COWASJP.COM – Candi Prambanan , Kamis (24 Juli 2025) berubah menjadi Lautan Kebaya. Ribuan perempuan sedang mengadakan Peringatan Hari Kebaya. Mereka tampil massal mengenakan kebaya beraneka warna dan motif. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Mejikuhibiniu. Seperti warna-warna pelangi.
Mereka tidak hanya datang dari Daerah Istimewa Yogyakarta saja. Perempuan dari sejumlah daerah lain di Indonesia pun hadir. Ada yang dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT,dan Maluku. Meriah dan menyatu.
Mewakili Ketua Umum TP PKK DIY, GKBRAA Paku Alam mengatakan kebaya adalah busana nasional Indonesia. Dan sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Semua itu tidak bisa dilepaskan dari sejarah yang berlangsung di Yogyakarta, yakni Kongres Wanita I. Saat itu semua yang hadir mengenakan kebaya.
Karena itulah, dia menegaskan, kita semua, apalagi yang ada di Yogyakarta wajib untuk melestarikan, mengembangkan dan nguri-nguri kebaya. Dia pun mengharapkan agar kebaya bisa dipakai sebagai pakaian sehari-hari tidak hanya untuk acara-acara khusus saja.
Perhelatan bertema "Bangga Berkebaya” ini juga diisi dengan berbagai atraksi. Di antaranya menari bersama yang diiringi permainan angklung. Suara angklung bertembang Kaya Jogja Istimewa dari Ndarboy Genk membuat yang hadir bergerak bersama. Bergoyang menari. Termasuk GKBRAA Paku Alam, Ketua Panitia Wiendu Nuryanti dan tamu kehormatan GBPH Prabukusumo serta Hj Sri Surya Widati pun turut menari.
Namun, di tengah semarak ribuan perempuan berkebaya dan berbagai atraksi tersebut, ada satu hal menarik yang lepas dari perhatian. Yakni ”candi” lain yang hadir di tengah-tengah acara. Itulah ”candi” yang disusun dari kue tradisional setinggi 2 meter. Candi dari ribuan kue tradisional.
”Candi kue” ini dibuat oleh Tim Mahasiswa dari Akademi Kesejahteraan Sosial AKK Yogyakarta prodi Seni Kuliner. Tim yang terdiri dari 10 orang mahasiswa ini dipimpin oleh seorang dosen Seni Kuliner yang juga seorang chef: Nur Wahyuni S.Pd M.Pd. Perempuan yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur I Bidang Akademik di AKK Yogya ini biasa disapa Chef Yuyun.
Menurut Chef Yuyun, ada berbagai jenis kue yang dibuat untuk menyusun ”candi” itu. Di antaranya kue mangkok, krasikan, kueku, kue lapis dan onde-onde. Menghabiskan bahan sebanyak 50 kg untuk membuat 4.000 potong krasikan, 1.000 kue mangkok, 800 kueku, 500 onde-onde. Kue-kue tersebut terbuat dari tepung beras, tepung ketan, tepung kanji, gula dan minyak.
”Semua bahan dari produk Rosebrand, ” papar Chef Yuyun yang juga aktif di kepengurusan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY ini.
Mendapat ”hadiah” berupa ”candi kue” setinggi 2 meter ini, Panitia Hari Kebaya mengaku senang dan takjub. Mereka menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Rosebrand dan Tim Kreatif dari AKK Yogyakarta. GKRBAA Paku Alam pun menyerahkan piagam penghargaan yang diterima oleh Chef Yuyun.
”Candi kue” itu pun menjadi spot foto yang berbeda. Para perempuan berkebaya silih berganti mengabadikan kehadiran mereka dalam acara bertema ”Bangga Berkebaya” itu. Setelah selesai menjadi spot foto, candi kue itu pun ”dirobohkan”. Kue-kuenya dibagi-bagi ke para pengunjung yang hadir. Semua puas dan pulang membawa kenangan tak terlupakan. (*)