Laporan Wartawan CowasJP dari Jepang (4)

Gelar Visiting Professor Puti Guntur Soekarno

Rektor Universitas Kokushikan, Prof. Keiichi Sato, PhD dan Puti Guntur Soekarno memperlihatkan gelar visiting professor yang ia terima. (Foto-Foto: Roso Daras/CoWasJP)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Roso Daras

---------------------------

DALAM banyak hal, Jepang lebih maju dari Indonesia. Tak terkecuali di bidang pendidikan. Karena itu, Puti Guntur merasa sangat bangga ketika ia diberi anugerah gelar visiting professor atau guest professor pada Jurusal Ilmu Politik, Pascasarjana Universitas Kokushikan, Tokyo – Jepang. “Selain kehormatan, gelar itu juga menuntut kewajiban saya untuk menjadwalkan mengajar di Kokushikan, paling tidak sekali dalam setahun,” ujar putri tunggal Guntur Soekarnoputra itu.

Anugerah gelar itu diberikan Rektor Universitas Kokushikan, Prof. Keiichi Sato, PhD kepada Puti, Kamis, 3 November 2016, di kampus Setagawa, Tokyo. Rektor menilai Puti memiliki kompetensi di bidangnya, dan layak diangkat menjadi visiting professor. “Apalagi, jumlah mahasiswa asal Indonesia di Kokushikan, menunjukkan kecenderungan naik setiap tahunnya. Saat ini saja, ada belasan mahasiswa asal Indonesia belajar di Kokushikan,” ujar Sato.

BACA JUGA: ”Warteg” ala Tokyo

Bertepatan penganugeranan gelar tersebut, hari itu Pusat Kajian Asia-Jepang, Pascasarjana Ilmu Politik, Universitas Kokushikan menggelar simposium internasional mengenai Sukarno. Dalam simposium bertema “Merefleksikan Pemikiran Soekarno dari Masa Kini Abad ke-21” itu, Puti Guntur tampil sebagai keynote speaker. Puti membawakan pidato berjudul “Pancasila Menuju Tata Dunia Baru”.

Bukan kali pertama Puti Guntur berpidato di kampus yang didirikan oleh Tokujira Shibata pada tahun 1917. Tahun lalu, Juli 2015, Puti juga berpidato di kampus yang sama, bertepatan dengan peresmian Soekarno Research Center. Saat itu, Puti membawakan pidato berjudul “Pancasila Bintang Penuntun”. 

BACA JUGA: Puti Guntur ke Jepang Bawa Pemikiran Bung Karno

Dikaitkan dengan termin “profesor” yang lazim dipakai di Indonesia, Puti buru-buru menegaskan, bahwa di dunia pendidikan internasional, terdapat aneka jenis gelar profesor. Di Amerika Serikat misalnya, ada sebutan assistant professor, associate professor, full professor, visiting professor (profesor tamu), professor emeritus, adjunct professor, honorary professor, serta research professor. Sedangkan di Eropa, seperti Jerman misalnya, ada Professor W3, professor extraordinarius, fachhochsculprofessor, profesor emeritus dan junior professor.

puti-1XLe8Z.jpg

Sebaliknya, di Indonesia hanya memiliki satu jenis profesor, yang disebut guru besar. Sebutan atau gelar profesor mengacu pada UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dan PP 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi pasal 105 yang jelas menerangkan bahwa profesor bukan gelar akademik, melainkan jabatan fungsional untuk seorang dosen yang telah memiliki kualifikasi tertentu, yang berkaitan dengan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas akademik (tridharma PT).

BACA JUGA: ”The Big Issue” di Shinjuku

Puti Guntur yang anggota Komisi X DPR RI, dan antara lain membidangi masalah pendidikan menjelaskan, gelar visiting professor yang ia terima, tidak bisa dipahami dengan tata-aturan dunia pendidikan tinggi di Indonesia. “Gelar visiting professor biasa juga disebut guest professor. Ya memang begitu terminnya (di Jepang). Di Indonesia barangkali mirip dosen tamu,” kata lulusan FISIP UI itu.

puti-29ypM.jpg

Politisi PDIP kelahiran 26 Juni 1971 itu memang telah menjalin komunikasi cukup intens dengan Universitas Kokushikan. Dia bahkan sudah bertemu dengan Kepala Program Pascasarjana Jurusan Ilmu Politik Universitas Kokushikan, Prof. Masami Hirashi, Oktober 2015. Dalam kesempatan itulah, Prof Hirashi meminta kesediaan Puti Guntur menjadi visiting professor di jurusan Ilmu Politik, Pascasarjana Kokushikan. 

Hari itu, penyerahan sertifikat gelar visiting professor diserahkan oleh Rektor Universitas Kokushikan, Prof. Keiichi Sato, PhD. “Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Puti Guntur Soekarno menerima gelar ini, di tengah kesibukan beliau sebagai anggota parlemen. Harapan kami, langkah kecil ini bisa membawa dampak besar bagi hubungan yang lebih konstruktif antara Jepang dan Indonesia di masa mendatang,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Puti Guntur menyerahkan kenang-kenangan foto berbingkai yang menampilkan tiga sosok penting dalam melandasi hubungan Indonesia – Jepang. Foto itu adalah rekaman peristiwa kunjungan Bung Karno ke Jepang tahun 1958, yang tidak lama kemudian disusul normalisasi hubungan kedua negara. Dalam kesempatan itu, Bung Karno diterima Kaisar Hirohito didampingi putra mahkota Pangeran Akihito. ***

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda