Sesepuh dan Bendahara Cowas JP

Sepenggal Pesan dari Seorang Sahabat Lama (1)

Dari kiri: Koesnan Soekandar, Ny. Koesnan, Yu Srie, dan Slamet. Inilah pertemuan bersejarah menjelang Reuni Perdana 19 Agustus 2015.

COWASJP.COM – ockquote>

MAS, kapan para mantan Jawa Pos Surabaya reuni? Mumpung sing tuwo-tuwo sik seger waras. @Koesnan.”

Itulah sepenggal pesan yang kukirimkan lewat SMS tanggal 26 Mei 2015 lalu kepada sahabat lamaku Slamet Oerip Prihadi.

Tapi untuk memperoleh jawaban dari Suhu–demikian sebutan arek asal Malang ini, rupanya harus bersabar diri. Benar, tiga setengah jam kemudian barulah Slamet membalas SMS saya begini: “Iso diatur Mas. Aku tanggal 28 Mei sampek 16 Juni nang Banyuwangi, soale onok Pekan Olahraga Provinsi Jatim. Mari iku tah reuni?”

Membaca jawaban sari sahabatku yang satu ini, perasaan jadi campur aduk. Antara gembira menyatu bercampur haru. Bayangkan, dalam hitungan hari aku bakal bertemu dengan Slamet yang sudah seperempat abad tak pernah lagi bersua.

Tapi di sisi lain, pikiranku terus bergelut dengan logika, akankah aku harus kembali melayangkan pesan ke sahabat-sahabat lain? Akh, tidak. Karena  aku sendiri waktu itu miskin informasi nomor telepon sahabat-sahabat lama (mantan Jawa Pos) . Maklumm satu-satunya sumber informasiku waktu itu cuma Luluk, sekretaris redaksi Jawa Pos. Namun karena keterbatasan Luluk yang saat itu sudah didera sakit, maka lagi-lagi harus kuputuskan menunggu selama 20 hari untuk menghubungi Slamet.

Singkat kata, tanggal 19 Juni 2015 di siang yang cerah, saya telepon Slamet. Alhamdulillah sahabat yang kukenal sejak 1980 ini juga punya hasrat yang besar untuk bereuni ria. Setelah ngoceh di telepon sebanyak tiga kali, maka kami pun sepakat bertemu.

Alkisah, setelah hari ditentukan, ketika aku bersiap-siap menunggu Suhu, tiba-tiba muncul sosok wanita berhijab berkaca mata, sambil mengucap: “Assalamualaikum!”

Ternyata dia adalah Yu Srie kader Jawa Pos era Kembang Jepun. Rupanya Yu Sri sudah tahu rencana reuni yang aku rencanakan bersama Slamet. Nah, tak berapa lama kemudian datanglah Slamet dengan mengenakan jaket coklat.

Di rumahku yang tak terlalu lebar itu dimulailah pembahasan reuni. Sudag barang tentu diselingi canda tawa dan kepulan asal rokok Gudang Garam. Memang, sejak kenal 35 tahun lalu Slamet sudah identik dengan rokok.

Karena itu, di antara aroma rokok, perbincangan tetap berlanjut sembari melahap soto Madura. Asyik juga! (Bersambung)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda