COWASJP.COM – Pernah dengan kegiatan Bank Sampah Jogja Heboh (BSJH)? Benar. Ini kegiatan para pegiat bank sampah di Jogja yang seru. Mereka yang tergabung dalam Paguyuban Bank Sampah DIY melakukan edukasi pengelolaan sampah secara gratis kepada masyarakat.
Pada kegiatan Bank Sampah Jogja Heboh #1 Paguyuban melakukan edukasi 50 cara pengelolaan sampah secara gratis di acara Selasa Wagen. Kegiatan di depan Toko Margaria ini didukung oleh Bank Indonesia, Pemda DIY, Margaria Group, PT Solusi Bangun Indonesia (Semen Dynamix), Pemkot Jogja, DLH dan JPSM Kota Yogya.
Di BSJH #1 dilaunching Gerakan Malioboro Resik Lan Ijo oleh Wakil Wali Kota Jogja (saat itu) Heroe Purwadi, Kepala Bank Indonesia Perwakilan DIY yang diwakili Bp Miyono serta Assekda DIY Tri Saktiyana.
BACA JUGA: Para Siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta Siap Gelar Panggung Tari Bergengsi
Sedangkan Bank Sampah Jogja Heboh #2 dengan tema Merawat Sumbu Filosofi berlangsung Teras Malioboro 2. Waktu itu bertepatan dengan penetapan Sumbu Filosofi Jogja sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh Unesco.
Para pegiat bank sampah berbagi ilmu pengelolaan sampah organic bagi tenant di Teras Malioboro 2 dan membagikan Losida (Lodong Sisa Dapur) serta Ember Tumpuk. Kegiatan ini didukung oleh Bank Indonesia, PT Solusi Bangun Indonesia (Semen Dynamix), Pemkot Yogya (Pj Walikota Sumadi), Margaria Group, dan Forum Bank Sampah Kota Yogya.
Kali ini, BSJH #3 giliran para pegiat bank sampah belajar. Belajar dari sang ahli biopori tepatnya Lubang Resapan Biopori. Teknologi ini menjadi salah satu yang telah dipraktikkan untuk mengelola sampah organik rumah tangga.
Persoalannya, benarkah praktik memanfaatkan biopori yang dilakukan para pegiat bank sampah selama ini? Bagaimana pengelolaan sampah menggunakan teknologi biopori yang semestinya? Apakah penyebutan biopori itu benar? Dari mana istilah ini bermula?
BACA JUGA: Air Limbah Batik pun Bisa Kembali Netral
Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul setelah Sekretaris Paguyuban Bank Sampah DIY melihat baliho besar terpampang di jalur utama jalanan Kota Yogya. Tulisan besar terbaca jelas: Gerakan Organikkan Jogja. Di bawah tulisan terpampang gambar teknologi pengolahan sampah organik. Ada Losida, Biopori, Ember Tumpuk, Magot, Komposter dan Takakura.
Salah satu teknologi yang disebut dan dipraktikkan di Kota Yogya termasuk oleh para pegiat bank sampah adalah biopori. Berbagai pertanyaan tersebut sangat penting dicarikan jawabannya. Agar langkah pengelolaan sampah dengan teknologi lubang resapan biopori bisa efektif dan memberi manfaat yang benar.
Paguyuban Bank Sampah DIY dan Lokalab berhasil menjumpai seorang Guru Besar Ilmu Tanah dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Namanya Kamir R Brata. Beliau-lah yang menemukan teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB) dan telah mendapat anugerah Kalpataru.
"Dan beliau bersedia memberikan ilmunya untuk para pegiat lingkungan khurusnya Bank Sampah maupun para pemuda di Yogyakarta dalam forum Bank Sampah Jogja Heboh #3, " ujar Hermanto dari LokaLab.
Belajar biopori dari sang ahli ini digelar di halaman Gedung Sekolah Pascasarjana UGM pada Minggu (15 Juni 2025) mulai pukul 08.00. Selain Kamir, akan hadir pula Wali Kota Yogya Hasto Wardoyo. Hasto akan memaparkan kebijakan pengelolaan sampah Kota Yogya setelah tidak ada TPA.
Kegiatan Bank Sampah Jogja Heboh #3 dengan tema "Menuju Gerakan Sejuta Biopori" ini kemudian mendapat dukungan kolaboratif dari sejumlah pihak. Mulai dari Sekolah Pascasarjana UGM, Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Jawa KemenLH, Persada Langgeng Mulya (PLM), P3Nusantara. Perisai Bumi, Pemkot Yogya dan Grand Keisha Hotel Yogyakarta.
Hermanto menambahkan, kegiatan di UGM ini merupakan awal dari rencana besar Gerakan Sejuta Biopori untuk Jogja yang Istimewa. "Kesepakatan dari pihak-pihak yang berkolaborasi di atas, kami akan melakukan rekrutmen anak-anak muda, seperti Karang Taruna, remaja masjid, pemuda gereja dan lain-lain, untuk kami didik menjadi patriot lingkungan, " tambah pengusaha sedotan dan kantong cassava ini.
BACA JUGA: Dia yang Ultah, Dia yang kasih "Kado"
Para pemuda yang telah dibentuk karakternya melalui training intensif ini nantinya akan menjadi motor utama Gerakan Satu Juta Biopori untuk DIY. Hermanto mengatakan puncak dari gerakan tersebut pada peringatan Sumpah Pemuda bulan Oktober 2025. "Serentak para kader dari ratusan tempat di Jogja akan membuat biopori. Jumlahnya satu juta sehingga bisa masuk Rekor MURI," tegas Hermanto.
Ketua Paguyuban Bank Sampah DIY Zaenal Mutakin menggarisbawahi, kegiatan Bank Sampah Jogja Heboh #3 adalah lanjutan dari serangkaian kegiatan edukasi yang dilakukan oleh Paguyuban Bank Sampah (PBS) DIY.
Ia menyebut sejumlah kegiatan PBS DIY di antaranya Resik-resik Kaliurang bekerjasama dengan PT Anindya Mitra Internasional (AMI), Pemkab Sleman, Bupati Purnomo dan DPRD Kabupaten Sleman.
Gropyok Sampah dan Trashion Show di Pantai Mangrove Kulonprogo dan Edukasi 5 Macam Pengolahan Sampah di Pantai Mendit, Jangkaran, Kulonprogo. Kerjasama P3E Jawa KLHK, PT Solusi Bangun Indonesia (Semen Dynamix), Pemkab Kulonprogo, Bupati Hasto Wardoyo, DLHK (Saka Kalpataru), Dinas Pendidikan (Sekolah Adiwiyata), dan JPSM Kulonprogo.
Pengantin Pantai Kukup dan Edukasi 13 Macam Pengolahan Sampah di Pantai Kukup, Gunungkidul. Kerjasama P3E Jawa KLHK, PT Solusi Bangun Indonesia (Semen Dynamix), Pemkab Gunungkidul, Wakil Bupati Imawan Wahyudi, DLHK, Dinas Pariwisata,, TNI-Polri, Pramuka, Dimas Diajeng Gunungkidul dan Pokdarwis Pantai Kukup. *