Menyesal, Tak Sempat Belikan Sepatu Ayah

Ilustrasi: gedhebug/cowasjp.com

COWASJP.COM – ockquote>

O l E h: Agus Mulyono

------------------------------------

Ini adalah pengalaman pribadi. Ayah saya (Abd. Wachid) meninggal dunia semenjak kurun waktu 2005. Saat itu tentu saya merasa sangat kehilangan. Terlebih pada masa memasuki akhir hayatnya ayah saya  meminta sepatu olahraga buat jalan kaki. Namun sampai sepeninggalan beliau saya belum sempat membelikannya.

Padahal saat itu sebagai karyawan Jawa Pos Group, bukanlah sesuatu yang berat untuk menjangkau harga sebuah sepatu olahraga bagi ayah saya. Tapi kesibukan saya sepertinya melenakan. Saat ayah meninggal itulah, saya menangis sejadi-jadinya, minta maaf dan menyesal tidak bisa membelikan sepatu yang diminta, hanya karena lebih mementingkan pekerjaan.

Sejak saat itu, saya tidak bisa bertemu lagi dengan ayah, tentu saja. Harapan saya bisa bertemu lewat mimpi dan sekali lagi minta maaf, itupun tidak pernah terwujud…. Saya merasa benar-benar bersalah. Dan karena itulah mungkin pantas ayah menghukum saya dengan tidak mau bertemu meski dalam mimpi.

Selang sembilan tahun kemudian (2014), salah seorang kyai (KH Chusen Ilyas, Karang Nongko) dalam sebuah pengajian,  bercerita cara meminta maaf kepada orangtua yang sudah meninggal. Yaitu dengan cara mencium nisan orang tua kita pada bagian kaki. Pada saat itulah, kita menyampaikan maaf, menyesali segala kesalahan kita, dengan membayangkan seakan-akan kita mencium kakinya ketika beliau masih hidup. Tanpa berfikir panjang sepulang mendengar cerita itu saya langsung ke makam ayah dan meminta maaf dengan cara tersebut.

Apa yang terjadi kemudian? Subhanallah... Di malam hari saat saya tidur, saya bermimpi bertemu ayah saya. Beliau memakai jubah putih seraya tersenyum melihat saya dan merentangkan kedua tangannya. Seakan memanggil, ‘’Anakku datanglah kemari!’’ Tanpa berfikir panjang saya berlari dan kami saling berpelukan. Saya menangis dalam pelukannya dan meminta maaf atas kesalahan saya....

Sungguh penyesalan itu rasanya terobati. Sesak di dada seakan sirna seketika. Ayah saya tersenyum dan berkata sudah memaafkan. Perlahan dia pergi dan melambaikan tangannya.

Sejak itu ketika saya berziarah kubur senantiasa melakukan hal yg sama.

Semoga pengalaman pribadi ini bisa menjadi manfaat, dan hal terpenting, ketika orang tua kita masih hidup berusahalah sekuat tenaga untuk menjaga hatinya dan membahagiakannya.

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda