Otomotif Saatnya Benar-Benar Bangkit

Penulis saat berpose di depan Sirkuit Nascar, Daytona, Florida, USA. (Foto: CoWasJP.Com)

COWASJP.COM – ockquote>

CaTaTaN: Bambang Indra Kusumawanto

---------------------------------------------------------


MINGGU 24 Januari 2016, Sirkuit Sepang Malaysia menjadi saksi kehebatan Sean Galael. Pembalap muda Indonesia ini meraih podium terhormat di arena balap mobil Le Mans seri Asia LMP2. Ini sukses kedua setelah di Buriram Thailand.

Pembalap Tim Jagonya Ayam ini, juara bersama  Antonio Giovinazzi (Italia) dalam balap ketahanan mobil selama 3 jam itu.

Ini adalah pemanasan yang baik bagi Sean (19) sebelum terjun ke GP2 bersama tim Jagonya Ayam with Campos Racing. GP2 hanya setingkat di bawah F1. Sean mengikuti seri Le Mans Asia sebagai pemanasan menuju GP2 musim 2016. Dijadwalkan Sean mengikuti 2 seri Le Mans seri Asia, 11 seri balapan GP2, dan 1 seri Grand Prix Makau.

Sean adalah salah satu pembalap muda, bibit F1 yang dimiliki Indonesia, selain Rio Haryanto. Rio sudah mendapat angin segar bantuan bergabung dengan Tim Manor Racing pada musim ini, yang mengharuskan fee 15 juta Euro (Rp 224 miliar).

Catatan Sean memang kurang bagus pada musim GP2, ketika ia hanya menyelesaikan 5 seri dari 11 seri. Namun Sean dan Rio adalah pembalap potensial guna mengangkat kembali pamor balap mobil di Indonesia.

bik-duaTvENj.jpg

Di menara pemantau pusat antariksa Nasa, Cape Canaveral, Florida. (Foto: CoWasJP.Com)​

Mengangkat kembali pamor olahraga otomotif di Indonesia, tentu tak luput dari peran pemerintah. Bukan hanya faktor pembalap saja, karena olahraga ini relatif mahal. Sponsorship menjadi pilar utama, selain dukungan dan regulasi dari pemerintah.

SIAP JADI TUAN RUMAH MOTOGP 2017

Indonesia terus mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah MotoGP 2017. Tentu saja, menjadi tuan rumah yang sukses adalah tantangan besar. Hanya dukungan sport management yang sudah baik, maka agenda event internasional itu akan terlaksana dan memetik sukses.
Sebagai tuan rumah, tentu saja bukan hanya aspek keamanan yang kita kedepankan walau tetap waspada pada setiap jenis ancaman. Aspek lain, khususnya business to business (B to B) akan memacu suksesnya sebuah event.

Kita akan menjadi tuan rumah MotoGP 2017. Ini adalah awal dari langkah Indonesia membidik arena lebih besar yakni tuan rumah Formula I. Renovasi Sirkuit Sentul dipersiapkan buat balap motor MotoGP 2017. Dan, sangat mungkin secara teknis dikembangkan menjadi arena Formula I yang sangat terkenal itu.

Adalah Presiden Joko Widodo yang bakal menorehkan sejarah itu. Ia telah membuat keputusan strategis dalam pengembangan olahraga nasional jangka panjang. Merenovasi Sentul untuk MotoGP, sekaligus bersiap diri mengincar salah satu slot Formula I adalah kebijakan yang visioner sekaligus babak baru olagraga Indonesia. Apalagi, ke depan --inya Allah-- kita akan memiliki pembalap F-1  Rio Haryanto dan, kemungkinan, Sean Galael.

bik-tigaBU8p.jpg

Musim semi di tepi danau Basin Washington DC dengan latar belakang museum Thomas Jafersson.  (Foto: CoWasJP.Com)​

TERINSPIRASI MAHATHIR MOHAMMAD

Pada konteks ini, kita memetik pengalaman Malaysia. Pemerintahan PM Dr Mahathir Mohammad ketika itu sangat jeli melihat efek domino yang bakal direngkuh jika menjadi tuan rumah dua  event tadi. Maka, ia berani melakukan keputusan, yakni membangun sirkuit Sepang.

Di bawah gempuran oposisi dan bahkan masyarakat Malaysia sendiri, keputusan Mahathir dinilai sebuah pemborosan besar-besaran. Publik Malaysia mengritik keras, bahkan meramalkan Mahathir akan jatuh dari kursi PM jika  ia terus meneruskan proyek ini.

Mahathir bersikukuh. Dengan merangkul perusahaan minyaknya, Petronas, ia memulai membangun Sirkuit Sepang pada 1997. Malaysia meneruskan tradisi sebelumnya di Sirkuit Shah Alam  antara 1968 hingga 1995, yang pernah menjadi tuan rumah Tasman Series (1968-1972), Formula Pacific (1973–1974, 1978–1982), Formula Atlantic (1975), Formula 2 (1977) dan Formula Holden (1995).

Sepang sudah menjadi tuan rumah balapan sejak 1999 pada event yang menjadi simbol keunggulan --melewati 5 benua dan menarik ratusan juta penonton televisi global ini. Malaysia menggelar tahun ke-17 dari Formula I.

bik-niagarausdZK.jpg

Mejeng dengan latar belakang air terjun terbesar di dunia Niagara. (Foto: CoWasJP.Com)​

Sebagaimana dikutip CEO Sepang International Circuit (SIC), Razlan Razali, Formula 1 mendatangkan keuntungan hingga tiga kali lipat bagi perekonomian Malaysia. Persis yang diramalkan Mahathir.

Dengan terjun ke arena MotoGP dan Formula I maka Petronas mensejajarkan diri dengan produsen minyak dunia lainnya yang sudah mendunia.

Kebijakan strategis dan terobosan yang marketable Mahathir itu menjadikan Petronas kini sebagai raksasa produsen minyak dunia. Bukan bagi sumur-sumur dalam negeri, tapi menggarap off shore di belahan dunia lain, khususnya di Timur Tengah. Dan, menghasilkan keuntungan triliunan rupiah.

Presiden Jokowi telah pula berani membuat keputusan, yakni kembali menjadi tuan rumah MotorGP sebagai langkah awal. Didukung dengan sport management yang baik, kita yakini keputusan itu akan menggugah seluruh stakeholder dunia otomotif, -- yang terkait dengan perusahaan-perusahaan multinasional dalam skala besar.

bik-dikantoreXDMw.jpg

Kesibukan penulis saat ini di Jakarta. (Foto: CoWasJP.Com)​

Artinya, komitmen pemerintah sudah ada. Kemenpora ikut berperan dalam menggelontor kekurangan pembayaran fee tim Manor Racing lewat KONI sebesar Rp 100 miliar. Pertamina sebelumnya sudah menyumbang 5,2 juta Euro atau Rp 77 miliar. Dan, kini tinggal manajemen Rio, PT Kiky Sport mencari kekurangannya yang diharapkan datang dari sponsorship.

Yang kita tunggu sekarang adalah komitmen pelaku otomotif sendiri, yakni dengan mencatat prestasi dan penerapan sport management yang sehat. Jauh dari mark up dan praktik KKN. Catatan buruk seperti saat mengikuti reli Paris-Dakkar, sebaiknya tidak terulang lagi sehingga benefit atau efek domino sebagaimana dinikmati Malaysia dapat nyata juga akan dialami Indonesia.
Ayo, saatnya benar-benar bangkit! **

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda