Hiduplah Natalius Pigai, Hiduplah Indonesia Raya

Natalius Pigai (Foto: istimewa/Desaign CoWasJP)

COWASJP.COMKOMNAS HAM punya harga diri, karena ada Natalius Pigai. Lelaki kelahiran Papua 28 Juni 1975 ini, berdiri tegak di bawah matahari, membela rakyat Indonesia, membela ulama-ulama yang dikriminalisasi, dan membela siapapun yang dilanggar hak asasinya, di negeri ini, Indonesia Raya ini.‎

Pigai juga yang begitu  getol menyuarakan agar Jokowi segera test DNA saja, agar menepis isu keturunan PKI.

Siapa Natalius?

"Bila ada konflik rakyat dan penguasa, saya pilih berdiri di barisan rakyat," ujar lelaki kelahiran Paniai, Papua ini.‎

Pigai ----  yang begitu tegar membawa Komnas HAM bermartabat, ----  akhirnya dibully habis-habisan sama ahoker dan jokower. Para kecebong menyerang fisiknya; diejek karena kulitnya yang hitam.

Tapi Pigai ---  ibarat manggis --- hitam kulitnya tapi putih hatinya.

Inilah sosok Nasrani, yang berdiri tegak, membawa panji kebenaran, keadilan, hak asasi --- dan menolak kriminalisasi ulama.

Pigai mendapat gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.I.P.) dari Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD" (STPMD "APMD") Yogyakarta pada 1999 silam.

Lelaki penganut Katolik yang taat  ini, juga aktif di WALHI, PMKRI, Kontras, Rumah Perubahan, Petisi 28 dan banyak organisasi Elit lainnya.‎

Lelaki yang juga  rajin menulis buku ini,  ‎merupakan satu-satunya anggota Komnas HAM periode 2012 - 2017 yang berasal dari Papua.

Dari 11 anggota Komnas HAM, Pigai lah yang  menjadi mutiara hitam yang mendobrak upaya pembunuhan karakter para ulama di tanah air ini, di Indonesia Raya ini.‎

Ketika negara makin rasis, Pigai tampil tegas dengan panji-panji penegakan  hak azasi manusia, tugas mulia yang  disandangkan.

Ketika KPK belakangan mulai mengancam Komnas HAM --- dgn menduga ada penyelewengan anggaran di Komnas HAM -- siapa lagi yang hendak dibidik, kalau bukan Pigai.

Pigai, memang beda, di Indonesia Raya ini.‎

Ketika umat Islam demo 212 dianggap radikal, Pigai berdiri tegak, membela ulama. Ketika ulama-ulama ditangkapi, lagi-lagi Pigai yg pasang badan.

"Mereka bukan Islam radikal, " ujarnya, membela karibnya----   pejuang hak asasi umat Islam di tanah air, Habib Rizieq.

Akibatnya, Pigai dikecam lawan-lawan politiknya yang justru sedang berkuasa, ---- ia dikucilkan, hendak dihantam dengan segala kekuatan fitnah, hendak dimakzulkan, pun mulai dikriminalisasi oleh para penjahat yang membencinya.‎

Kita dukung Pigai, ----  dengan segala nalar dan martabat kemanusian, dengan pikiran dan hati nurani kemanusiaan, yang masih berpijak pada hak asasi umat manusia.

Pigai  sedang  membawa Komnas HAM sebagai satu-satunya lembaga yang masih bisa diharapkan berdiri tegak dengan tetap netral memperjuangkan harkat dan martabat umat manusia di negeri ini.

Hiduplah Pigai,----  hiduplah Indonesia Raya..!!

Berukut klarifikasi/tulisan Natalius Pigai (Komisioner Komnas HAM).

"Ridha Saleh (mantan Komisioner Komnas HAM) menggagas pemakzulan terhadap saya (Natalius Pigai) melalui petisi Change.org. Alasan pemakzulan karena saya tidak bekerja baik. Kaum Nasrani dan minoritas mengecam saya karena membela para ulama dan selalu konsisten mengkritik Ahok dan Pemerintah Jokowi.

Jawaban saya: berdasarkan laporan resmi Komnas HAM RI dari 7 sampai 8 ribu pengaduan, sebanyak 60 persen kasus, saya yang bekerja. Saya bekerja tanpa mengenal waktu dan berkorban segala-segalanya untuk membesarkan Komnas HAM ini setelah sekalian lama tenggelam dan tidak pernah dipandang publik.

Hari ini Komnas HAM menjadi tumpuan harapan atau terminal akhir pengaduan para pencari keadilan di negeri ini. Saya bekerja pontang panting, berjuang berkeringat korbankan tenaga, waktu bahwa merogoh kocek pribadi demi membela keadilan di negeri ini meskipun tekanan, ancaman, teror dan segala risiko selalu menyertai saban hari tanpa henti. Saya menentang kekuasaan negara intervensi Komnas HAM untuk menjaga independensi. Tawaran jabatan pimpin badan Otoritas oleh Luhut Binsar Panjaitan dan Duta Besar oleh Jokowi melalui Jenderal Hendropriyono saja saya tolak.

Standar kerja saya adalah: objektif, profesional, berintegritas, anti korupsi dan anti diskriminasi Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan. Karena menjadi komisioner Komnas HAM adalah komisoner milik seluruh rakyat Indonesia. Hasil BPK 2015 yang Komnas HAM disclaimer, saya komisioner Komnas HAM bersih sama sekali. Nama saya tidak tertulis dalam laporan BPK.

Sampai dengan saat ini, saya tidak pernah mendengar ada legacy yang Ridah Saleh tinggalkan, tidak pernah mendengar nama saudara disebut-sebut sebagai salah satu komisioner di kantor ini apalagi berprestasi. Bahkan nama Anda pun saya tidak tahu.

Demikian pula, semua orang memuja dan memuji Ahok, rakyat kecil pemilik negeri di kota metropolitan dibantai kata-kata kasar, tanpa dialog, kekerasan verbal merendahkan martabat manusia, digusur dengan defile aparat dibuldozer, lantas bangun proyek-proyek mewah para taipan, yang tidak mencerminkan ajaran dan hukum cinta kasih Kristus.

Di saat ini, di saat semua pejabat negeri ini tunduk, taat dan patuh kepada kekuasaan dan Istana Negara hanya demi sebuah jabatan, hanya demi kekuasaan dan uang. Di saat semua orang bertindak sebagai job seeker di mesin kekuasan, saya memutuskan untuk menjaga marwah Komnas HAM sebagai lembaga independen sebagaimana amanat Prinsip Paris oleh PBB.

Hari ini, rakyat di negeri ini menjerit, ada rintian, ratapan, penderitaan, kesediaan. ratusan ribu orang Papua dibantai atas nama negara, petani, buruh, nelayan, orang miskin dan rakyat jelata menjerit, orang-orang Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu hidup dalam ketidakpastian di negeri ini.

Pengekangan kebebasan sipil (civil liberty) dan kebebasan ekspresi, pendapat, pikirkan dan perasaan yg menentang mainstream demokrasi, perdamaian dan hak asasi manusia. Negara ini tidak hadir sebagai pendamai, sebagai pelindung, pengayom. Bahkan pemimpin negara hanya duduk di Bizantium kekuasaan membangun kegaduhan di negeri ini selama 2,5 tahun. Pemimpin negara hadir ibarat monster Leviathan yang menerkam rakyat.

Di saat itu, kalian di mana dan kalian ke mana? "‎

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda