Kapal Api Tak Lagi Sekadar Kopi

Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf (dua dari kiri), menghadiri acara halal bi halal yang diadakan kopi Kapal Api dan keluarganya di Gedung JX International, Surabaya. (Foto: CoWasJP.com)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Arif Afandi

----------------------------

SEBANYAK 7500 karyawan kopi Kapal Api dan keluarganya memadati Gedung JX International, Surabaya. Mereka berkumpul dalam rangka halal bi halal dan menikmati pertunjukan Kiai Kanjeng pimpinan Emha Ainun Nadjib.

Gedung berkapasitas 10 ribu orang itu, hari ini (24/7/2016), menjadi saksi perjalanan panjang PT Santos Jaya Abadi yang memproduksi kopi Kapal Api. 

"Saya tidak mengira kita bisa berkumpul bersama sebesar ini. Tahun 1978, karyawan Kapal Api ini hanya 20 orang," kata Direktur Utama PT Santos Jaya Abadi Soedomo Margonoto.

Pria yang juga menjadi Konsul Kehormatan Polandia di Surabaya ini tampak tertegun saat memulai sambutannya. Sejenak ia terdiam di atas panggung sambil memandangi seluruh keluarga karyawannya yang hadir. 

Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf hadir di acara tersebut. Direktur PT Kapal Api Global Steven Margonoto ikut mendampingi. 

gus-iful-11uzv2.jpg

Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf (Gus Iful) saat memberikan sambutan dalam acara tersebut. (Foto: Arif Afandi/CoWasJP.com)

Sejumlah karyawan tidak hanya menjadi penonton. Pembaca Alqur'an dan pemimpin doa dilakukan karyawan Kapal Api sendiri. Juga yang menjadi dirijen saat menyanyikan Indonesia Raya. Sungguh menggambarkan hubungan karyawan dan perusahaan yang ideal.

Sebagai perusahaan kopi terbesar di Indonesia, Kapal Api punya cara unik menyosialisasikan cita-cita perusahaannya. Mereka punya mars yang dinyanyikan seluruh karyawan. Diantaranya dengan tegas ingin menjadi perusahaan kopi terbesar di Asia.

Menurut Soedomo, banyak tantangan untuk mencapai cita-cita tersebut. Sebab, kini makin tinggi persaingan antar peodusen kopi. Nah, untuk itu, Kapal Api harus terus tetap menguasai pasar dalam negeri.

Disebutkan, dengan julmah penduduk yang besar dan income per kapita di atas USD 3 ribu, Indonesia akan menjadi negara dengan peminum kopi terbesar di dunia. 

Perjalanan Kapal Api memungkinkan ia mencapai tekadnya. Pada tahun 1970-an, Kapal Api belum menjadi yang terbesar. Ia kalah jauh dengan Kopi Glatik yang sudah lebih dulu menjadi penguasa pasar. 

gus-iful-3RmADa.jpg

Gus Iful dikerubuti oleh karyawan para karyawan Kopi Kapal Api. (Foto: Arif Afandi/CoWasJP.com)

Namun, tidak begitu lama, posisi itu bisa digesernya. "Dulu kami kalah jauh dengan Kopi Glatik," tegas Soedomo. Kopi Itu dengan mudah bisa dikalahkan karena tidak berani berpromosi dan menggunakan mesin dari luar negeri.

Keberanian Kapal Api dalam strategi bisnisnya membuat ia dengan cepat mengeser kompetitor utamanya. Kini, total karyawan Kapal Api mencapai 13 ribu orang. Bisnisnya tersebar di seluruh Indonesia. Produk kopinya juga sudah diekspor ke berbagai negara.

Gus Ipul --panggilan akrab Syaifullah Yusuf-- mengamini tekad Soedomo untuk menjadikan Kapal Api terbesar di Asia. Ia mengakui, Kapal Api merupakan salah satu perusahaan kebanggaan provinsi Jawa Timur. 

Menurutnya, untuk menjadi yang terbesar di Asia, pertama kali harus menguasai pasar dalam negeri. Untuk ini diperlukan kekompakan antara perusahaan dan karyawan. Kedua pihak harus bersama-sama.

gus-iful-4Msura.jpg

Para pimpinan Kapal Api pun tidak mau ketinggalan untuk berfoto bersama dengan Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf (Gus Iful). (Foto: Arif Afandi/CoWasJP.com)

"Tidak ada perusahaan tanpa karyawan. Sebaliknya, tidak ada karyawan tanpa perusahaan. Kalau karyawan tanpa perusahaan, lantas sopo sing mbayari," kata Gus Ipul.

Kepada ribuan karyawan Kapal Api, Gus Ipul menyarankan agar jika ada masalah dengan perusahaan dikomunikasikan. "Sampaikan baik-baik. Nggak usah demo-demo," tambahnya.

Jika kebersamaan antara perusahaan dan karyawan ini terjalin baik, maka dengan gampang Kapal Api bisa menjadi pemenang global. Juga dengan gampang perusahaan untuk maju pesat. 

Ditambahkan pula, tantangan ke depan sebuah industri adalah mekanisasi. Namun, ia berpesan agar Kapal Api lebih mengutamakan manusia ketimbang mesin. Dengan demikian akan lebih berkah.

Sebelum meninggalkan tempat acara, Gus Ipul sempat menemui Cak Nun --panggilan akrab Emha Ainun Nadjib-- di belakang panggung. Keduanya memang sudah berteman sejak lama. 

gus-iful-2JN2S7.jpg

Emha Ainun Nadjib panggilan akranya Cak Nun pun hadir dalam acara halal bi halal kemarin. (Foto: Arif Afandi/CoWasJP.com)

"Cak Nun, saya pamit nggak bisa ikut sampai selesai. Masih harus ke acara lain. Tapi nanti jangan digojloki ya?," katanya. 

Cak Nun memang sok usil menggojlok temannya kalau sedang manggung!

Steven Margonoto, Gus Ipul, Soedomo Margonoto, dan saya.

CaK Nun dan Kiai Kanjeng on Stage. *

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda