H-9 Kongres FIFA ke-66, Apa yang Dilakukan?

Foto dan ilustrasi CoWasJP.com

COWASJP.COMDI tengah gelora Turnamen Hebat Indonesia Soccer Championship (ISC) A dan ISC B, para pecinta sepakbola Indonesia menunggu apa yang dilakukan Pemerintah RI menanggapi surat FIFA 26 April 2016.

iscSvl7I.jpg

Foto: berita6

Surat FIFA tertanggal 26 April 2016 itu ditandatangani Acting Sekjen FIFA Markus Kattner ditujukan kepada Mensesneg Pratikno. FIFA mengingatkan kepada Pemerintah RI untuk segera menyabut SK Pembekuan PSSI. Ini syarat utama yang diminta FIFA untuk menyabut sanksinya kepada sepakbola Indonesia.

Yang ditunggu-tunggu adalah langkah cepat Pemerintah RI:

1. Menyabut SK Menpora nomor 01307 tertanggal 17 April 2015 tentang pembekuan PSSI. 

2. KLB (Kongres Luar Biasa) PSSI baru dilakukan kemudian. Karena KLB adalah domain PSSI, AFC, dan FIFA. 

Kalau sampai Kongres FIFA ke-66 di Mexico City, 12-13 Mei 2016, Pemerintah RI belum juga menyabut SK Pembekuan tersebut, maka sanksi FIFA terhadap sepakbola Indonesia yang semula berupa Keputusan Exco FIFA naik menjadi Keputusan Kongres FIFA. 

fifaduajuraiU2iw.jpg

Foto: duajurai

Berarti, FIFA baru bisa mencabut sanksinya terhadap Indonesia dalam Kongres FIFA ke-67 di Kuala Lumpur, 11-12 Mei 2017 mendatang.

Sekarang memasuki 3 Mei 2016. Tinggal 9 hari lagi. Kalau sampai  9 Mei 2016, Pemerintah RI belum juga menyabut SK pembekuannya, ya wassalam.

Sudahlah, pemerintah blak-blakan saja. Jangan beretorika bertele-tele. Yang tatakelola-lah, transparansi-lah, legalitas klub-lah dan sebagainya. Pemerintah harus jujur kepada rakyatnya, apa sih kemauan pemerintah? Yang terdengar hanya rumors santer. Pemerintah tidak ingin pengusaha nasional Nirwan Dermawan Bakrie dan Ir La Nyalla Mahmud Mattalitti berada di PSSI lagi. Inilah tujuan paling utamanya. 

Dari sini saja, wong cilik bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya Pemerintah pun tidak transparan kepada rakyat tentang apa sih sejatinya yang dikehendaki di balik pembekuan PSSI?

Yang pasti, SK Pembekuan diturunkan 17 April 2015, 1 hari sebelum La Nyalla dinyatakan menang dalam pemilihan Ketua Umum PSSI pada 18 April 2015. Intinya: Pemerintah tidak menghendaki La Nyalla Mahmud Mattalitti menjadi Ketua Umum PSSI.

kantor-pSSIdok-timesindonesiaVPyH.jpg

Suasana kantor PSSI di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. (Foto: Dok. TIMES Indonesia)

Tapi kemudian tindak lanjutnya bertele-tele. Sampai datang Surat FIFA kepada Mensesneg 26 April 2016 itu pun belum ada langkah pasti dan tegas. Kalau cara menggulingkan Rezim Nirwan Dermawan Bakrie seperti ini, lewat pendekatan kekuasaan dan represif, maka semua rangkaian kejadian ini bisa menjadi preseden buruk untuk masa mendatang dan generasi mendatang. 

Pengurus Pusat Cabor (cabang olahraga) lain yang sekarang aman-aman saja, harus hati-hati. PT Gelora Trisula Semesta (GTS) pun sudah diancam oleh Menpora. Kalau sampai penyelenggaraan ISC A dan ISC B melenceng, izin penyelenggaraan akan dicabut! 

Kalau sampai terjadi kesalahan, kemudian izin dicabut, maka yang paling menderita adalah manajemen klub, ofisial tim, para pemain, dan seluruh aparat klub. Kalau per klub ISC bermuatan 30 personal (termasuk ofisial, pemilik, pengurus PT-nya), maka yang menderita: 

18 klub ISC A = 30 x 18 = 540 orang

52 klub ISC B = 30 x 52 = 1.560 orang

TOTAL  2.100 orang. 

Ini belum termasuk jutaan para suporter fanatiknya. Social cost-nya terlalu besar. Dikhawatirkan akan muncul gejolak sosial yang tak disangka-sangka.

****

Kini siapa pun yang menjadi Pengurus PSSI dan Operatior Liga akan terancam setiap saat. Tidak ada ampun, karena sentuhan dan tindakan persuasifnya nol. Hal inilah yang tak disadari pemerintah.

Warna represifnya sangat menonjol. Di mana sentuhan persuasif dan dialognya. Bertatap muka langsung dengan pihak yang tak dikehendaki, kemudian dialog menyampaikan argumen utamanya. Membeberkan target luhurnya. Andaikata dialog dan pendekatan intensif dilakukan sebelum KLB PSSI di Surabaya 18 April 2015 lalu, derita sepakbola Indonesia tidak separah ini. Rasanya seperti diamputasi.

Kita sambut hangat bergulirnya ISC A dan ISC B. Alhamdulillah. Tapi, kalau sampai sanksi FIFA berkepanjangan sampai Mei 2017, kita sulit memprediksi apa yang akan terjadi selama Mei 2016 – Me 2017. Sebab, reformasi sepakbola adalah kehendak seluruh rakyat Indonesia.

Kata kuncinya: bagaimana menggalang kehendak seluruh rakyat Indonesia ini dengan sebaik-baiknya. Membangun sepakbola yang maju, fair, sportif, transparan, gigih dan sistematis dalam pembinaan usia dini, dan berprestasi di Asia. 

Tak hanya mengaum dari satu kalangan.  Kini muncul stigma anyar. Siapa saja yang tidak masuk kelompok anti La Nyalla Mahmud Mattalitti dan Nirwan Dermawan Bakrie divonis bersalah dan berdosa besar. Tanpa ampun, langsung delete.

Rasulullah Muhammad SAW dahulu tak punya kawan seiman. Merevolusi keyakinan manusia dari penyembah berhala menjadi penyembah Allah. Tanpa kekerasan. Penuh kasih sayang.

Hasilnya: revolusi dahsyat dan sukses besar sampai sekarang. Sebaiknya, Indonesia pun merevolusi sepakbolanya dengan cara yang mendekati tuntunan Rasul. Apalagi komunitas dan kalangan elite sepakbola Indonesia ya di sekitar beliau-beliau juga. Inilah doa wong cilik kepada Pemerintah RI saat ini. Amin YRA.**

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda