Selamat Jalan Dubes Sudjadnan: Sang Peniup Nada Kehangatan Diplomasi

Para kolega, duta besar, mengantarkan kepergian Dubes Sudjadnan hingga ke pemakaman. (Foto: WAG Kahigama)

COWASJP.COM – Kabar berpulangnya Dubes Sudjadnan Parnohadiningrat, Sabtu (28/6), datang sebagai duka mendalam bagi keluarga besar alumni Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (KAHIGAMA), juga komunitas diplomasi Indonesia secara luas. 

Ia bukan hanya mantan Duta Besar RI untuk Australia dan Amerika Serikat, tapi juga seorang pribadi yang menghidupkan nilai-nilai kehangatan, kebersahajaan, dan semangat kebapakan dalam dunia yang kadang terlalu formal—dunia diplomasi. 

Di sela kesibukan negara, Sudjadnan adalah pemain saksofon andal dalam grup band The Ambassadors —sebuah ansambel musikal yang kerap tampil di berbagai acara alumni HI UGM maupun alumni Fisipol UGM, Kafispolgama. 

Tiupan saksofonnya tak hanya menghadirkan nada, tetapi juga keakraban, suasana santai yang mendekatkan, dan kenangan tak terlupakan bagi siapa pun yang pernah menyaksikannya. 

Di panggung, seperti juga dalam hidup, beliau selalu hadir dengan senyum dan semangat yang menular. 

Sebagai diplomat, Sudjadnan dikenang bukan hanya karena perannya di panggung-panggung besar diplomasi dunia, tetapi juga karena kepeduliannya membukakan jalan bagi para diplomat muda. Banyak generasi penerus yang merasakan langsung tangan terbuka dan teladan beliau. 

Ia bukan tipe pemimpin yang hanya memberi instruksi dari jauh, melainkan yang ikut menyingsingkan lengan, membimbing, dan menyemangati dari dekat. 

Dalam setiap pertemuan KAHIGAMA, beliau hadir bukan sebagai tokoh besar yang menjaga jarak, tapi sebagai sahabat yang penuh tawa dan cerita. Sosoknya menjembatani generasi, mengingatkan bahwa menjadi diplomat bukan berarti kehilangan sisi manusiawi. 

Kini, Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Seorang diplomat ulung, sahabat sejati, dan seniman yang tulus. Namun, nada-nada saksofon yang pernah beliau mainkan akan terus mengalun di hati kami. 

Jejak langkahnya akan terus dikenang, tak hanya dalam catatan sejarah diplomasi, tapi dalam ruang-ruang pertemuan alumni, dalam memori anak-anak muda yang pernah ia tuntun, dan dalam rasa kehilangan kami yang sangat dalam.

Selamat jalan, Pak Sudjadnan.
Terima kasih atas semua dedikasi, tawa, dan nada yang telah Bapak bagikan. *

Girli Bedog, Jogja

Pewarta : -
Editor : Erwan Widyarto
Sumber :

Komentar Anda