mBonek di Ukraina (3) : Blusukan ke Istana Islam di Crimea

Penulis di depan bekas Istana Bakchisaray, Krimea, bersama dua gadis lokal. (foto: hendra eka/jawa pos)

COWASJP.COMBISA jadi juga dilakukan wartawan media lain.  Saya tidak tahu pasti. Yang saya tahu, ini adalah standart of operation alias SOP wartawan Jawa Pos. Yakni, memanfaatkan kesempatan liputan untuk meliput sebanyak-banyaknya.  Selengkap-lengkapnya. Seberagam-beragamnya.  Contohnya ya ini : meski ke Ukraina untuk liputan kejuaraan sepakbola Piala Eropa, harus ada liputan non bola dong. 

Saya tidak mengamati wartawan media lain. Yang saya tahu, salah satu wartawan Jawa Pos peliput Euro 2012 –selain M. Ilham--, yakni Agung Putu Iskandar melakukan itu. Agung Putu berkunjung ke Chernobyl, dan membuat tulisan bagus tentang kota di Ukraina utara yang tekenal karena kasus ledakan reaktor nukli itu. Ledakan pada April 1986 itu, berdampak pengosongan Chernobyl, dan menjadikan kota tidak berpenghuni, hingga kini. 

Saat bertemu di Kiev, Agung Putu cerita soal kunjungan ke Chernobyl itu. Saya salut. Tapi, saya tidak berencana ke sana.  Saya tidak seberani Agung Putu menghadapi risiko bahaya radiasi nuklir yang konon masih menyelemuti hingga radius 30 kilometer dari pusat ledakan di Chernobyl itu.  Saya punya rencana lain : ke Crimea. 

Crimea masuk dalam daftar rencana kunjungan saya sejak awal, karena keistimewaannya. Crimea merupakan daerah otonomi khusus di Ukraina. Letaknya di selatan Kiev, dan kota-kota pentingnya terletak di pinggir Laut Hitam, sebuah danau besar yang karena luasnya, seolah merupakan laut.  

Yang paling membuat saya tertarik ke Crimea adalah fakta sejarah: Crimea pernah menjadi kerajaan Islam besar.  Petilasannya, antara lain ada istana dengan arsitektur khas Islam, dan beberapa masjid.

Di negara yang dikenal sebagai eks pecahan Uni Soviet yang komunis, ada petilasan kerajaan Islam berupa istana dan juga masjid, tentu menarik untuk dikunjungi.  Saya pun menetapkan, akan ke Crimea,saat jeda pertandingan usai babak penyisihan dan jelang perempat final. 

***

Sebenarnya, tidak ada yang istimewa juga bahwa saya menyempatkan ke Crimea.  Wong  tinggal mencari tiket pesawat ke Simferopol, ibukota Crimea. Perjalanan ke kota berjarak sekitar 800 kilometer dari Kiev juga sekitar 1,5 jam saja. Di Simferopol pun, cari hotel mudah, demikian pula persewaan mobil dengan sopir yang bisa bahasa Inggris. 

Kalau ada kesulitan sedikit adalah istana bekas kerajaan Islam di Crimea  yang di wikipedia disebutkan tidak kalah mewah dari Istana Alhambra Spanyol itu, ternyata tidak populer di kalangan warga setempat.  Andriy, mahasiswa sopir mobil sewaan saya di Crimea, tidak tahu tempat pastinya.

Dia hanya tahu jalan ke Bakchisaray, kota berjarak sekitar 32 kilometer dari Simferopol, tempat istana itu berada.  Beruntung, meski kecil, ada petunjuk menuju istana itu, di pusat kota Bakchisaray.

Akhirnya,  saya tiba di sana. Kompleks Istana memang terlihat luas. Namun, tidak megah. Bahkan seperti tidak terawat. Nuansa Islam terlihat dari bentuk bangunan. Dari luar, terlihat kubah dan menjara masjid besar di dalam istana. Di sekitar istana, juga terdapat restoran dengan tulisan Arab, yang paling banyak mencantumkan kata ‘’halal’’. 

Anak kecil berambut pirang yang melintas dengan baju koko, menyakinkan bahwa ini memang eks wilayah Islam. Lebih-lebih kemudian,  saya bertemu dua gadis, meski tidak memakai jilbab, namun bajunya cukup panjang. Wajah dua gadis itu juga ke-Arab-an.  

Meski tidak seperti bayangan semula, cukup lega juga bisa menemukan petilasan Islam di Crimea. Apalagi, saya juga sempat sholat Jumat di Kebi Djemir, masjid besar di Simferopol. Di masjid itu, saya sering tersenyum kecil setiap berkenalan dengan jamaah masjid. Mereka mayoritas berkulit putih dan berambut pirang, namun nama-namanya khas Islam. Syaifullah, Hussein dan sejenisnya. 

***

Jadi, sekali lagi, tidak terlalu hebat sih bisa blusukan ke Crimea. Juga saya merasa kali ini tidak telalu mBonek. Biasa saja, toh memang begitu SOP di Jawa Pos. 

Namun, rasa biasa itu agak berubah sekembalinya ke Kiev, dan bertemu wartawan Indonesia lainnya peliput Euro 2012. Kebetulan, setiba di Kiev dari Crimea, saya langsung menuju ke Gedung Kedutaan Besar Indonesia di Kiev. Saat itu, memang ada acara, pihak kedubes mengundang wartawan Indonesia peliput Euro 2012. Saya juga diundang. 

Yang membuat rasa berubah itu adalah reaksi teman-teman wartawan setelah tahu saya baru kembali dari Crimea. Mereka terlihat kaget. Ada yang bilang kok ya sempat-sempatnya (dan mungkin juga mau-maunya) saya ke Crimea. Kepala Bidang Penerangan Sosial Budaya Kedubes RI di Kiev waktu itu, Theresia Amran, ikut heran. Dia memuji perjalanan saya ke Crimea. 

Sejujurnya, dalam hati waktu itu, saya malah yang heran. Heran dengan teman-teman yang memilih nguplek di Kiev saja, dengan liputan museum, pasar atau landmark kota lainnya.  Padahal, dari sekitar 25 wartawan peliput Euro 2012 di Ukraina itu, saya paling tua. Dari sekitar 25 wartawan itu, saya perkirakan mayoritas di bawah 35 tahun.  

Tapi, saya tidak mau mengomentari masalah itu lah. Kalau teringat ke Crimea itu, saya hanya merasa bersyukur,  saya terjangkit virus Jawa Pos dan saat itu belum ‘’sembuh’’. Virus yang membuat wartawan Jawa Pos tidak pernah merasa puas jika tidak menulis beda dan lebih.  

Saya juga senang, karena kemudian bisa bercerita ke anak-anak saya soal Crimea. Yakni, saat terjadi krisis Ukraina-Rusia pada 2014. Yang antara lain berdampak, penyerbuan tentara Rusia ke Crimea. Berlanjut ke pelaksanaan referendum. Berbuntut: lepasnya Crimea dari Ukraina, dan kini menjadi bagian dari Republik Federasi Rusia. 

Saya senang, bisa cerita ke anak-anak saya, bahwa bapaknya pernah ke Crimea, antara lain berkat terjangkit virus khas Jawa Pos itu tadi. (*)


Berikut link tulisan saya tentang crimea : 

http://satelitnews.co.id/crimea-daerah-istimewa-di-ukraina-yang-banyak-peninggalan-islam-1/

http://www.rmol.co/read/2012/07/01/69252/Kembangkan-Pariwisata,-Crimea-Mau-Bersaudara-dengan-Bali-

http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=69178

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda