Catatan dari Tanah Suci 1

Senyum Ketika Memijat Isteri di Jabal Nur

Ketika penulis berada di depan Gua Hira dan antri mau masuk gua.

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Imam Kusnin Ahmad

-------------------------------------------

SUDAH menjadi cita-cita sejak lama bila bisa berangkat Haji atau Umrah, kami ingin ziarah ke tempat-tempat bersejarah perjalanan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Khususnya Gua Hira’.

Alhamdulillah, waktu berangkat  ihram tahun lalu, kami bisa ziarah ke  Gua Hira di Jabal Nur (Gunung Cahaya, red). Tepatnya dua hari sebelum pelaksanaan wukuf di Arofah. Yakni tempat  di mana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu kali pertama. 

Tidak semua orang  yang berangkat haji dan umrah berkemampuan  mengunjungi lokasi yang sangat legendaris itu. Ada 10 orang dari 41 jamaah yang ikut mendaki, termasuk isteriku. Memang perlu perjuangan  keras untuk bisa sampai ke mulut Gua Hira’. Lokasinya di Jabal Nur di ketinggian sekitar 200 meter.

Dari Masjidil Haram menuju Jabal Nur sekitar 6 Km. Lalu naik setinggi 200 meter ke puncak gunung lewat jalan stapak. Di lokasi itu terdapat sejumlah gunung, batu bukit dan jurang. Sekitar 5 meter dari puncak gunung, terdapat sebuah lubang kecil. Itulah yang disebut Gua Hira. Di tempat itu dulu Nabi Muhammad SAW menerima wahyu kali pertama.

Letak Gua Hira di belakang dua batu raksasa yang sangat dalam dan sempit. Panjang gua tersebut sekitar 3 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter, dengan ketinggian sekitar 2 meter atau setinggi orang berdiri. Dengan luas seperti itu, gua ini hanya cukup digunakan untuk shalat dua orang. Di bagian kanan gua terdapat teras dari batu yang hanya cukup digunakan untuk shalat dalam keadaan duduk.

Di dalam terdapat lubang kecil yang dapat dipergunakan untuk memandang kawasan bukit dan gunung arah Makkah. Dari lubang itu kita juga bisa melihat dari kejauhan Menara Mecca Clock (Jam Mekkah). Di bawah jam itulah pusat kiblat umat Islam, yakni ka’batulloh.

Untuk menuju puncak gunung, rata-rata memerlukan waktu 1 jam. Karena  medannya cukup sulit, tidak ada tangga, para peziarah harus mendaki melewati batu-batu terjal. Jalan bertangga hanya ditemukan setelah tiga perempat perjalanan. Namun menjelang puncak gunung, medannya sedikit ringan, peziarah bisa mendaki dengan santai. 

PEDAGANG ASONGAN ASAL INDONESIA

Di puncak gunung 5 meter sebelum  Gua Hira’ terhampar lokasi lumayan lebar. Tempat ini bisa dijadikan untuk melepas lelah sekaligus untuk shalat pas waktu tiba. Kalau ingin ngopi atau ngeteh juga bisa. Karena meski di atas gunung, ada orang berjualan. Dan, yang jualan orang Indonesia!

Untuk bisa sampai ke gua, sari lokasi tersebut harus jalan menurun ke lokasi sekitar 5 meter. Tiba di depan pintu gua, terdapat tulisan Arab ‘Ghor Hira’ dengan cat warna merah. Di atas tulisan itu terdapat tulisan dua ayat pertama Surat Al-Alaq dengan cat warna hijau. Gua Hira terletak persis di samping kiri tulisan tersebut.

Jabal Nur dan Gua Hira ini sangat penting dalam sejarah Islam, karena di gua inilah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu kali pertama. Yaitu surat Al'Alaq dari ayat 1 sampai 5. Wahyu turun pada  Senin 17 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Agustus 610 Masehi, melalui Malaikat Jibril.

“Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-Alaq: 1-5).

Dengan turunnya ayat tersebut Nabi Muhammad SAW resmi dilantik sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT. Saat menerima penobatan sebagai Nabi ini, usia Rasulullah SAW 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut kalender Qamariyah.

Gua Hira merupakan tempat yang ideal di Makkah bagi Nabi Muhammad SAW untuk ber-uzlah. Suasananya tenang, jauh dari keriuhan kota Makkah kala itu. Dan tentu saja, Rasulullah SAW telah mempertimbangkan dengan matang pemilihan gua ini sebagai tempat bermunajat kepada sang Kholiq.
Beliau juga telah memperbincangkan tempat ini dengan isteri tercintanya, Khadijah binti Khuwailid.

Oleh sebab itu, terkadang di malam yang pekat, Khadijah beberapa kali mengunjungi  Nabi Muhammad SAW. Dapat dibayangkan bagaimana beratnya medan yang ditempuh Khadijah Al-Kubra saat itu. Karena ke setiaannya kepada Nabi Muhammad itulah Siti Khodijah masuk salah satu 10 manusia yang dijamin masuk surga.

di-gua-hiraTCxw.jpg

Foto: CoWasjp.com

Bagi sebagian kaum Muslimin, perjalanan ibadah haji dan umroh bukan sekadar menyempurnakan prosesi atau ritual sebagaimana diwajibkan atau disunnahkan syariat, tapi juga sebuah wisata religi. Salah satunya adalah dengan melakukan ziarah. Dan salah satu tempat ziarah yang paling diburu para jamaah haji atau mereka yang berumrah adalah Gua Hira’ ini.

DI ADA PENJUAL HP DAN AKIK

Saat itu kami berangkat dari pondokan di Bakhutmah sekitar jam 03.15 waktu Arab Saudi. Tiba di atas Jabal Nur menjelang subuh. Meski malam tidak usah takut, karena banyak orang lalu lalung naik dan turun. Selain itu di lokasi tersebut banyak pedagang asongan yang menjual minuman dan makanan ringan. Juga ada penjual handphone (HP) dan batu akik. 

Selama naik ke puncak aku terus memperhatikan kondisi isteriku. Aku sangat bersyukur...ternyata luar biasa kemauan isteriku untuk bisa ziarah ke Gua Hira’. Meski berat terasa ringan. Sampai-sampai pembibing hajiku bilang. ”Pak, Bu Kusnin hebat tenaganya. Dia satu-satunya wanita di rombongan ini yang kuat naik  sampai ke Gua Hira,’’ kata Moh. Lutfi pembimbing kami.

Memang dari 10 orang yang naik, hanya istriku satu-satunyawanita yang ikut..dan alhamdulillah kuat hingga ke Gua Hira. Ketika itu sebenarnya justru kami yang pesimis untuk bisa mencapai puncak. Ini karena kaki kami yang bekas patah karena kecelakaan lalu lintas belum fit 100 persen. Namun, setelah melihat semangat isteri, kami justru lupa dengan  kondisi itu dan secara bertahap mencapai puncak.

Setelah istirahat sekitar 20 menit, tibalah waktu shubuh. Maka kami dan rombongan salat subuh berjamaah. Setelah istighotsah bersama berjalan menuju Gua Hira’. Karena ramainya jamaah yang akan masuk, kami harus rela berdesak-desakan. Kita harus menjalin kerjasama dengan jamaah lain untuk saling menjaga. Artinya mengatur sendiri mana yang  bisa masuk duluan dan mana yang belakangan.

Alhamdulillah. Setelah menunggu hampir 10 menit giliranku masuk, tapi tertunda karena di dalam masih gua ada dua orang Iran yang sedang shalat sunat. Cuma agak aneh. Shalatnya tidak persis menghadap kiblat, tapi menghadap arah lain. Sebab, arah kiblat itu sesuai dengan arah lubang kecil di gua. Namun, dua orang itu menghadap ke sampingnya. Dengan bahasa sekenanya aku ingatkan dua orang itu sambil bilang kiblat-kiblat, seraya jari telunjukku menuding lubang kecil pengarah kiblat. “ Afwan..afwan,’’ katanya ketika itu.

Ya mungkin sudah hekendak Allah SWT, kami harus menambah kesabaran. Dua orang Iran tadi didalam hampir  21 menit. Para jamaah yang antri gelisah. Selain itu rombongan lain juga terus berdatangan. Untuk jaga-jaga,sebelum orang tadi keluar, badanku separo sudah aku masukkan ke mulut gua. Agar begitu mereka selesai shalat dan doa, kami langsung masuk. 

TOLONG PIJITIN PAK

Begitu dua orang tadi selesai, tubuhku langsung masuk dan tepat di teras batu. Air mata kami tidak terasa menetes. Sama persis ketika kami melihat Masjid Nabawi, Raudhoh dan Ka’bah sebelumnya. Tanpa basa-basi kami melakukan shalat sunat dhuha dan beberapa doa. Sekitar 6 menit kami di dalam. Sebetulnya kami bisa berlama-lama, tapi mengingat masih banyak jamaah lain yang antre kami putuskan untuk segera keluar.

Isteriku tidak ikut ke dalam karena sejak awal dia memang minta di luar saja. Yang penting bisa tahu dari dekat Gua Hira’. Setelah semua anggota jamah kami bisa masuk, kami kembali turun. Kalau waktu naik kami yang selalu memperhatikan istri. Ganti ketika turun dia yang selalu memperhatikan kondisi kami. Sampai di etape kedua dari tikungan ada pagar peristirahatan. Isteri minta berhenti. “Pak tolong pijitin badan ini,’’ kata isteriku manja.

penulis-ditengah-jemaah-lainnyauo9eA.jpg

Foto: CoWasjp.com

Aku langsung memijitnya dengan sedikit bergurau. Bersamaan itu ada rombongan jamaah dari Turki dan India. Pasangan suami isteri dari rombongan India, iri melihat kami memijiti isteri. Terbukti mereka melihat kami sambil senyum. Isterinya memukul manja badan suaminya. “Kae lo dik. Iri melihat kita pijit-pijitan,’’ kataku pada isteri. “ Iya Pak kelihatannya. Ayo berangkat,’’ jawab isteriku.
Akhirnya akupun  melanjutkan turun. Waktu untuk turun relatif lebih cepat.

“Alhamdulillahirobbilalamiin.’’.

Taxi yang mengantar kami sudah mengajak untuk kembali. Kami kembali ke pemondokan di Bakhutmah. Berbagai pertanyaan dilontarkan jamaah yang tidak ikut. Mereka cukup puas dengan cerita kami. Karena selain cerita, kami juga menunjukkan foto dan video hasil suntingan temanku. Doaku Yaa Alloh..semoga kami bisa berangkat lagi dengan teman-teman seperjuanganku selama ini. Aamiiin. ***

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda