Tiga Skenario Hidupkan Persebaya

Arif Afandi mantan Ketua Umum Persebaya Surabaya. (Foto: istimewa)

COWASJP.COM – ockquote>

C a T a T a N: Arif Afandi

-----------------------------------

BONEK, supporter loyal Persebaya, telah sukses menekan PSSI membahas keanggotaan klub kebanggaan arek Surabaya. Pengadilan Negeri Surabaya juga memenangkan PT Persebaya Indonesia sebagai pemegang merk sah Persebaya. 

Lantas apa yang harus dilakukan setelah mendapat sukses beruntun dalam waktu hampir bersamaan? 

Hanya satu jawabannya: membentuk tim yang kuat. Tim yang siap berlaga dalam kompetisi maupun turnamen. Tanpa tim, Persebaya tetap tinggal nama. Tidak akan ada artinya perjuangan bonek selama ini. 

Tapi siapa yang berkewajiban membentuk tim? Tentu bukan bonek. Bonek hanyalah supporter. Ia bukan pemilik klub. Hanya fans berat. Bonek tidak bisa membentuk tim karena bukan pemilik klub Persebaya. Ia bukan pemegang saham. Juga bukan badan hukum. 

Menurut saya, ada tiga skenario untuk menghidupkan Persebaya yang mati suri. Apa itu?

bonek-nontonwMB3A.jpg

Bonek saat mendukung tim kesayangannya Persebaya di Stadion Gelora Bung Tomo. (Foto: bola)

SKENARIO 1

Pihak yg paling bertanggungjawab membentuk tim adalah manajemen PT Persebaya Indonesia (PT PI). Dalam hal ini Pak Saleh Mukadar dan Pak Cholid Ghoromah. Beliaulah pemilik sekaligus manajemen PT PI. Meski, akunya, mrk hanya pemegang atas nama saham milik klub anggota Persebaya.

Tapi mungkinkah manajemen mampu membuat tim? Kalau melihat performance-nya selama ini,  jauh api dari panggang. Sampai saat ini, manajemen belum mampu membayar utang gaji pemain dan pelatih. Konon, total utang mereka sekitar Rp 9 miliar. Tapi belum jelas rinciannya dan belum transparan.

Perusahaan punya utang itu biasa, sepanjang ia punya aset. Nah, PT PI tak punya aset. Satu-satunya aset hanyalah merk Persebaya.  Mampukah dengan hanya memiliki aset berupa merk, mereka membentuk tim? Tampaknya sulit untuk berharap banyak.

andik-firmansyahy1ebH.jpg

Penyerang depan Andik Vermansyah.​ ketika masih bergabung dengan Persebaya. (Foto: JPNN)

SKENARIO 2

Kalau PT PI tak bisa diharapkan, lantas siapa yg bisa bikin tim? Skenario kedua berharap ada pihak ketiga yang membeli saham PT PI. Tentu pemilik baru harus melunasi utang-utangnya. Juga membeli saham sesuai dengan keinginan pemilik PT PI. 

Nah, dengan hanya memiliki aset merk, masihkah ada pihak ketiga yg tertarik membeli Persebaya? Apalagi, merk sebagai satu-satunya aset itu sebetulnya tak layak dihaki PT PI. Pasalnya, merk Persebaya bukan bikinan PT PI. Merk itu sudah ada jauh  sebelum PT itu ada. 

Merk itu sebetulnya milik publik bola Surabaya. Namun, kini secara hukum sudah menjadi milik mereka. Merk itu bisa dikuasai publik lagi kalau digugat secara class action dan menang. Tentu ini butuh waktu.

Karena itu, tidak patut juga kalau merk itu dijual mahal oleh pemilik PT PI sekarang. Sebab mereka menjual barang milik publik.

Lalu berapa harga wajar saham PT PI? 

Hitungan kasarnya; Valuasi/nilai merk Persebaya saat ini dikurangi utang perusahaan. Misalnya, jika merk Persebaya dinilai Rp 50 miliar terus dikurangi utang Rp 9 miliar, maka harga jualnya Rp 41 miliar.

aku-haus-gol-muQcBMn.jpg

Logo Aku Haus Golmu (Foto: istimewa)

Kalau saham PT Persebaya bisa dijual dengan harga tersebut, siapa yang untung? Pemegang saham sekarang. Persoalannya siapa yang mau membeli perusahaan tanpa aset? Rasanya hanya orang yang betul-betul gila bola.  Itu pun jika nilai jualnya masuk akal.

Ibaratnya kita menunggu orang gila yang ingin buang sial dengan membelanjakan uangnya dalam jumlah besar.  Sebab, jika nilai jualnya Rp 50 miliar, maka investor baru harus menyediakan dana Rp 100 M. Yang Rp 50 M lainnya untuk membentuk tim dan operasional setahun. 

Sungguh jumlah yang tidak sedikit.

SKENARIO 3

Jika skenario 1 dan 2 tidak berjalan, lalu apa yang bisa dilakukan? Skenario ketiga: kembali ke khittah. Mengembalikan kepemilikan Persebaya kepada pemilik asli.

Siapa pemilik asli Persebaya? Klub-klub anggota Persebaya. Yakni klub-klub amatir yang mendirikan Persebaya. Sayangnya klub-klub anggota itu sekarang terpecah. Mereka tercerai berai menjadi dua kelompok.

Maka, tantangan pertama adalah mempersatukan klub anggota Persebaya. Maukah mereka?

taufikw1mv9.jpg

Taufiq gelandang cilik dan lincah ketika masih bergabung dengan Persebaya. (Foto: istimewa)

Barangkali para bonek bisa mendesak klub anggota tersebut bersatu demi Persebaya. Demi kebanggaan arek Suroboyo. Setelah mereka bersatu, mereka bisa membikin PT baru. Dengan demikian, mereka tidak harus dapat warisan utang.

Lalu bagaimana dengan merk Persebaya? Mereka bisa meminta kepada PT PI untuk menghibahkannya.

Kalau tidak dihibahkan, klub-klub anggota tidak berhak menggunakan merk itu secara hukum. Kalau ngotot, bisa digugat setiap saat. Apakah klub anggota mampu setor saham dan modal untuk PT baru? Memang sulit diharapkan.

Tapi mereka bisa setor pemain. Setiap klub setor dua pemain. Pemain klub itulah kemudian divaluasi menjadi saham. Lantas bagaimana operasionalnya? Ini yang perlu pemecahan. Mungkin perlu menjual sebagian sahamnya. 

Misalnya: 30 persen, 40 persen, 50 persen, atau 60 persen. Sebaiknya ada sebagian saham supporter. Syaratnya supporter harus bikin badan hukum. Apakah itu koperasi, yayasan, atau PT. Biar supporter ikut memiliki.

Nah, di sinilah Pemkot Surabaya diharapkan turun tangan. Dia bisa menyewakan stadion beberapa tahun. Sewa stadion itu dibayar dengan saham. Saham Pemkot tersebut bisa diatasnamakan BUMD. DPRD harus menyetujui setoran modal dalam bentuk sewa stadion itu.

Maka tim baru tersebut akan kembali menjadi milik publik kota Surabaya. Manajemen PT baru serahkan kpd profesional.

Rasanya hanya tiga skenario itu yang bisa menghidupkan Persebaya dari mati suri. Harus segera dipilih salah satu. Kalau tidak, maka persoalan Persebaya akan terus mbulet seperti kentut di ruang tertutup. Bikin sumpek dan bau.

Sekian. Semoga bermanfaat dan mencerahkan! *

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda