"The Satay Adventure" di Bandung

Sate Hadori Kota Bandung, (Foto: Istimewa).

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Dhimam Abror Djuraid

-------------------------------------------

SETAHUN terakhir ini saya rutin ke Bandung setidaknya seminggu. Di tengah kesibukan menyelesaikan program doktoral komunikasi di Unpad, saya selalu menyempatkan waktu untuk berwisata kuliner.

Semua pasti tahu kenikmatan kuliner khas Bandung. Semua pecinta kuliner yang paling ekspert sampai yang awampun tahu betul kehebatan kuliner Bandung dan Jawa Barat.

Saya juga merasakannya. Dan, sebagai penggemar sate kambing, saya secara khusus melakukan petualangan kecil untuk menjelajah kuliner sate kambing di Bandung.

The satay adventure di Bandung dan Jawa Barat ini sungguh mengasyikkan, karena tradisi sate kambing di Bandung berbeda dengan di Jawa Timur ataupun di Surabaya. Kalau kita ingin berwisata kuliner sate kambing di Surabaya kita tidak akan bisa menghindari pengaruh masakan Timur Tengah.

Bahkan, bisa disebut bahwa kuliner kambing dengan segala variannya--mulai dari sate, gule, kambing bakar, kambing oven, sup, dll--semua yang paling top-di Surabaya dan Malang akan didominasi oleh rumah makan Timur Tengah atau citarasa Arab.

Di Bandung, pengaruh citarasa Timur Tengah tidak sehebat di Surabaya. Tapi, tentu saja pengaruh citarasa Arab masih tetap terasa dan tidak mungkin hilang sama sekali.

Saya sengaja berpetualang kecil dengan mencari warung dan restoran sate kambing yang sangat banyak tersebar di Bandung. Kalau Anda mencari referensi di internet akan ada rekomendasi lima sampai tujuh gerai sate kambing yang wajib dicoba. Saya tidak akan berdebat mengenai rekomendasi itu karena semua bergantung selera.

SATE HADORI

Yang pertama dan the most recommended bagi saya adalah Sate Hadori. Ini adalah tempat favorit saya untuk menyantap sate di Bandung, karena beberapa pertimbangan.

sate-hadori-1aoSe6.jpg

Warung ini terletak di Jl Stasiun Timur masuk ke arah terminal. Tempatnya yang "nylempit" dan agak tersembunyi membuatnya  tak kelihatan dari jalan raya. Dari parkiran harus lewat jalan sempit beberapa meter dan bahkan meloncat pagar dan selokan kecil. Ini justru menambah sensasi.

Ini dia sate asli yang dibakar pakai lemak atau bersih dan dibakar tanpa diolesi apapun disajikan dgn kecap atau kacang.

Setiap kali kesitu saya menjumpai pengamen gitar tunggal yang selalu menyanyikan lagu-lagu klasik the Beegees. Gaya bergitar dan bernyanyinya dimirip-miripkan dgn vocal Gibb bersaudara. Sambil menyantap sate saya bisa menyenandungkan First of May atau Don't Forget to Remember. Ketika direquest untuk menyanyikan lagu-lagu apapun dari Beegees  sang pengamen siap.

sate-hadori-2zphcq.jpg

Foto: sebandung

Dia gak mennganggu, dia tetap menyanyi tanpa meminta-minta. Asyik dan nikmat seperti sate dan gulenya.

Ada tongseng serta gule yg agak butek oleh lemak karena diisi sisa-sisa tetelan. Kayaknya gule hanya pelengkap.

Di depan warung dipajang sederet paha kambing. Pemandangan ini menjadi semacam apetizer atau pembuka selera yang menambah sensasi.

Daging sineret di kaki paha sampil yg empuk. Atau daging lamusir yang tidak selembut sineret tapi teksturnya memberi kenikmatan yang berbeda.

Daging kambing kemudian di bawa ke hamparan meja di depan para pengunjung.

Seperti chef profesional Jepang yang menyajikan yakiniku dan memasaknya di depan tamu restoran, Hadori ini unik karena memotong daging di dalam warung di depan meja makan pengunjung, jadi pengunjung bisa memilih sendiri daging kesukaannya. Mau pakai lemak, jeroan, atau bersih, silakan.

*  *  *  *

Ada pilihan bumbu kacang atau pun kecap. Di meja juga disediakan acar ketimun dan carrot, plus the tawar panas gratis.

Saya punya kebiasaan selalu menyantap sate tanpa bumbu untuk bisa merasakan kenikmatan asli sate. Kita bisa tahu kehalusan dan kelembutan daging kambingnya sekaligus tahu keterampilan pengolahnya. Kalau  bau lebus masih terasa berarti kurang terampil mengolahnya.

Sesekali saya makan lemak/gajih yang lembut dan gurih, juga tanpa bumbu. Makan jerohan hati pun terasa benar gurihnya tanpa dikontaminasi bumbu yang bisa manipulatif.

Ahli kuliner tidak pernah merekomendasikan cara makan sate seperti, tapi itulah yang selalu saya lakukan ketika sate masih dalam keadaan panas.

Penikmat kopi sejati akan meminum kopi tanpa gula karena gula merusak kekhasan citarasa kopi sebagaimana bumbu juga merusak citarasa sate.

Ketika harus memesan gule pun saya tidak memasukkan kuah gule ke piring nasi, tapi menikmatinya langsung dari mangkuk. Sekali lagi ini cara paling enak untuk tetap merasakan kenikmatan sate kambing.

SATE H.M HARRIS

Terletak di Jl Asia Afrika, sate Harris ngetop saat pemilu ketika Ical dan Prabowo makan disitu. Sate ini buka 24 jam sehingga populer untuk kalangan yang suka cari makan lewat tengah malam, atau mereka yang baru menikmati dunia gemerlap. Pilihan sate kambing lemak, tanpa lemak dan jerohan, semua tersedia. Ada gule yang disajikan dengan daging bersih tanpa lemak dengan hanya sedikit santan. Umumnya, gule diisi tetelan daging dan tulang, tapi disini diisi daging yang bersih dan empuk.

sate-m-harisVmqb.jpg

Sate & Gule Kambing H.M. Harris. (Foto: qraved)

Sate disajikan dalam hotplate untuk menjaga tetap hangat. Tapi bagi saya hotplate kurang asyik karena sensasi bakar arangnya berkurang. Memang kelebihannya rasa panas tetap terjaga. Tapi sensasi arang yg penting bagi unsur sate jadi berkurang.

Keahlian penyajian dan pengolahan sate terlihat dari keterampilan membakar, apakah well done atau rare. Memeng, penikmat sate tidak diperlakukan seperti penikmat steak yang selalu ditanya kematangan daging yang diinginkannya.

Kualitas arang sangat mempengaruhi rasa sate, apakah dari batok kelapa atau arang kayu bakar hitam. Hotplate mengurangi unsur penting dlm proses penyatean itu.

Tapi, terlepas dari itu sate H.M Harris adalah salah satu yang most recommended di Bandung.

Saya sudah mencoba kira-kira sepuluh gerai di Bandung, Hadori dan Harris termasuk yang palinjg asyik.

SATE MARANGGI

Saya naik mobil dari Bandung ke Purwakarta lewat jalan tol kira-kira 45 menit. Masuk kota Purwakarta yang lebih padat daripada rata-rata kota kabupaten di Jawa Timur, saya melihat kota yang cukup hidup.

Saya menembus kepadatan lalu lintas menyisir jalan raya menuju keluar kota ke arah jalan alternatif menuju Jakarta.

Di tengah hutan jadi saya menemukan sate Maranggi khas Priangan.

Gerainya berada di pinggiran hutan jati yang luas dengan truk besar serta bus yg lalu lalang di jalanan Bungursari yang menghubungkan Bandung-Jakarta.

Meski jauh di tengah hutan, tapi Anda akan melongo menyaksikan ratusan orang (ya, ratusan) makan siang antre. Orang datang berkelompok delapan sampai belasan, dan banyak yang berpakaian seragam kerja.

sate-meranggidG2ua.jpg

Foto: Detik

Kelihatan seperti food court spesial sate. Bangku-bangku dan meja-meja besar panjang berjajar, semua penuh, seperti orang sedang pesta besar.

Kepulan asap bakar berpadu dengan deru dan debu bus dan truk yang berseliweran.

Makan di Sate Maranggi selalu GPL alias "gak pake lama". Ada sekitar 150 karyawan yang melayani konsumen di area terbuka seluas lapangan bola itu.

Sensasi unik di tengah hutan dengan kesejukan hutan jati. Ada sate kambing yang disajikan seperti dicincang dan dibakar dengan bumbu, lalu disajikan dengan pilihan bumbu kacang atau kecap dengan potongan cabe dan tomat.

Kali inipun saya menikmatinya tanpa bumbu, dan terasa sekali tekstur daging cincang yang gurih.
Sebelum menikmati sate, disajikan side dish penganan mulai jajanan tradisional sampai tahu dan tempe goreng.

Yang tiak suka sate ada ikan bakar gurami atau nila yg besar dan enak.

Warung ini berdiri sejak awal 1990. Mulanya tidak terlalu besar, tapi terus berkembang sampai sebesar sekarang. Ini bukti bahwa sate ini banyak sekali penggemarnya. Mereka sengaja datang dari kota-kota sekitar, dan juga Jakarta, untuk merasakan sensasinya.

SATE KAIRO

Bagi yang suka daging kambing tapi masih ngeri dan takut kolesterol atau darah tinggi, silakan mampir ke resto "Kairo" di daerah Cihapit di pusat kota Bandung. Kalau Anda pernah mencoba "Al-Hamra" di Jl Jakgung Suprapto, Surabaya, atau "Larazetta" di Jl Biliton, Surabaya, resto Kairo di Cihapit ini punya banyak kesamaan. Menu kambing oven dan kambing bakar lengkap dengan nasi mandi dan biryani adalah kekhasan Kairo. Daging kambing yang disajikan khusus diambil dari kambing muda "cempe" yang masih usia bulanan. Karena itu teksturnya sangat lembut dan empuk, dan lezat. Anda bisa menikmati dengan bumbu kacang maupun kecap.

Suasana restoran yang semi terbuka tanpa air conditioning memberi suasana yang segar dan merangsang nafsu makan.

Tapi, kalau Anda ingin merasakan suasana yang betul-betul egaliter pinggir jalan, saya punya langganan warung sate PKL di daerah Rawa Badak, Bandung dekat makam pahlwan Dewi Sartika. Letaknya di pinggir jalan dengan gerobak kecil. Kekhasannya adalah gule kepala kambingnya yang dahsyat.

Silakan Anda pilih yang Anda suka.

Bon apetite! (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda