Yogya, Kota Pertama di Dunia yang Canangkan Gerakan Ecobricks

Tugu Ecobricks Jadi Tempat Favorit Berfoto

JADI IKON: Para pengunjung berfoto di Tugu setinggi 3 meter yang tersusun dari ecobricks. (Erwan W/CowasJP)

COWASJP.COM – TUGU “aneh” yang menjulang di bawah rimbunan pohon Taman Edukasi Yogya siang itu begitu menarik perhatian. Aneh karena tugu itu baru “dibangun” sehari sebelumnya. Dan tugu itu terbuat dari susunan botol plastik. Cara membangunnya pun hanya menumpuk botol-botol plastik bekas kemasan air minum tersebut.  Ya itulah Tugu Ecobricks.

Warna-warni isi botol yang tertimpa sinar memantulkan cahaya berwarna-warni pula.  Tugu setinggi 3 meter itu pun menjadi latar belakang yang manis untuk berfoto. Tak pelak, orang-orang pun terus bergantian berfoto. Termasuk sejumlah bule yang hadir di tengah-tengah para aktivis lingkungan khususnya penggiat Bank Sampah di Yogya.

BACA JUGA: Bahagia di Tengah Anak Muda

Siang itu, Jumat (3/6) bertempat di Taman Edukasi Gajah Wong sedang digelar Sosialisasi dan Pencanangan Gerakan Ecobricks di Yogyakarta oleh Pemkot Yogya. Penggagas Ecobricks Russel Maier dan Ani Himawati juga hadir bersama rekan-rekannya. Pencanangan Ecobricks di Kota Yogya ini menjadi yang pertama di dunia.

IDE YANG TOP: Penulis bersama Russel Maier, penggagas ecobricks. (Koleksi Erwan W/CowasJP)

‘’Hanya Yogyakarta yang pemerintahnya memiliki respons paling cepat terhadap ecobricks dengan mengangkatnya sebagai program kegiatan. Saya senang sekali,’’ terang Russel kepada Cowasjp.com di sela-sela kegiatan.

Pria Kanada yang sekarang menetap di Ubud, Bali ini mengawali pembuatan ecobricks sejak empat tahun lalu di Filipina. ‘’Saat itu, saya tinggal di desa yang asri dan mulai berfikir mengenai sampah plastik agar tidak hanya terbuang percuma," tambah Russel.

BACA JUGA: Siswa SMP Bikin Ecobricks

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Suyana di sela pencanangan ecobricks berharap metode ini dapat memberi manfaat yang besar dalam penanganan sampah di Yogyakarta. Dikatakan, hingga saat ini pengurangan sampah baru mencapai 3,5 persen dari target pengurangan 20 persen pada 2015. Saat ini, jumlah sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta mencapai sekitar 240 ton per hari dengan 14 persen di antaranya adalah sampah plastik.

Ecobricks dikenalkan di Yogya secara intensif sejak Maret dengan menggandeng 405 bank sampah di wilayah Kota Yogya hingga pencanangan ini sudah membuat hampir 6.000 ecobricks. Sebuah botol air mineral 600 mililiter membutuhkan setidaknya 2.500 lembar plastik bungkus mi instan atau setara 250 gram sampah plastik. Dengan 6.000 ecobricks ini sudah sebanyak 1,5 ton sampah plastik tertangani.

LANGSUNG PRAKTIK : Para pengunjung acara sosialisasi membuat ecobrick di lokasi Taman Edukasi Gajah Wong. (Erwan W/CowasJP)

Saat pencanangan kemarin, rasa penasaran dengan “keanehan” tugu, yang juga dikelilingi oleh kursi-kursi dari botol plastik, langsung terobati dengan melongok di belakang tugu. Di tempat itu disediakan tempat praktik. Pengunjung  bisa membuat botol-botol seperti yang disusun menjadi tugu tersebut. Tersedia botol plastik bekas dan sampah plastik.

Para hadirin bisa langsung praktik. Sejumlah ibu tampak sibuk dengan botol-botol bekas dan sampah berserakan di depannya. Tampak pula seorang bapak dan anaknya. Mereka memasuk-masukkan sampah plastik tersebut ke dalam botol. Tongkat kecil dipakai untuk mendorong dan memampatkan sampah-sampah itu masuk ke dalam botol. Jika sampahnya berukuran besar, bisa dikecilkan dengan digunting.

BACA JUGA : Bank Sampah DIY Gerak Terus

Russel dan Ani serta 18 pegiat Bank Sampah yang sudah mendapatkan pelatihan dari Russel memberikan pendampingan kepada para peserta yang ingin membuat ecobricks. Para pengunjung pun sangat antusias untuk membuat ecobricks. ‘’Saya bawa anak saya ke sini agar bisa langsung praktik,’’ ujar Zaenal Mustaqim.  (erwan w)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda