Dollar Bambu di Pasar Wisata Pundensari Membius Kaum Ibu saat Belanja

Bu Dar, sehari bisa bawa pulang Rp 400 ribu. (FOTO: Santoso)

COWASJP.COMDollar bambu. Begitu pernah kita tulis di media ini, ternyata punya kisah yang menarik. Itu bukan hanya sebagai alat  penukar saja, tapi ada maksudnya juga. Berikut tulisan Santoso, wartawan senior di Madiun.

***

Masih ingat Dollar Bambu di Pasar Pundensari, Kabupaten Madiun, seperti yang pernah ditulis di media ini -- cowasjp.com. Ternyata bukan sekadar sebagai alat penukar saja. Namun juga terkandung beberapa maksud.

Selain mengesankan alat tukar tempo doeloe, tapi juga membius  kaum ibu tak sayang membelanjakan uangnya di pasar yang khusus menjual kuliner itu. 

‘’Kaum ibu kalau belanja menggunakan uang rupiah, kan mesti menghitung-hitung dulu isi dompetnya. Tapi kalau pakai alat penukar dari  bambu kan tidak berasa,’’ kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Gunungsari, Kecamatan/Kabupaten Madiun, Bernardi S. Dangin.

SANTOSO-BAMBU-2.jpgBernardi S. dangin, Ketua Pokdarwis Desa Gunungsari. (FOTO: Santoso)

Tak hanya itu, ini juga untuk  bernostalgia mengingatkan saat masa  kecil kita, bermain dengan duit-duitan dengan daun atau benda lainnya. Apalagi Dollar Bambu itu dibuat berwarna-warni agar disenangi anak-anak. Pun dibuat dengan berapa nominal untuk memudahkan pengunjung berbelanja.

Pasar Budaya Tradisional Pundensari ini berdiri sudah cukup lama. Yakni 2 tahun 7 bulan, jadi hampir 3 tahun. Bisa bertahan selama itu bagi sebuah destinasi wisata dengan intensitas pengunjung yang cukup banyak, jelas merupakan keberhasilan tersendiri. Mengingat lokasinya nylempit di Jalan Golek, Gunungsari. Selain itu juga arealnya tak begitu besar.

Namun pengelola tampaknya cukup ekspansif dalam promosi. Selain menggunakan media sosial, juga merangsang media untuk melakukan liputan.

Setidaknya kreator pasar itu juga cukup mumpuni mengemas acara setiap minggu pagi, mulai jam 06.00 sampai 11.00. Begitu dibuka, baik pedagang maupun pengunjung mengumandangkan lagu Indonesia Raya, sebagai manifestasi dari cinta Indonesia.

SANTOSO-BAMBU-3.jpgFlashmob Dance Pundensarsari. (FOTO: Santoso)

Selain itu juga ditampilkan Flasmob Dance yang ditampilkan oleh muda-mudi desa itu. Hingga suasana semakin semarak.

Pun tak ketinggalan menampilkan seni daerah seperti Dungkrek, cokekan dan lainnya. Live musik juga selalu siap menghibur pengunjung sambil menikmati berbagai macam kuliner tradisional.

Dengan kemasan seperti itulah pasar ini mampu menyedot pengunjung, termasuk dari luar daerah. ‘’Sebelum pandemi, omzet keseluruhan bisa mencapai Rp 10 juta sampai Rp 15 juta,’’ kata Bernardi.

Hanya saat PPKM level 4, pasar ini tutup sekitar 2 bulan lamanya. ‘’Sekarang ini kami harus merangkak lagi,’’ katanya. Namun cukup lumayan masih nembus angka Rp 8 juta. Hingga kalau dirata-rata dari 20 pedagang yang ada masing-masig bisa  membawa pulang sekitar Rp 400 ribu.

SANTOSO-BAMBU-4.jpgPengunjung Pasar Pundensari cukup ramai. (FOTO: Santoso)

Ini dibenarkan oleh Ibu Nyoman yang mengaku rata-rata tiap minggunya bisa membawa pulang Rp 600 ribu. Pun ibu Dar, sekitar Rp 400 ribu. (*)

Pewarta : Santoso
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda