Penyelesaian Soal PSSI Perlu Kearifan Tingkat Dewa

Foto dan ilustrasi: CoWas.JP.Com/ghedebuk

COWASJP.COM – ockquote>

C a T a T a N: Sulaiman Ros

----------------------------------------

CABANG olahraga (cabor) sepakbola memang paling kompleks dan skupnya luas dibanding dengan cabor lainnya. Mulai dari segi penggemar, pembinaan, bisnis, lapangan penghasilan, budaya, bahkan tak jarang masuk ranah politik. Maka penyelesaian soal PSSI memerlukan kearifan tingkat dewa dari semua pihak.

Di manapun, kapan pun di dunia ini, sepakbola adalah cabang primadona. Di banyak negara maju, khususya Eropa, sepakbola sudah menjadi industri yang sangat menguntungkan. Baik dari segi finansial maupun pengaruh sosialnya yang demikian besar.

Penghasilan dari pengelolaan penjualan tiket saja sudah demikian besar. Belum lagi dari segi sponsor, iklan, serta penghasilan-penghasilan lain di luar stadion
Klub-klub besar ini sangat memahami tentang berbisnis di sepakbola. Manchester United (MU) misalnya. Di Old Trafford, kursi premium dan corporate boxes yang dijual untuk pelanggan kalangan atas, meski hanya berkapasitas kurang dari 15% dari kapasitas Stadion Old Trafford yang 76.000 penonton, namun mampu menutup 40% dari seluruh hasil tiket terjual yang bisa diraih  MU.

 Klub lainnya, Chelsea misalnya, yang memiliki Stamford Bridge dengan infrastruktur yang mendukung. Kursi premium di Stamford Bridge dijual dengan harga mencapai 1.000 dolar Amerika (Rp 13,4 juta). Sementara itu, di dalam stadion terdapat sekitar 70 ruangan mewah bisa terjual habis saat Chelsea menjamu (bertanding) klub-klub yang nilai jualnya tinggi.

Tapi mohon maaf, tidak bijak bila kita membandingkan klub-klub sepakbola Indonesia dengan klub-klubEropa dari segi bisnis. Ibarat langit dan bumi. Namun, paling tidak itulah salah satu ujung dari arah sepakbola yang benar selain prestasi.

Membina dan membesarkan sepakbola/klub membutuhkan dana yang besar, tanpa harus bergantung pada pemerintah, apalagi harus membebani APBD, APBN. Karena itu, mau tidak mau sepakbola harus berbisnis. Dan itulah salah satu makna dari aturan FIFA, yang melarang campur tangan pemerintah, apa pun bentuknya.

TETAP BUNTU JIKA KLB DISETIR PEMERINTAH

Nah, kalau kemudian, pemerintah kita dalam hal ini Kemenpora akan mencabut pembekuan PSSI, dengan catatan harus KLB, maka apa pun hasil KLB, saya tidak yakin akan mengubah keputusan sanksi FIFA. PSSI tetap akan terjepit.

Apalagi bila yang menyelenggarakan dan yang membiayai KLB adalah pemerintah. Pasti hasilnya harus sesuai yang diinginkan pemerintah. Ya, itu juga namanya campur tangan pemerintah. Terus bagaimana nasib cabor sepakbola di SEAG 2017 dan Asian Games 2018? Jawabannya ada di benak Menpora.

cowas-1ICOBt.jpg

Sulaiman Ros nomor 3 dari kanan bersama-sama kru Jp di lantai 3 Graha Pena Jakarta 2006 silam. (Foto: CoWasJP.com)

Negara-negara yang pernah dijatuhi sanksi FIFA:

1. Yunani
Asosiasi Sepakbola Yunani, HFF, dijatuhi sanksi oleh FIFA akibat intervensi pemerintah. FIFA menjatuhkan sanksi untuk Yunani tertanggal 3 Juli 2006. Usai memiliki undang-undang olahraga baru, sanksi untuk Yunani akhirnya dicabut 3 hari kemudian, tanggal 7 Juli 2006.

2. Iran
FIFA menjatuhkan sanksi kepada Federasi Sepakbola Iran IRIFF, tanggal 23 November 2006. Sanksi diberikan karena campur tangan pemerintah terkait Pemilihan Umum Federasi. Usai dilakukan pemilihan ulang, FIFA kemudian mencabut sanksinya kepada IRIFF tanggal 20 Desember 2006.

3. Kenya
Negara Afrika, Kenya, juga adalah salah satu negara yang pernah dijatuhi sanksi oleh FIFA karena intervensi pemerintah. Kenya dijatuhi hukuman selama 5 bulan, periode 25 Oktober 2006 hingga 9 Maret 2007.

4. Kuwait
Campur tangan pemerintah Kuwait dalam pemilihan ketua umum dan anggota Federasi Sepakbolanya (KFA), membuat negara ini juga tak luput dari sanksi FIFA. Kuwait menjalani hukuman dari FIFA periode 30 Oktober 2007 hingga 3 Juni 2009.

5. Ethiopia
Majelis umum Ethiopia memecat Presiden Federasi Sepakbola Ethiopia (EFF), Ashebir Woldegiorgis. Hal ini berujung pada jatuhnya sanksi FIFA pada Ethiopia tertanggal 29 Juli 2008 hingga 18 Juli 2009.

6. Madagaskar
Asosiasi Sepakbola Madagaskar FMF, dibubarkan oleh pemerintahnya. Padahal pihak Mahkamah Agung Madagaskar tidak memuluskan langkah tersebut. Akhirnya, FIFA pun dengan tegas memberi hukuman per tanggal 25 November hingga 20 Desember 2008.

7. Peru
Serupa dengan Indonesia, kisruh Federasi Sepakbola Peru dengan pemerintah berujung jatuhnya sanksi FIFA. Peru menjalani sanksi FIFA per tanggal 25 November hingga 20 Desember 2008.

8. Brunei Darussalam
Dua tahun Brunei Darussalam menjalani sanksi FIFA. Ini merupakan konsekuensi karena pemerintah Brunei Darussalam membubarkan federasi lama (BAFA) dan membentuk FABD sebagai federasi baru. Usai membentuk kepengurusan baru (NFABD), FIFA pun akhirnya mencabut sanksinya. Brunei mendapat hukuman dari FIFA sejak 30 September 2009 hingga 30 Mei 2011.

9. Iraq
Komite Olimpiade Iraq membubarkan Federasi Sepakbola Iraq (IFA). Ini berujung pada sanksi FIFA tanggal 20 November 2009. Permasalahan baru bisa dipecahkan empat bulan berselang, sampai akhirnya FIFA mencabut sanksi tanggal 19 Maret 2010.

10. Nigeria
Nigeria adalah negara yang dua kali mendapat sanki dari FIFA. Ini juga merupakan konsekuensi intervensi pemerintah Nigeria terhadap Asosiasi Sepakbola Nigeria (NFF). FIFA menjatuhkan sanksi pertama tanggal 4-8 Oktober 2008. Kemudian Nigeria kembali mendapat sanksi tanggal 9-19 Juli 2014.

11. Kamerun
Kamerun jadi negara Afrika ke-3 yang mendapat sanksi dari FIFA. Seperti negara lainnya, FIFA menjatuhkan sanksi pada Kamerun dengan penyebab yang sama. Sanksi dijatuhkan FIFA pada Kamerun bulan Juni 2013.

12. Indonesia
Indonesia adalah negara ke-12 yang dijatuhi sanksi FIFA, akibat konflik PSSI dan Kemenpora. FIFA menjatuhi sanksi kepada Indonesia tanggal 30 Mei 2015 hingga batas waktu yang belum ditentukan.**

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda