Ketika Cowas JP Lawang Membuka Peluang (2)

Bangun Jaringan WIL untuk Konco Lawas

Imawan Mashuri (kiri) saat menjelaskan tong biru lele CoWas.(Foto: Suhu/CoWasJP.com)

COWASJP.COM – ockquote>

C a T a T a N: Slamet Oerip Prihadi

--------------------------------------------------

TIDAK cukup dengan upaya membuat pakan ternak sendiri untuk memperoleh produksi ikan lele yang berkualitas dan kompetitif. “Yang jelas, biaya produksi 1 kilogram lele bisa ditekan sampai Rp 8.000. Mulai pembelian bibit sampai panen lele di usia 3 sampai 3,5 bulan. Di peternakan lain, biaya produksinya rata-rata Rp 12.000 per kilogram lele,” tutur Imawan Mashuri di RM Rawon Pak Pangat, Ketintang Selatan, Surabaya, Sabtu siang 4 Juni 2016.

Sementara ini, lele dari peternak terjual dengan harga Rp 17.000 per kilogram. Di pasar harganya mencapai Rp 25.000 per kilogram. Imawan perlu meluruskan masalah pakan ternak. “Saya tidak menyebut-nyebut merek pakan tertentu. Tapi memang ada perusahaan pakan ternak yang memonopoli. Mungkin karena memang selama ini pesaingnya tidak banyak.”

BACA JUGA: Belajar Bikin Green House Dua Tahun pada Orang Prancis

Selain pakan produksi sendiri, air di tong biru ternak lele di Desa Telogo, Lawang, juga ditebar bakteri. Bakteri inilah yang mengurai kotoran lele menjadi unsur-unsur yang bermanfaat. Kandungan oksigen di dalam air makin tinggi, karena itu daya hidup lele juga makin tinggi. Lele makin sehat. Juga merangsang hidup plankton yang menjadi salah satu vitamin lele. Air kemudian berwarna kehijauan. Setelah panen, air dalam tong biru tak perlu diganti karena air dalam tong tetap sehat dan mengandung plankton. “Kita bisa langsung menebar bibit lele yang baru,” jelas Imawan.

Kini dia menyiapkan produksi pakan lele dalam jumlah yang lebih besar. “Sementara ini pakan yang kami buat berupa pasta. Tahap berikut akan kami ubah menjadi bentuk butir-butir padat. Tidak cukup dengan home industry.”

Lele produksi tong-tong biru di Desa Telogo itu memiliki kualitas daging setara daging ikan salmon. Kandungan omega 3 dan proteinnya tinggi. “Sangat bagus untuk pertumbuhan otak anak-anak kita. Mereka kelak menjadi anak-anak Bangsa Indonesia yang cerdas karena sejak kecil mendapat asupan gizi tinggi. Di sinilah idealisme yang kami patrikan. Dengan harga yang murah, hanya Rp 25 ribu per kilogram, maka daging lele kualitas tinggi ini menjadi makanan rakyat. Daging lele setara daging salmon menjadi makanan rakyat sehari-hari. Inilah persembahan Cowas JP untuk mencerdaskan anak-anak Bangsa Indonesia,” tandas Imawan.

Pakan ternak lele produksi Cowas JP Lawang, kandungan proteinnya 37 sampai 40 persen. Jauh di atas pakan ternak lainnya yang kandungan proteinnya hanya 17 persen. Tidak ada bahan dari kotoran hewan. Semua bahannya organik dan sehat.

Pilot project di Desa Telogo ini nanti bisa dicontoh oleh semua Konco Lawas JP yang rumahnya tersedia halaman. Kalau bisa dibuat 4 tong biru diameter 2 meteran malah bagus. Bisa panen tiap bulan. “Cak Suwari di Kebraon (Surabaya) misalnya akan saya ajak memproduksi Lele Cowas. Siapa saja Konco Lawas yang berminat, monggo. Memang inilah tujuan saya, memberi jalan rezeki kepada Konco Lawas dari ternak lele,” tutur Imawan. “Kan lumayan ada tambahan pendapatan Rp 3 juta per bulan. Itu untuk satu tong biru lele.”

Jaringan peternak lele Cowas JP akan terbangun di Lawang, Malang, Blitar, Kediri, Jombang, Mojosari, Surabaya, Sidoarjo, dan kota-kota Jatim lainnya. Yang di luar Jatim pun bisa. “Pembuatan tong birunya akan dipandu tenaga ahli kami dan pakannya akan kami suplai. Semuanya relatif murah,” kata Imawan.
Ada jaringan green house Cowas JP, ada jaringan ternak lele Cowas JP. Mantaaap.

BANGUN JARINGAN WIL

Cowas JP tak hanya akan membangun jaringan usaha ternak lele. Arek asli Lawang ini juga membangun PT WIL (Wono Ijo Lestari = Hutan Hijau Lestari) yang menjadi induk usaha ternak lele, ternak ayam, pakan ternak, green house, cocok tanam kedelai hitam, dan ulat sutera.

Di PT WIL inilah semua bidang usaha bernaung. “Pupuk dan insektisida Mas Bambang Supriyantoro juga bisa bernaung di PT WIL. Sinergi Cowas Lawang pun terbangun,” katanya. “PT WIL direkturnya Cowas JP juga. Junaidi, mantan Temprina JP. Arek Sidoarjo yang juga punya rumah di Lawang,” urai Imawan. 

Tapi sebelum mengurai cocok tanam kedelei hitam dan produksi ulat sutera, marilah kita tengok rintisan usaha Bambang Supriyantoro, mantan wartawan Jawa Pos era Kembang Jepun, dan pensiunan PT Petrokimia Gresik itu.

Di rumahnya, tak jauh dari RM Kertosono, Lawang, Bambang menyediakan satu ruangan khusus untuk uci coba pembuatan pupuk cair dan insektisda. Di ruang ukuran 4 x 8 meter. Inilah pesan Bambang lewat Grup WA Cowas JP.

PESAN BAMBANG SUPRIYANTORO

[01:06, 5/6/2016] +62 852-0498-4431:  Suwun poolll kepada Tim penggerak Cowas yang bersedia berkunjung di mini produksi Adjuvant yang sebenarnya masih saya  rahasiakan, karena menunggu respon pasar . Alhamdulillah sudah ok, tidak bermasalah dalam tahun ini. Bahkan para konsumen sudah pesan ulang. Berarti Adjuvant cocok dan bermanfaat. Kalau bermasalah kami bisa bangkrut dituntut petani, karena kegagalan penggunaan Adjuvants.

bambangOVv5B.jpg

Bambang Supriyantoro kiri menjelaskan produksi pupuk dan insektisida di rumahnya. (Foto: Suhu/CoWasJP.com)

Ada Fourty Boust untuk pupuk daun. Kalau daun tanaman tumbuh sehat dan baik, pasti proses pemasakanan makanan tumbuhan tersebut akan baik. Karena itu tanaman bisa tumbuh dengan baik dan produksinya meningkat. Ada Green Force untuk insektisida.

Ada Goldwet, yaitu pembasah pestisida. Usaha ini saya rintis sejak 2014. Inilah ilmu yang saya dapatkan dari PT Petrokimia Gresik. Selain dari hasil kuliah di IPB.  Semua harga produksi kami relatif murah.

Semoga program pembentukan PT yang digagas Cowas segera terlaksana. PT Cowas penting untuk menjembatani hambatan usaha para Cowasers. Karena nantinya kalau harga komoditas pertanian bergerak naik, insya Allah Adjuvant bisa digunakan sebagai alternatif penghematan penggunaan pupuk lewat daun, insektisida dan herbisida pada perkebunan. 

bambang-tigaM1aUb.jpg

Ayam ternak uji coba Bambang Supriyantoro. Besar dan sehat. (Foto: Suhu/CoWasJP.com)

Di Lampung sudah dijajaki oleh supplyer kebun. Tiga kios besar di Jember, Jombang, Nganjuk sudah oke. Hanya minta faktur pajak yang saya agak aras-arasen karena kurang dong (paham) soal pajak.

Hal inilah yang saya harapkan Perusahaan (PT) Cowas bisa berperan.  Masalah ini sudah saya sampaikan kepada tim penggerak Cowas. Sebab, tim penggeraklah yang pertama kali masuk ke mini prosesing yang selama ini saya urusi sendiri dari hulu sampai hilir.

Rezeki datangnya di banyak pintu, tak hanya di pintu yang kita geluti selama ini.. Wabil khusus kepada Tim penggerak, luar biasa aktifitasnya untuk menggerakkan perkumpulan Cowas ini.  Meskipun harus berkorban waktu, tenaga , keihlasan, dan mungkin dana untuk menggairahkan para Cowasers dalam melanjutkan sisa kehidupan di dunia dengan dengan berbuat baik bersama-sama.

bambang-empatpqxZ.jpg

Bambang Supriyantoro nomor 2 dari kiri. (Foto: Suhu/CoWasJP.com)_

Di rumah Mas Imawan juga timbul diskusi, bahwa perkumpulan para Cowas bukan lagi untuk mencari materi, karena waktunya sudah lewat. Sudah  saatnya untuk berbuat baik kepada siapa saja, dan melanjutkan hidup ini dengan husnul khotimah.

Dan perlu digaris bawahi bahwa, semakin bertambahnya umur, kita semakin sensitif, mudah tersinggung, dan penyakit hati yang menghinggapi pada usia-usia sekarang ini, maka menjaga perasaan semua Cowasers sangat penting.

Di sisa umur, boleh khan berbuat baik untuk sangu akhirat. Menurutku tim penggerak banyak pahalanya dengan aktifitas yang tanpa dibayar, padahal umur sudah pada lewat setengah Abad.

Begitulah pesan Bambang Supriyantoro kepada seluruh Konco Lawas Jawa Pos. Cerita tentang kedelai hijau dan ulat sutera akan disajikan di seri pamungkas (ke-3) tulisan ini.*

Baca juga berita-berita menarik lainnya. Klik Di Sini

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda