Ferdinand Offside

Ferdinand Hutahaean. (FOTO: Twitter @FerdinandHaean3 - galamedia.pikiran-rakyat.com)

COWASJP.COMBOLEH JADI, Ferdinand Hutahaen terlalu percaya diri. Setelah sejauh ini tampil sebagai salah satu penghujat dan penyerang yang vokal terhadap apa yang dia anggap kadal gurun alias kadrun. Atau orang-orang yang mengambil sikap berseberangan dengan pemerintah. Yang mengkritisi sejumlah kebijakan pemerintah. Sebagai orang yang menampilkan diri sebagai pembela penguasa, dia seperti berada di atas angin. Sehingga siapa pun dia lawan dengan berani. Dia kecam dengan kasar. 

Banyak orang beranggapan bahwa mantan politisi Partai Demokrat itu sekarang sudah jadi buzerRp atau influencer. Yang tidak henti menjilat penguasa. Dan bisa jadi juga karena itu, dia merasa akan aman-aman saja. 

Beranggapan bahwa pihak kepolisian tidak akan menanggapi laporan orang-orang yang melaporkannya. Sebagaimana Ade Armando, Deny Siregar dan Abu Janda. Yang sejauh ini terkesan kebal hukum. Walaupun sempat dilaporkan karena pernyataan-pernyataannya, namun mereka tidak tersentuh hukum. 

Sayangnya, kali ini, dia offside. 

Ferdinand telah memasuki sebuah ruangan terlarang. Melecehkan agama yang dianut mayoritas orang di republik ini. Dengan mengatakan Allah itu lemah, sehingga harus dibela. Sedangkan Allah yang dia imani luar biasa kuat dan tidak perlu pembelaan. Ini masalah Suku, Agama, Ras dan Antara Golongan (SARA). Yang membuat umat Islam meradang. 

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas antara lain langsung menyambar cuitan yang menghebohkan itu. Menurut pimpinan MUI yang juga merupakan salah satu ketua PP Muhammadiyah itu, cuitan Ferdinand akan sangat menyakiti hati umat Islam.

Begitu juga Ketua Umum PA 212, Slamet Maarif. Yang mengecam keras cuitan Ferdinand. Dia bahkan menyerukan agar umat Islam beramai-ramai melaporkan pegiat media sosial itu ke pihak berwajib. "Saya serukan kepada umat untuk segera serentak laporkan ke Polda masing-masing," kata Slamet, ketika bicara dengan CNNIndonesia.com, Rabu (5/1).

Slamet menilai cuitan Ferdinand itu sudah tergolong penodaan terhadap agama. "Itu penodaan agama. Proses segera! Jangan salahkan umat kembali turun (ke jalan, Pen) jika tidak diproses kasusnya," ungkapnya. 

Hari-hari ini, cuitan Ferdinand trending topic di jejaring sosial media Twitter. Nama Ferdinand juga jadi bulan-bulanan warga net. Tapi berbarengan dengan kontroversi yang kian meningkat, secara diam-diam Ferdinand pun menghapus cuitannya itu. Meskipun beberapa warganet sempat menangkap layar cuitan tersebut sebelum dihapus.

Rabu (5/1) lalu, ormas Islam Brigade Muslim Indonesia (BMI) melaporkan mantan politisi Partai Demokrat itu ke Mapolda Sulawesi Selatan. Ketua BMI Zulkifli mengatakan, mereka melaporkan Ferdinand, karena postingannya diduga mengandung unsur ujaran kebencian yang bermuatan SARA. 

Dan tidak lama kemudian, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) juga bergerak cepat. Menanggapi cuitan Ferdinand yang kontroversial itu. Dengan ikut melaporkan mantan politisi itu ke Bareskrim Polri. Menurut Ketua Umum KNPI Haris Pertama, pihaknya melaporkan eks politisi Partai Demokrat itu atas dugaan kasus penistaan agama.

BACA JUGA: Siapa yang Tanggung Malu?

Sejumlah laporan yang dibuat sebagian kalangan dari umat Islam itu tak pelak semakin meningkatkan kegaduhan yang ditimbulkan cuitan Ferdinand. Akibatnya dia tidak hanya dikeroyok ramai-ramai oleh netizen. Belakangan bahkan tagar #tangkapferdinand juga trending di lini masa media sosial Twitter. 

Ferdinand ketakutan

Dengan menghapus cuitan yang pernah dibuatnya, Ferdinand terkesan mulai ketakutan. Bisa jadi juga dia sudah merasa bersalah. Teledor. Sok jago. Tidak berpikir panjang sebelum membuat cuitan. Selama ini dia telah sering menyerang tokoh-tokoh Islam. 

“Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih, Allahku luar biasa, maha segalanya, Dia lah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela,” tulis Ferdinand dalam akun Twitter-nya @FerdinadHaean3, seperti dilihat Medcom.id, Rabu, 5 Januari 2022.

ferdinan.jpg1.jpgKetua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Ma'arif. (FOTO: antaranews.com)

Meski demikian, dia juga telah berusaha mengklarifikasi cuitannya itu. Yang menurut dia, tidak dimaksudkan untuk melecehkan agama tertentu. Dikatakannya, cuitannya itu tidak sedang menyasar kelompok atau agama tertentu. Alibinya, cuitan itu hanya berdasarkan dialog imajiner antara hati dan pikirannya, saat kondisinya tengah lemah.

Karenanya, “Kalau ada yang merasa tersinggung dan mengganggu, saya mohon maaf. Tapi saya tidak ada maksud untuk menyerang dan menghina Tuhan," kata Ferdinand, dikutip dari akun Twitter@FerdinandHaean3.

Bagaimanapun, walau seribu kali dia mengajukan permohonan maaf, namun di negara yang berlandaskan hukum mestinya dia tidak bisa mengelak dari jeratan hukum. Tindakan pelecehan terhadap suatu agama, termasuk di dalamnya Allah dan Rasul, adalah sebuah tindak pidana. Yang mesti dipertanggungjawabkan di depan hukum. 

Karena itu, seandainya Ferdinand mulai merasa ketakutan karena sudah melakukan tindakan melawan hukum, dengan menyebarkan cuitan berbau SARA, maka dia tidak dapat lari untuk menghindar. Karena hukum itu harus ditegakkan. Adalah kewajiban dan tanggung jawab pihak kepolisian untuk mengusut kasusnya. 

BACA JUGA: Heboh Sukmawati Pindah Agama

Apa yang dicuit Ferdinand di media sosial Twitter dan kemudian jadi kontroversi tentu menggambarkan kepribadian dirinya. Walaupun mantan politisi sebuah partai besar, ternyata semua itu tidak membuatnya jadi matang. Dia sudah seperti anak kecil yang minta belas kasihan. Anak kecil yang tidak punya nyali. Mestinya, kalau berani berbuat mesti berani memikul tanggung jawab. 

Soal kelakuan Ferdinand, cendekiawan Nahdatul Ulama (NU), Nadirsyah Husen alias Gus Nadir pernah menyindir buzer ini. Yang kini selalu membela Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Gus Nadir mengaku tidak heran dengan sikap Ferdinand yang dinilai tidak konsisten itu. Mulanya, Ferdinand mendukung Jokowi maju di Pilpres 2014. Bahkan dia masuk dalam Barisan Relawan Jokowi Presiden.

Namun setelah Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden, Ferdinand balik arah mencaci maki pemerintah. Masuk periode kedua. Usai Pilpres 2019, Jokowi-Maruf terpilih, Ferdinand balik jadi pendukung Jokowi. Dia bahkan menyerang siapa saja yang mengkritik Jokowi. Tidak hanya itu, ungkap Gus Nadir, dia juga salah satu yang paling keras mengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Habib Rizieq Shihab dan beberapa tokoh Islam lainnya.

BACA JUGA: Jadikanlah Maulid Nabi Momentum untuk Bersatu

“Kami sih gak kaget Ferdinand dulu dukung Jokowi, terus berubah menjadi anti Jokowi dengan segala caci-maki yang luar biasa. Setelah itu, kini balik arah dukung Jokowi dengan segala puja-puji,” sindir Gus Nadir di Twitter-nya, dikutip Populis.id, Senin  (25/10/2021). Karenanya, Gus Nadir justru heran, para pendukung Jokowi kini elu-elukan Ferdinand. Padahal dia dulunya sering caci maki Jokowi.

LAYAK DIPROSES HUKUM

Banyak yang menilai, Ferdinand sudah offside. Terperosok ke dalam kasus ujaran kebencian yang bertendensi SARA. Dengan begitu, apakah dia akan menjadi Ahok kedua? Dulu, Ahok jadi terpidana karena melecehkan agama Islam. Setelah bicara tentang ayat suci Alqur’an Surah Almaidah 51.  Yang melarang umat Islam mengambil orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin. Sebelum dilakukannya PilGub DKI Jakarta tahun 2017.  

Sekarang, apakah Ferdinand dapat dikatakan akan menjadi Ahok kedua? Karena bisa diduga telah melecehkan agama Islam. Dengan mengatakan bahwa Allah itu lemah. Allah yang sangat dimahasucikan umat Islam, sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Sehingga dia layak dituntut di depan hukum, sebagaimana Ahok yang sempat merasakan dinginnya tembok penjara. 

Boleh jadi, Ahok dulu mengomentari ayat Alqur’an Surah Almaidah 51. Sekarang apakah Ferdinand ingin mengomentari sebuah ayat yang lain? Karena di dalam Alqur’an Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Surah Muhammad ayat 7).

Yang pasti, kalau konteksnya adalah itu, sungguh dia sudah salah menilai dan memahami makna ayat itu. Karena ayat di atas tidak bicara tentang “menolong Allah” yang dia personifikasi sebagai makhluq. Dalam ajaran Islam, Allah tidak serupa dengan sesuatu apa pun. Allah tidak sepadan dengan patung yang memang tidak akan dapat menolong dirinya sendiri. Sehingga Allah tidak bisa dikatakan lemah. Karena Allah Maha Kuasa atas segala-galanya. 

Yang dimaksud dengan “menolong Allah” dalam ayat di atas adalah menolong agama Allah. Yaitu berjihad di jalan Allah. Berbuat segala sesuatu demi Allah. Sehingga Allah menjanjikan bahwa orang-orang yang “menolong agama Allah” akan mendapatkan pertolongan yang lebih besar dari Allah Sang Maha Pencipta.

Dengan begitu, apakah Ferdinand dapat dilepaskan dari jerat hukum?

Bisa saja Ferdinand beralasan bahwa apa yang dia ungkapkan dalam cuitannya yang kontroversial itu adalah dialog imajiner dengan dirinya sendiri. Tapi karena sudah melanggar ketentuan SARA dan melecehkan umat Islam, dia tidak dapat menghindar. Apalagi kalau kita berkaca dari peristiwa serupa yang pernah terjadi dalam sejarah Islam. 

Pada musim panas tahun 9 H, umat Islam mendapatkan informasi adanya pergerakan pasukan Bizantium ke wilayah Hijaz. Karena itu, Rasulullah memerintahkan umat untuk menyiapkan diri untuk berperang. Tapi sejumlah orang munafik meminta ijin untuk tidak ikut berperang. Macam-macam modus mereka. Ada yang mengaku tidak akan tahan dengan kecantikan perempuan Romawi. Ada yang mau menyumbang harta saja dan macam-macam alasan yang lain. 

Kondisi saat menyongsong Perang Tabuk itu memang benar-benar ujian keimanan. Berperang di musim panas, dengan jumlah kendaraan unta yang sangat terbatas. Konon 1 unta dipakai bergantian 18 orang. Dan perbekalan yang sangat minim. Sehingga banyak yang mencari cari alasan agar tidak ikut berperang. Sebagian kaum munafiq bahkan mengolok-olok. Dengan mengatakan, mana mungkin pasukan Nabi Muhammad yang masih kecil dengan segala keterbatasannya bisa menghadapi pasukan Romawi. Sebuah raksasa super power yang baru saja mengalahkan kekuatan Persia yang juga merupakan salah satu negara besar kala itu. Bisa diibaratkan seperti cicak lawan buaya. 

Rasulullah marah dan itulah yang menjadi “asbabun nuzul” turunnya firman Allah dalam surah At-Taubah 65: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”

Surah At-Taubah adalah satu-satunya surah di dalam Alqur’an yang tidak diawali dengan “basmalah”. Karena ini adalah ayat perang. Ayat yang keras. Yang menegaskan kerasnya hukum Allah atas orang-orang yang memperolok-olok agama Allah. 

Karenanya, walaupun umat Islam belum bisa dikatakan sudah menjadi kekuatan yang besar, tapi Rasulullah menyebarkan agamanya dengan tegas. Ini dapat dilihat dari bunyi surat-surat yang dikirimkan Baginda Rasul kepada para penguasa besar dunia kala itu. Seperti kepada Raja An-Najasyi dari Etiopia, Al-Muqauqis dari Mesir, Kisra atau Raja Khosrau II dari Persia dan Heraklius dari Bizantium atau Romawi. Pesan Rasulullah hanya satu: “Masuklah Islam, niscaya kamu selamat!”

Dengan begitu tegasnya ketentuan Islam, apakah orang yang suka main-main dan memperolok-olok ajaran Islam akan dibiarkan lolos tanpa dihukum? Umat Islam layak marah, jika kasus ini tidak diproses sesuai hukum yang berlaku.”(*) 

Nasmay L. Anas, wartawan senior di Bandung dan pemerhati persoalan publik.

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda