Obituari

Almarhum Minta Saya Nulis dan Hadir di Kembang Jepun

Dari kiri: Almarhum Yok, Roso Daras dan Iwan saat menghadiri acara reuni CoWasJP. (Foto: CoWasJP)

COWASJP.COMYOK SUDARSO. Sosok wartawan keren dan perlente yang terkenang hingga kini. 

Lama lama sekali saya tak pernah berjumpa dengannya. Dia sempat saya temui ketika berada di Rutan Medaeng. Lembaran uang dalam dompet ku berikan kepadanya.

Sekeluarnya dari Medang saya lama tak berjumpa dengannya. Yok kemudian hadir di reoni pertama kali Cowas Konco Lawas Jawa Pos di sebuah rumah makan di Jalan Diponegoro.

Kumisnya yang lebat sudah tampak memutih. Ramputnya yang disisir rapi dengan belahan tengah masih menghiasi ketampanannya. 

Yok masih tampak perlente. Sepatunya masih necis dan bersemir. Dia menghampiri saya dan langsung mencubit kedua pipi. Terasa sakit tapi Yok tahu cubitannya adalah cara dia menyapa saya agar tetap aktab.

Kami berdua memang bukan satu bidang saat di Jawa Pos Kembang Jepun. Yok wartawan hiburan. Saya wartawan olahraga. 

Tapi Yok yang asli Arek Tambaksari ini mengaku Bonek. Sedangkan tulisan sepak bola saya sering membanggakan Bonek.

Sesama Bonek Yok paham bahasa kita ketika sama sama di Jawa Pos. Karena itu kedekatan saya dengan dia sangat akrab. Bahkan saat mulai taubatan nasuha dia sempat bercerita panjang lebar.

Inilah awal Choirul Sodiq yang kini jadi bos harian pagi Memorandum tertarik menarik sahabatnya itu kembali berkarir dia media. Sodiq yang juga mengajak saya gabung di Lombok Post yakin sekali terhadap cerita saya bahwa Yok sudah lama nyantri di sebuah Pesantren di Wonorejo.

"Alhamdulillah mu aku saiki urip nang pesantren," cerita Yok yang pernah jadi penyiar radio olahraga RGS Tambaksari ini.

BACA JUGA: Ingat Yok, Ingat Stasiun Pasar Turi​

Saya percaya. Yok kemudian  mengaku tidak ingin lagi bekerja di awak media. Karena itu saya terkejut ketika dia menerima tawaran Sodiq bergabung dengan Memorandum.

Sodiq sendiri ketika bertemu saya di kantor Lombok Post Mataram bercerita tentang kehadiran Yok.

"Yok semangat sekali Is. Dia ingin membuktikan bahwa orang tua bukan tidak mungkin masih bisa berkarya," puji Dirut Memorandum yang juga Dirut Lombok Post ini.

Saat pulang ke Surabaya, ombusman Jawa Pos ini menghubungi saya. "Cak iki lo onok koncomu sing kate ngomong," ujar pemimpin bersahaja ini sembari menyodorkan hapenya ke Yok.

"Hallo Mu. Assalamualaikum. Yopo kabarmu? Aku saiki nang Memorandum karo Sodiq," ujarnya sambil tertawa.

Itu terjadi dua minggu lalu.

Yok terlihat senang dan bahagia sekali karena masih diberi peluang Sodiq yang seangkatan dengan kami di era Jawa Pos Kembang Jepun. 

Ia memuji muji rekannya yang juga mengajak saya di Lombok Post itu sebagai sahabat yang baik karena ingin memgentas veteran untuk membuktikan diri bahwa orang tua tidak selamanya mati berkarya.

"Iki kesempatan Mu.. masio awak dewe wis tuwek tapi sik duwe semangat berkarya," ungkap Yok seraya terkekeh kekeh.

Yok juga meminta saya hadir di reuni Cowas bulan Desember nanti. "Awakmu kudu teko,  soale sekaligus lounching buku riwayate arek arek nang Kembang Jepun. Koen kudu nggawe tulisan pengalaman mu. Buku sing digagas Dwo iku kate dilounching nang Kembang Jepun. Pasti asyik iki haha," ujarnya.

Yok benar benar berharap dwo, maksudnya Djono W Oesman, bisa merampungkan buku tersebut, karena dia juga ingin menulis kisahnya ketika menjadi wartawan Jawa Pos. Apalagi Yok saat menelpon saya merasa menjadi bagian lagi dalam media Jawa Pos.

Namun apakah Yok sudah menulis kisahnya dan sudah diserahkan naskahnya kepada dwo? Saya belum tahu. 

Yang pasti permintaan Yok agar saya juga ikut menulis sudah saya serahkan kepada dwo. Karena saya sempat kaget membaca postingan Baharmi ini kalau sahabat baikku ini telah mendahului kita.

Yaaa.. saya hanya bisa menghela nafas agar upaya Yok bertaubat benar benar diridloi Allah dan menjadi insan yang husnul khotimah.

Selamat jalan ya Yok!

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda