Santri Kediri Juragan Pempek

Foto-foto: Joko Intarto/CoWasJP.com

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Joko Intarto

-------------------------------------------------

Konsultan dan Praktisi Bisnis Media

GARA-GARA memakai sarung, sekitar 30 orang rombongan Ekspedisi Islam Nusantara mendapat undangan makan gratis di Restoran Pempek Wawa, Palembang.

Wawa merupakan salah satu merk makanan khas Palembang yang sangat terkenal. Semula, saya menduga pemiliknya seorang etnis Tionghoa. Tak dinyana, dia seorang Jawa dan santri asal Kediri, Jawa Timur. Namanya Sulthon.

Gus Sulthon, begitu kawan-kawàn memanggilnya, sudah lama merantau ke Palembang. Sejak tahun 80-an di bermukim di kawasan Kenten, Kota Palembang.

joko-empek2HsO9j.jpg

Penulis (kanan) saat menikmati pempek palembang. (Foto: Joko Intarto/CoWasJP.com)

Di Palembang, Gus Sulthon memulai usaha pempek. Walau bukan "wong kito" Gus Sulthon bisa meracik pempek yang tak kalah lezat. Terbukti usahanya semakin maju.

Dari warung pempek sederhana, Gus Sulthon sekarang punya sebuah restoran yang cukup mentereng. Rumah makan berlantai dua dengan fasilitas karaoke untuk pesta keluarga segala.

Sebidang tanah dengan bangunan tua di kanan restorannya sedang dinego untuk dibebaskan. "Kami kesulitan lahan parkir," jelas Gus Sulthon tentang rencana pembelian lahannya.

Perkenalan dengan Gus Sulthon sebenarnya tidak disengaja. Selasa lalu, rombongan ekspedisi menyewa kapal wisata untuk menyusuri sungai Musi menuju Pulau Kamaro. Gus Sulthon ternyata mendapat kontrak menyediakan makan siang di dalam kapal tersebut.

pempek-anyaW8VdM.jpg

(Foto: Joko Intarto/CoWasJP.com)

"Katanya para penulis dan kameraman. Kok banyak yang pakai sarung? Seperto para santri saja," kata Gus Sulthon.

Dugaan Gus Sulthon tidak salah. Sebab, tim ekspedisi Islam Nusantara sebagian besar adalah alumni pesantren. "Saya tiba-tiba ingat ketika masih nyantri di Kediri dulu. Rasanya bangga lihat para santri itu menenteng kamera video dan aneka perangkat modern. Karena itu saya menawarkan mampir untuk makan malam sebagai penghormatan," jelas Gus Sulthon.

pempek-di-rakcF6f5.jpg

(Foto: Joko Intarto/CoWasJP.com)

"Sambutan Gus Sulthon ini di luar dugaan. Tidak ada komunikasi sebelumnya. Kami bangga diundang makan malam di restoran yang keren ini," kata KH Imam Pituduh pimpinan ekspedisi, seusai makan malam.

Sore tadi sebelum meninggalkan kota Palembang, saya menyempatkan waktu untuk singgah sekali lagi ke restoran Pempek Wawa. Selain ingin menikmati lagi kapal selamnya yang gurih, juga untuk membeli buah tangan.

Bila kawan-kawan suatu ketika datang ke Palembang, saya rekomendasikan mampir ke restoran Pempek Wawa di Kenten. Kalau perlu pakailah sarung. Siapa tahu dapat gratisan seperti saya.

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda