''Pantai Batu'' Pidakan Citarasa Dunia, Rasa Desa

Gapura ucapan selamat datang di Pantai Pidakan-Pacitan-Jawa TIMUR. (Foto: Roso Daras/CoWasJP)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Roso Daras

-----------------------------

APLIKASI penunjuk jalan pintar bernama Waze, menunjukkan angka 129 km dengan waktu tempuh kurang dari tiga jam. Itulah jarak-dan-waktu-tempuh antara Yogyakarta ke objek wisata Pantai Pidakan, Pacitan – Jawa Timur. Tidak jauh, tidak bisa juga dibilang dekat. Tetapi rasa penasaran atas objek pantai yang unik itu, sungguh telah memperpendek jarak.

Jalanan Yogyakarta, sudah terkenal di seluruh dunia, sangat mulus, termasuk yang mengarah ke Wonosari – Gunungkidul. Itu rute yang harus saya tempuh untuk menuju Pacitan. Memasuki daerah Pracimantoro-Wonogiri, barulah terasa Jawa Tengah-nya. Jalan bergelombang, rusak, dan tak terurus. Beruntung, ruas itu tidak teralu panjang. Bentang jalan mulus kembali terhampar begitu memasuki rute Jalan Lingkar Selatan (JLS).

Ya, ini jalan baru yang membujur di selatan pulau Jawa. Jalan ini pun akhirnya mengantar ke gerbang kota Pacitan. Sepanjang perjalanan, khususnya memasuki wilayah kekuasaan Pacitan, sudah terasa aroma keindahan alam. Jalan berbukit dan berbelok-belok, dengan pemandangan indah di kiri-kanan, sungguh menyegarkan mata manusia yang sehari-hari hidup di kota-beton macam Jakarta.

JALAN-PIDAKAN-1ZIrcz.jpg

Indah dan sejuk cuaca menuju jalan ke Pantai Pidakan (Foto: Roso Daras/CoWasJP)

Melewati tengah kota, petunjuk Wase mengarahkan ke selatan, sekitar 26 km. Nah, jalan sepajang 26 itu, sungguh indah. Sesekali membelah bukit karst. Di ruas yang lain, bersisi bukit karst di kiri, dan jurang terjal di kanan, atau sebaliknya. Sepanjang perjalanan, rerimbunan pohon yang hijau karena kemarau-basah, adalah pemandangan yang memanjakan mata. 

JALAN-PIDAKANquVML.jpg

Kesejukan udara dengan tumbuhan di sisi kiri kanan jalan menuju Pantai Pidakan. Foto: Roso Daras/CoWasJP)

Atas keindahan alam sepanjang perjalanan tadi, tak jarang, sekali-dua, saya harus menghentikan kendaraan di tepi jalan yang lapang. Bukan untuk istirahat tetapi sekadar bisa menikmati keindahan alam tanpa harus berbagi konsentrasi dengan kesibukan memutar-mutar kemudi. Keindahan jalan raya juga tidak terganggu sama sekali oleh bentang kabel listrik. Tiang lampu penerang jalan, berdiri pada interval jarak sekitar 1 kilometer. Nirkael. Karena tampak ada papan solar-sel di atas.

jalan-pidakan-2gAW.jpg

Jalan mulus dan berkelok sebelum menuju pantai Pidakan-Pacitan. (Foto: Roso Daras/CoWasJP)

Kesimpulannya, lampu penerang jalan lingkar selatan itu menggunakan tenaga surya.

Jarak 26 km itu pun menjadi tidak terasa... ketika tampak gapura sebagai gerbang masuk kawasan wisata Pantai Pidakan, tampak di depan mata. Ia ada di kanan jalan, dari arah kota Pacitan. Ada dua gapura sejenis. Sebelah timur untuk pintu masuk, dan sebelah barat untuk pintu keluar. 

Layak saja dibuat dua pintu. Sebab, jalan masuk menuju Pantai Pidakan, memang sempit. Ruas jalan beraspal dan berbatu kasar itu, berundak-undak. Cukup untuk satu mobil saja. Dua pemuda desa penjaga portal, telah menanti pengunjung. Sejenak menengok isi mobil, menghitung jumlah manusia di dalamnya, kemudian menyebutkan retribusi yang harus dibayar, disertai pesan, “Nanti keluarnya lewat lurus ya... jangan lewat sini, sebab kalau berpapasan sesama mobil, tidak bisa.” 

Tertera di tiket berporporasi itu, angka Rp 2.500 untuk pengunjung dewasa (termasuk premi Rp 500 untuk asuransi Bumiputera), dan Rp 3.000 untuk tiket parkir mobil, berdasar Perdes (Peraturan Desa No 02 Tahun 2014). Amboi... murah nian.... Anda akan setuju reribusi itu sangat-sangat murah, demi melihat panorama “Pantai Batu” Pidakan, yang terletak di Desa Jetak, Kecamatan Tulakan itu.

karcis-pidakan-1rI2o9.jpg

Tiket masuk ke Pantai Pidakan. (Foto: Roso Daras/CoWasJP)

Keindahan pantai memang relatif... tetapi, dari standar keindahan paling tinggi sekalipun, niscaya “Pantai Batu” Pidakan memenuhi kriteria itu. Lebih dari itu, bukan sekadar indah. “Pantai Batu” Pidakan ini sangat unik. Nah, kriteria “unik” ini lebih spesifik. Dengan kata lain, bisa jadi semua pantai di Jawa Selatan indah, tetapi bisa saya pastikan, tidak semua pantai indah itu unik. Itu poinnya.

Jika pantai umumnya berhampar pasir, tidak demikian dengan Pidakan. Pantai ini berhampar bebatuan. Batu-batu yang umumnya berwarna putih bersih ini, rata-rata seukuran kepalan tangan. Yaaa... bisa tangan anak kecil, bisa kepalan orang dewasa, bisa juga kepalan manusia raksasa. Tergambar kan?

BAtu-putih-rosovxgy.jpg

Hampar Bebatuan putih merupakan ciri khas Pantai Pidakan. (Foto: Roso Daras/CoWasJP)

Ada yang berdiameter 3 cm, 4 cm, 5 cm... dengan bentuk yang juga beragam, bulat, lonjong, lonjong telur, oval, pipih, bertekstur halus, kasar... tidak sedikit bongkah batu karang bercampur di antara bebatuan itu.

Mungkin Anda memiliki referensi lain, ihwal keunikan pantai berhampar bebatuan seperti Pidakan. Jika sekadar membandingkan, saya harus menyebut pantai di Ende, Flores sebagai pembandingnya.

Bedanya, pantai berbatu di Ende, membentang lurus. Bebatuan di sana terhampar di atas pasir hitam, dan tidak berbatas karang. Sedangkan, hamparan bebatuan di Pidakan, selain hanya beruas pendek, pada bentang sekitar 500-an meter, juga disusul dasar pantai yang terdiri atas bebatuan karang halus.

Karang-karang itu membentuk kotakan-kotakan, persis seperti petak-petak budidaya ikan di tepi pantai. Batu karang berlumut, sangat bersahabat untuk sekadar berendam. Air yang dangkal, menjadikan orang tua tidak perlu khawatir buah-hatinya bermain-main di dalamnya. Sebab, ombak besar pantai selatan, sudah pecah jauh di selatan sana, di antara gundukan karang-karang berukuran besar.

ombak-pidakanmYi8o.jpg

Pantai Pidakan terkenal dengan ombaknya yang jinak dan bersahabat. (Foto: Roso Daras/CoWasJP)

Karenanya, air laut yang menyentuh bibir pantai, sangat jinak dengan debit yang seadanya.

Pasir putih yang ada di dasar bebatuan Panti Batu Pidakan, juga menjadi pembeda nyata dengan pantai berbatu yang ada di Ende, Flores. Sedangkan, dasar batu karang yang ada di bibir pantai Pidakan, juga berbeda dengan yang ada di Pantai Krakal, Yogyakarta.

Ciri dasar karang yang ada di Pantai Krakal, indah dilihat, tetapi tidak nyaman dipijak. Sebab, karang-karang di Pantai Krakal, ada kalanya sangat tajam, dan bisa melukai telapak kaki. Sedangkan dasar karang yang ada di Pidakan, relatif halus. Beberapa di antaranya memang licin karena lumut laut. 

Demi menjaga keasrian dan kelestarian pantai Pidakan, Perdes No 02 tahun 2014 tadi, juga mengatur tentang larangan pengunjung mengambil batu-batu yang ada di sepanjang pantai. Selain, larangan berenang dan membuang sampah sembarangan.

karcis-gandeng-rosoqTtEp.jpg

Tiket parkir mobil (foto kanan) dan salah seorang wisatawan asal Jakarta saat menikmati keindahan Pantai Pidakan-Pacitan. (Foto: Roso Daras/CoWasJP)

Bagaimana dengan fasilitas rekreasi yang ada di Pidakan? Areal parkir cukup luas untuk ukuran desa, tetapi sangat kecil untuk ukuran destinasi nasional apalagi internasional. Manajemen desa yang mengatur pantai, barangkali membuat objek wisata Pidakan masih sepi dari jamahan investor kakap. Karenanya, jangan berharap menemukan restoran besar, maupun sarana dan prasarana penunjang lain seperti Anda saksikan di Parangtritis, Yogya, misalnya. 

Meski begitu, tegas bisa dinyatakan, bahwa Pantai Batu Pidakan, memiliki citarasa internasional. Karenanya, sangat disayangkan jika pengelolaan bercitarasa desa. ***

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda