Indonesia Perlu UU Ketahanan Multikultural

Seminar Multikultural yang berlangsung di ADU, Azerbaijan (Foto: Erwan Widyarto/CoWas)

COWASJP.COMUSULAN menarik muncul dalam seminar internasional multikulturalisme yang digelar di kampus  Azarbaijan Dellier Universitate (ADU), Baku, (11/11). Seminar yang menampilkan pembicara dari Indonesia dan Azerbaijan ini merekomendasikan bahwa masalah multikultur merupakan problem besar bagi peradaban ke depan. Oleh karena itu semua negara harus memberi prioritas terhadap multikultur masyarakatnya. 

BACA JUGA: Dukung Promosi, Bangun Rumah Budaya Indonesia di Azerbaijan

Kegiatan seminar yang digelar sebagai rangkaian Indonesia Cultural Festival (ICF) ini dibuka oleh Rektor Azarbaijan Dellier Universitate (ADU), Prof. Kamal Abdullayev. Duta besar Indonesia  Dr. Husnan Bey Fananie dalam sambutannya meyampaikan, persaudaraan Indonesia-Azerbaijan telah berjalan 25 tahun. Memiliki kultur yang mirip. 

seminar4MocpX.jpg

Dubes Fananie juga menyampaikan sikap politik Indonesia serta memberi dukungan politik bagi perjuangan Azerbaijan dalam menangani konflik politik Nagarno-Karabakh yang dikooptasi oleh militer Armenia.

Narasumber dari Indonesia, yang pertama Prof. Mahmud, (rektor UIN Sunan Gunung Djati) menyampaikan makalah tentang permodelan multikultur di Indonesia.

BACA JUGA: Rendang dan Suasana Indonesia Warnai Resepsi Diplomatik KBRI Baku Azerbaijan

Pembicara kedua Dr. Munawar Ahmad (UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta) menyampaikan makalah " The Mapping of Social Capital for Strengthening Multiculturalism in Azerbaijan and Indonesia" yang menyatakan bahwa melalui imajinasi "wadah permen" (candy's bowl), Indonesia ingin mengembangkan model multikulturnya sendiri tidak mengikuti melting pot Amerika.

seminar3B1KEn.jpg

 "Semua orang harus dihargai dan diberi ruang eksis tetapi harus dibatasi agar tidak mengganggu identitas yang lain. Masalah multikultur di Indonesia lebih rentan karena sentimen agama terlalu lekat dalam politik," tegas Munawar.

BACA JUGA: Keren, Kolaborasi Empat Kementerian Promosikan Indonesia di Baku

Dalam kesempatan tersebut Munawar menawarkan konsep ketahanan multikultur sebagai kebutuhan peradaban ke depan. Dalam konteks ini, Munawar mengusulkan perlunya UU Ketahanan Multikultural. 

seminar5BFjnY.jpg

Di bagian lain, Munawar menegaskan kendati perlu menjaga identitas multikultural, kita tetap harus membiarkan imajinasi multikultural di Azerbaijan dengan istilah "xalcary knotting " (sulam-ikat permadani).

Hal senada juga didukung oleh makalah Prof.Dr.Habib Zarbaliyev, Ravan Hasanov, dan Dr. Rasyad Ilyasnov. Para pembicara dari Azarbaijan ini menyatakan bahwa gerakan multikuktur di Azarbaijan merupakan prototype politik multikuktur kontemporer sebagai tandingan dari Eropa. 

seminar2JypYW.jpg

Seminar ini salah satu agenda promosi Indonesia yang diwadahi dalam Indonesia Cultural Festival (ICF) ke-2. ICF dikordinasikan oleh Dana Dyaksa Nusantara, lini usaha PT Jala Fabrikasi Kencana (JFK) dan KBRI Baku. Selain seminar ada kegiatan lain mulai dari Resepsi Diplomatik (6/9), pentas seni di Heydar Aliyev Sarayi (9/9) dan Funwalk di Seaside Bulevar (10/9). Serta business meeting pada Senin malam (11/9). (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda