Laporan dari Swiss (25)

Berakhir Tahun di Pusat Belanja Aubonne, Banyak Diskon dan Serba Murah

Okky Putri Prastuti (penulis, paling kiri) mengucapkan Happy New Year kepada para pembaca. (FOTO: Dok Keluarga Okky/Fariz)

COWASJP.COM – Happy New Year 2022 !!!!! Selamat Tahun Baru kawan pembaca semua. Semoga di tahun ini segala impian yang direncanakan bisa terwujud. Aamiin.

Baik di Indonesia ataupun di luar negeri, kembang api menjadi salah satu hal yang dinantikan saat pergantian tahun. Namun, seperti di tahun-tahun sebelumnya saat di Surabaya kami sebenarnya jarang begadang untuk menanti pergantian tahun baru. Paling sorenya makan bersama keluarga, jam 22.00 sudah sampai rumah kembali. Atau bakar-bakaran di rumah. Bakar jagung dan seafood. Pun gak sampai pukul 24.00. 

Di liburan kali ini kami tidak merencanakan agenda khusus untuk traveling ke luar kota Lausanne, meskipun papi Fariz mengambil cuti 1 minggu dan Zirco masih dalam masa liburan sekolah. Kami sudah merencanakan untuk memasak makanan ala Swiss di saat malam akhir tahun – 31 Desember 2021.

Beberapa waktu lalu, teman saya pernah bercerita bahwa saat akhir tahun banyak diskon di pusat perbelanjaan Aubonne. Aubonne adalah salah satu daerah di distrik Morges, masih satu kanton dengan Lausanne. Yaitu Kanton Vaud. Jarak dari Lausanne ke Aubonne hanya 25 km yang bisa ditempuh dengan kereta selama 30 menit. Sebenarnya bisa saja bawa mobil, tapi kami lebih memilih naik kereta. Nyaman dan tidak perlu capek menyetir.

Oh ya, kami sudah pernah menerima surat denda gara-gara melebihi kecepatan yang diperbolehkan pada suatu daerah. Tidak disebutkan di daerah mana pada surat tersebut, hanya tertulis batas yang diperbolehkan adalah 80 km/jam. Sedangkan kecepatan mobil kala itu mencapai 90 km/jam. Kena denda 100 CHF = Rp 1.550.000 deh. Ya ampuuuun. 

BACA JUGA: Liburan Akhir Tahun ke Basel, Kandang Klub Sepakbola Top di Swiss

Tiket kereta pergi-pulang dari Lausanne – Aubonne sebesar 22 CHF = Rp 341.000. Karena sudah di luar area Lausanne kami wajib membeli tiket lagi. Jenis keretanya cukup banyak, hampir setiap 30 menit sekali selalu ada. Kami membeli tiket kereta S3 tujuan akhir Aubonne. Sehingga nanti pulangnya juga harus naik kereta S3 pada jam berapapun boleh. 

Jadi di Lausanne ini boleh naik kereta jam berapapun dan sebanyak apapun yang penting nomor kereta yang dinaiki sama. Misal pada pagi hari berangkat dari Lausanne ke Aubonne. Siang hari sudah kembali ke Lausanne, nanti sore pergi lagi. Itu tidak masalah, karena tiket sudah dihitung seperti daypass.

Tujuan pertama kami adalah IKEA – Aubonne. Brand IKEA berasal dari negara Swedia sejak tahun 1943. Ini pertama kalinya kami mengunjungi IKEA. Karena di Indonesia hanya ada di Jakarta dan Bali. Sedangkan di Surabaya hanya tempat mengambil saja. Mengikuti trend yang ada, biasanya selalu mengambil foto di tengah-tengah gudangnya. Sampai suami pun heran apa bagusnya foto di tengah kardus-kardus seperti itu, hehehe. 

kembang-ap.jpg4.jpgDi dalam IKEA, Aubonne. (FOTO: Fariz Hidayat)

IKEA juga terkenal dengan restorannya yang menyajikan Swedish Meat Balls. 

Makan siang di restoran IKEA adalah pilihan yang tepat. Harganya sungguh terjangkau. Kami dibuat takjub karena 1 porsi Swedish Meat Balls (11 buah) lengkap dengan kentang goreng hanya seharga 8,95 CHF = Rp 138.825. 

Sedangkan 1 porsi steak daging dan mashed potato yang berjudul Café de Paris bisa didapatkan dengan harga 14,95 CHF = Rp 231.725. Jauh lebih murah dibanding membeli ramen saat di restoran Korea atau Jepang di Lausanne yang seharga 20an CHF. 

kembang-ap.jpg5.jpgFondue non alcohol buatan sendiri mantap rasanya. (FOTO: Fariz Hidayat)

Kedua menu utama tersebut sudah bisa membuat kami berempat kenyang. Sudah seperti orang bule yang menu makan lengkap dengan dessert (makanan penutup). Kami juga membeli almond cake dan es krim cone vanilla seharga 3,95 dan 1 CHF. Sepertinya biaya makan di restoran lebih mahal dari belanjanya. Karena kami membawa pulang 1 kursi kecil untuk Zirco dan 1 panci wok untuk memasak di dapur. 

Karena saking besarnya IKEA, kami sudah tidak sanggup lanjut ke Shopping Mall Outlet Aubonne. 

JUGA KE MANOR.CH

Selain itu di Lausanne, kami juga pergi ke sebuah departemen store yang bernama Manor.ch di area pusat kota Rue Pichard 3, 1003 Lausanne. Kalau di Lausanne yang jarang ada mall, ini seperti mall kecil yang komplit. Lumayan bisa seperti jalan-jalan sejenak ke mall. Manor terdiri dari 7 lantai, cukup tinggi. Namun setiap lantainya tidak begitu luas. Lantai paling dasar ada supermarket. Sama seperti supermarket Migros dan Coop, tapi sepintas harganya lebih mahal sedikit. Cuma mampir untuk belanja cabe keriting merah, karena jarang ditemukan di Migros dan Coop dekat rumah. 10 biji cabe keriting merah besar seharga 3,5 CHF = Rp 54.250. (1 CHF = Rp. 15.500).

Lantai kedua dan ketiga dipenuhi dengan baju wanita dan pria. Inginnya belanja celana jins thermal untuk Papi Fariz namun tidak ada. Setelah natal banyak sekali diskon-diskon yang ditawarkan. Pantas saja tetap banyak orang datang untuk berbelanja. Lanjut ke lantai 4 adalah pusat mainan dan baju anak-anak. Tempat favorit Zirco pastinya. 

Saat kami ke Zurich bulan Oktober lalu, Zirco minta dibelikan kado puzzle pokemon. 1 kotak besar yang berisi 200 puzzle. Dia sudah bisa menyelesaikannya sendiri sekitar butuh waktu 1,5 jam fokus bermain puzzle. Kemudian di Manor, dia menemukan puzzle serupa namun berisi 1000 puzzle. Wow!! Ukuran per puzzle lebih kecil namun dia ingin sekali memilikinya. Akhirnya kami membeli puzzle tersebut seharga 14 CHF = Rp 217.000.

kembang-ap.jpg2.jpgZirco menyelesaikan puzzle dalam waktu 5 hari. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Sedangkan lantai 5 dan 6 fokus berisi keperluan rumah tangga. Mulai dari perlengkapan dapur, memasak, perlengkapan kamar mandi, hingga aksesoris pernak-pernik rumah. Kebutuhan hewan peliharaan juga tersedia. Sudah seperti IKEA dalam versi mini. Di sini tempat tujuan kami sebenarnya. Karena sudah berencana memasak hidangan ala Swiss untuk merayakan pergantian tahun, kami memutuskan untuk beli Fondue Set. Perlengkapan untuk menyajikan cheese fondue, lengkap dengan panci keramik, pembakar, garpu, dan piring. 

1 set komplit ini dibandrol dengan harga 50 CHF = Rp 775.000. Diskon 50% dari harga aslinya. Cheese Fondue adalah hidangan keju khas Swiss yang sudah dilelehkan didalam panci. Hidangan harus disajikan dalam bentuk hangat sehingga memerlukan kompor portable yang dipanaskan menggunakan lilin atau spiritus. Cara menikmati keju ini dengan mencelupkan roti dengan garpu bertangkai panjang. Cheese Fondue diresmikan menjadi hidangan nasional di Swiss pada tahun 1930an, dan baru popular di Amerika Utara pada tahun 1960an.

Lantai yang paling tertinggi adalah Manora Restaurant. Restoran ini sempat kami temukan di Basel saat berkunjung ke shopping mall St.Jakob kemarin, tapi sedang tutup karena renovasi. Saat kami datang sudah banyak hidangan yang habis, seperti pizza, grill, pasta. Hanya tersisa minuman jus buah, roti, dan ada crepes. Kami tidak membeli apa-apa karena Zirco tidak tertarik dan juga belum lapar katanya. 

Yeeey !!! akhirnya tahun baruan tiba. Tahun baruan di rumah saja. Ada beberapa acara pergantian tahun di Lausanne yang bisa diikuti. Pertama, naik kapal di Ouchy jam 20.30 CET (Central European Time), menikmati hidangan di atas kapal sambil melihat kembang api. Kapal kembali lagi di Lausanne jam 00.30 CET. 

Ada juga Cathedral-Fire – permainan lampu yang seolah-olah membakar gereja. Dan juga di bar atau club hingga tengah malam. Sepertinya tidak cocok dengan kami, karena tidak kuat bertarung dengan udara dingin di luar sana.

kembang-ap.jpg3.jpgMenu makan malam akhir tahun ala Swiss. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Menu makan malam sudah siap. Ada 100 gram daging ayam dan 400 gram daging sapi yang sudah dibakar sebelumnya. Dibumbui ala kadarnya, tapi rasa mantab dan Zirco lahap sekali makan daging. 1 panci keju fondue yang saya buat sendiri. Kalau di restoran biasanya dibuat menggunakan wine putih, tapi sudah saya ganti dengan jus apel. Rasanya pun enak, meskipun pegel mengaduk terus sekitar 15 menit hingga keju leleh dan lembut ya moms. 

Tak lupa ada kentang rebus dan juga roti seperti khasnya hidangan fondue Swiss. Spesial untuk Zygmund ada stik keju supaya makan sambil duduk anteng tidak pegang panci panas. Sederhana layaknya makan malam biasa, setelah kenyang kami pun tidur. Sama sekali tidak begadang untuk menunggu tahun baru.

Namun, di kota besar seperti Zurich pesta tahun baru terlihat meriah. Saat kembang api diluncurkan pada tengah malam. Begitu menurut info dari teman saya Mbak Tari yang merayakan tahun baru di Zurich. Mbak Tari adalah teman baru saya yang berasal dari Jakarta. Suami Mbak Tari – Mas Rafi melanjutkan studi S2 di IMD (International Institute for Management Development). Beliau sekeluarga menginap di sekitar Zurich Lake, sengaja menikmati momen tahun baru. Sehingga saat tengah malam bisa keluar melihat kembang api. 

kembang-api1.jpgKeluarga Mbak Tari menikmati perayaan tahun baru di Zurich. (FOTO: istimewa)

Bagi Sadiqa – putri pertamanya, ini adalah tahun baru pertama di luar negeri. Sedangkan untuk Mbak Tari dan Suaminya pernah merayakan tahun baru di London pada tahun 2013. Menurutnya euforia tahun baru di Zurich lebih sepi daripada di London dulu. Mungkin karena Covid juga.  

Malam hari di sekitar Danau Zurich banyak sekali orang yang sudah menantikan kembang api. Aica – panggilan Sadiqa lebih kaget dan takut mendengar bunyi petasan dan kembang api. Sedangkan Mbak Tari dan suami lebih ngeri melihat lautan manusia. Takut terjadi kericuhan maka perayaan tahun baru juga dijaga ketat oleh polisi Zurich. Meskipun sedang di outdoor, tapi masker tidak pernah lepas. Termasuk Aica yang seharusnya tidak perlu memakai masker karena masih berumur 5 tahun. Tapi kebiasaan ini belum lepas karena baru saja mereka menginjakkan kaki di Lausanne 2 minggu yang lalu. 

Sebenarnya saya juga ingin menyajikan cerita keseruan tahun baru di Kota Bern dan Geneva. Tetapi teman saya yang di Geneva ternyata sedang pulang kampung ke Jogja. Sedangkan teman saya di Bern sedang berlibur ke Paris. Maaf yaa...

Sempat saya terbangun pada pukul 12.08 CET karena membuatkan susu untuk Zygmund, terdengar bunyi kembang api tetapi tidak terlalu keras. Sepertinya berasal dari Danau Ouchy yang letaknya sekitar 1,5 km dari apartemen.

Resolusi untuk tahun 2022, semoga tahun ini bisa terbit jurnal internasional karena salah satu kewajiban dosen adalah menerbitkan artikel ilmiah untuk bisa membagikan pengetahuan yang bermanfaat untuk pembaca. Semoga bisa menerbitkan buku tentang kehidupan di Switzerland. Dan semoga keberkahan selalu menyertai keluarga kecil kami, Papi Fariz dan DoubleZ (dua anak lelaki kami: Zirco dan Zygmund). Selamat Tahun Baru seluruh keluarga di Indonesia. Wishing every day of the new year to be filled with success, happiness, and prosperity for you! (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda