa Inggris, namun juga belum paham betul. Dia dapat memahami makna yang disampaikan oleh gurunya, namun untuk merangkai 1 kalimat penuh juga belum bisa. Apalagi ditambah dengan sekolah online yang kepercayaan diri untuk mengobrol dalam Bahasa Inggris juga belum begitu lancar. Karena sama-sama belum bisa Bahasa Inggris ataupun Bahasa Prancis, akhirnya Zirco masuk ke Public School.

okky-Swiss-4.jpgParc de Hermitage. (FOTO: Lausanne Tourisme)

Berikut saya lampirkan jenjang pendidikannya:

Tingkat Primary dimulai dari 1P (4 - 5 tahun) hingga 8P (11 - 12 tahun). .

Tingkat Secondary dimulai dari 9S (12 – 13 tahun) hingga 11S (14 – 15 tahun). 

Setelah lulus siswa bisa melanjutkan kuliah. 

Jadi, jenjang sekolah yang langsung menjadi tanggung jawab Pemerintah Swiss mulai anak usia 4 – 5 tahun mulai klas 1P. Kalau di Indonesia setara TK. Sedang di Indonesia yang langsung menjadi wajib sekolah mulai usia 6 – 7 tahun, setara SD. Demikian juga tentang masa lama sekolah sampai menuju kuliah. Kalau dihitung mulai setara TK usia 4 – 6 tahun di Indonesia butuh 14 tahun, sedangkan di Swiss hanya butuh 11 tahun. 

Biasanya setelah lulus  Secondary School sebelum ke jenjang kuliah mereka ambil wajib militer satu tahun. 

Untuk jadwal masuk kelas 1P pelajaran dimulai pada jam 08.30 – 11.50 CEST (Central European Summer Time). Anak yang tidak dijemput orang tua langsung ke day care atau tempat penitipan anak. Maka guru di day care tersebut sudah tiba di halaman sekolah untuk menjemput siswa-siswinya. 

Sedangkan mulai kelas 2P hingga 6P, mereka memiliki jadwal 2x sekolah. Di sesi pertama jamnya sama dengan 1P, namun pada pukul 14.00 CEST mereka harus kembali ke sekolah. Sesi kedua dimulai jam 14.00-15.40 CEST. 

Untuk jenjang lebih tinggi yaitu 7P dan 8P, mereka memiliki jam sekolah lebih panjang. 

Sesi 1, jam 08.30-12.00 CEST. 

Sesi 2, jam 13.50-16.15 CEST. 

Setelah jam sekolah mereka juga memiliki kegiatan after school seperti ekstrakulikuler. 

Mereka wajib pulang ke rumah, makan siang di rumah dan tidak diperkenankan berada di lingkungan sekolah. Bagi yang masih kecil berarti orang tua bolak balik antar ke sekolah. Yang sudah besar bisa naik sepeda, scooter, ataupun jalan kaki. 

okky-Swiss-5.jpgJenjang Pendidikan di Lausanne. (Sumber: Website Resmi Canton Vaud - Lausanne)

Pemilihan sekolah di sini ( di Swiss) lebih mendekati tempat tinggal. Agar tidak memakan waktu lama perjalanan dari rumah ke sekolah. 

SAATNYA SD DAN SMP DI-MERGER

Sistem Zona yang begini sedang diterapkan di Indonesia. Yang banyak dikeluhkan ortunya. Siapa tahu sistem jenjangnya ke depan juga bisa diadaptasikan ke Indonesia. Tidak ada perpindahan dari SD ke SMP.  Dan dipadatkan waktu pendidikannya dari 9 tahun menjadi 7 tahun. 

Sekarang jenjang SD sampai SMP di Indonesia memakan waktu 9 tahun. Apakah harus seperti itu sepanjang zaman? Toh guru-guru SD dan SMP sekarang sudah S1 semua, dan banyak yang sudah S2 juga. Mengapa SD – SMP di Indonesia tidak di-merger sekalian? SD - SMP di-merger dan dipercepat pula waktunya dari 9 tahun menjadi hanya 7 tahun. 

Dengan begitu, waktu pendidikan SD-SMP tak hanya lebih singkat (dari 9 tahun menjadi hanya 7 tahun). Tapi juga pendidikan terendah warga Indonesia tidak ada lagi yang hanya lulusan SD. Semua warga Indonesia minimum tamatan SD-SMP!! AYO, INDONESIA BISA!! 

Kedua putri Mbak Yuniar – teman saya yang sedang menempuh PhD di University of Lausanne (UniL) juga mengalami hal serupa. Syifa dan Hafsah yang sedang menduduki kelas 7P dan 4P juga memerlukan waktu 15 menit untuk pulang-pergi sekolah-rumah. Mereka sudah mandiri pulang dan berangkat sendiri, karena Mbak Yuniar dan suami juga harus berangkat ke kampus. "Di rumah ya cuma makan, istirahat sebentar, lalu kembali ke sekolah," ujar Syifa yang sudah mulai fasih Bahasa Prancis. 

Hafsah yang lebih pemalu mengaku awalnya capek jalan kaki. Tapi lama kelamaan sudah terbiasa. Mereka berdua juga bersekolah di public school dekat rumahnya di daerah Renens. 

Bagaimana dengan tingkat secondary school untuk 9S hingga 11S? Jadwalnya lebih panjang lagi. 

Sesi 1 dimulai lebih pagi yaitu jam 07.40-12.00 CEST.

Sesi 2 jam 13.50-16.15. Mereka juga memiliki kegiatan ekstrakulikuler pada jam 15.25-17.00 dengan jadwal kelas yang berbeda-beda sesuai minatnya. Selain itu mereka juga memiliki pilihan untuk mengasah keterampilan pada bidang pelajaran Bahasa Prancis, Matematika-Fisika, Bahasa Jerman, dan Ekonomi – Hukum. 

Setelah lulus dari 11S mereka bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Namun apabila tidak diterima di Perguruan Tinggi, mereka bisa mengambil sejenis sekolah vokasi atau sertifikasi selama 1-4 tahun tergantung bidang yang digeluti. Contoh bidangnya adalah sertifikasi professional sekolah bisnis atau sekolah tentang kebudayaan.

Sekarang mari kita beralih ke sekolah internasional yang ada di Lausanne. Salah satunya adalah International School of Lausanne. The Best Private School in Lausanne. Pertama-tama siswa baru yang masuk sudah dikenakan biaya sekitar 5000 CHF = Rp 78,5 juta (1 CHF = Rp.15.700). Biaya ini hanya dibayarkan 1 kali saja di awal tahun. Kemudian untuk biaya SPP bukan melalui sistem bulanan melainkan sistem musim atau 4 bulanan. Dan setiap musim biayanya juga beda-beda.  Kalau di total dalam 1 tahun perlu merogoh 27.050 CHF = Rp 424,68 juta untuk sekolah tingkat 1 sampai 6 atau 1P-6P. 

Sedangkan untuk kelompok 7-9P, 10-11P, dan 12-13P biaya yang dibayarkan juga semakin besar mencapai 36.530 CHF = Rp 573,52 juta setiap tahunnya untuk tingkat yang tertinggi. Semua buku, alat tulis, pernak-pernik yang berhubungan dengan sekolah sudah termasuk dalam biaya tersebut. Selain itu juga masih ada biaya tambahan untuk kegiatan ekstrakulikuler dan field trip dengan range 100 – 1200 CHF per tahun. 

Jadi  biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun untuk menyekolahkan 1anak di sekolah internasional, kalau saya hitung untuk tingkat 1P, dana total yang saya butuhkan adalah 32.320 CHF = Rp 507,42 juta. Bisa buat beli CRV baru. 

Jam masuk sekolahnya pun sedikit berbeda. Sekolah internasional menerapkan fullday atau jam sekolah dari pagi sampai sore, namun siswanya tidak perlu pulang ke rumah. Jam sekolah dimulai pukul 08.00 CEST dan diakhiri pada pukul 15.40 CEST. 

Sedangkan untuk kegiatan after school atau ekstrakulikuler akan dimulai pada pukul 16.00-18.00 CEST. Hal ini juga dibenarkan oleh Mbak Diana selebgram blogger penulis yang terkenal itu,  kedua putra-putri mereka sudah memiliki aktifitas terjadwal full di sekolah. Mereka semua bersekolah di International School. "Sehingga aku punya waktu luang cukup banyak dan tidak perlu menjemput mereka bolak-balik," candanya saat kami bertemu beberapa waktu lalu. 

Daria yang masih berumur 4 tahun menduduki kelas Reception 4 (R4) sudah fasih berbahasa Inggris, bahkan dia lebih memilih berbicara dengan Bahasa Inggris daripada Bahasa Perancis. Daria yang lahir di Lausanne sebenarnya sudah bisa berbahasa Prancis, karena sejak kecil sudah gabung di daycare. "Tapi sekarang agak malas, hehe," kata Mbak Diana Rikasari. 

Kelas Reception ada 2 tingkat yaitu R3 dan R4. Kedua kelas ini diperuntukkan anak di bawah 5 tahun. Dan sekolahnya juga bervariasi. Artinya, ada yang 1 minggu hanya 4 sampai 7x dan ada yang sampai fullday. Pastinya jumlah kelas yang dipilih mempengaruhi biaya sekolah per bulannya. 

Untuk R3 yang memiliki jadwal 4x sesi (1 sesi yaitu pagi-siang) harus membayar biaya 1 tahun pendidikan sebesar 13.700 CHF = Rp 215 juta. 

Sedangkan untuk kelas R4 full day (5x dalam seminggu) membayar sebesar 26.300 CHF = Rp 413,48 juta. 

Tapi untuk biaya masuk di awal kelas Reception ini tidak dikenai biaya, sedikit berbeda dengan 1P – 13P yang harus membayar 5.000 CHF.

Kurikulum yang dipakai juga berbeda dengan di Indonesia. 

Zirco sekarang sudah pada tahapan belajar membaca 2 suku kata, menghitung matematika sederhana, menghapal alfabet, dan juga menulis. Sedangkan sekolah di sini kegiatan sehari-harinya hanya bermain dan bermain. Mewarnai, menempel, menggunting, olahraga, makan bersama, dan bermain bersama. 

Itulah kegiatan Zirco sehari-hari kalau ditanya setiap pulang sekolah. Sama sekali tidak ada PR dan tugas. Zirco sangat menikmati kegiatan sekolahnya sekarang, setelah berjuang melewati 1,5 bulan masa-masa adaptasi sekolahnya. 

Bagaimana Pembaca,  sudah ada bayangan berapa biaya sekolah yang sudah mulai disiapkan dari sekarang apabila ingin menyekolahkan anak keluar negeri tanpa menggunakan beasiswa. Yuk semangat para orang tua muda generasi millenial. Persiapkan uang pendidikan anak dari sekarang!!! (*)

Oleh: OKKY PUTRI PRASTUTI ST MT, Puteri CEO New Malang Pos

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda