Antara Senang dan Senep

Salah satu cabor unggulan KONI Kabupaten Mojokerto. (foto: cowasjp.com)

COWASJP.COM – style="text-align:center">O L E H: Sukardi

------------------------

JAJARAN pengurus KONI Kabupaten Mojokerto tahun ini bisa bernapas lega, setelah beberapa tahun harus  prihatin panjang. Masalahnya, otoritas tertinggi olahraga di Kabupaten Mojokerto tahun ini memperoleh asupan dana yang cukup besar dari APBD setempat. Bahkan terbesar sepanjang sejarah, yakni sebesar Rp 3 miliar. Dengan demikian, dana hibah yang dikelola KONI Kabupaten Mojokerto tahun ini paling besar jika dibanding dengan dua daerah tetangga, Kota Mojokerto dan Kabupaten Jombang.

Besaran dana yang diperoleh KONI setempat melalui APBD itu  memang tidak bisa lepas dari perjuangan jajaran pengurus KONI setempat. Selain itu meningkatnya kepedulian dari pemda setempat terhadap pembinaan olahraga di daerahnya.

Hal ini bisa dimaklumi, karena belakangan ini prestasi olahraga di Kabupaten Mojokerto mengalami penurunan yang sangat tragis dibanding tahun-tahun lalu. Hal ini terlihat pada prestasi Porprov Jatim IV di Banyuwangi 2015.

Kalau sebelumnya prestasi Kabupaten Mojokerto menempati ranking ke 11 dari 38 daerah di Jatim, namun pada Porprov di Banyuwangi lalu berada pada posisi 23.

Kondisi ini terjadi karena  beberapa cabor unggulan gagal meraih medali akibat lemahnya pembinaan karena minimnya anggaran yang diterima KONI setempat. Selain itu masih terbatasnya sarana dan prasarana untuk kegiatan dan pembinaan olahraga di daerah setempat.

ILUSTRASI-TAKRAW3h8R.jpg

Pemain sepak takraw saat berlatih. (foto dan ilustrasi: cowasjp.com)

Karena itu, dengan besarnya dana untuk pembinaan olahraga yang diberikan pemda setempat tahun ini  merupakan tantangan yang tidak ringan bagi jajaran KONI setempat untuk membangkitkan prestasi cabang olahraga yang menjadi binaannya.  Selain Itu dengan penggelontoran dana yang cukup besar itu,  maka tidak ada lagi alasan kekurangan dana untuk pembinaan olahraga ke depan dan tentunya harus bisa menunjukkan perbaikan prestasi.

Oleh karenanya, penambahan anggaran yang besar untuk pembinaan olahraga itu, menurut Ketua Umum KONI setempat, Firman Efendi, selain mengaku senang juga senep (sakit perut, red). Senang karena bisa leluasa dan mencukupi kebutuhan cabor dan seneb kalau gagal meningkatkan  prestasi.

Masalahnya,  beban yang harus ditanggung yakni mengembalikan prestasi pada sejumlah cabang olahraga unggulan untuk meraih prestasi. Dan targetnya, pada Porprov 2017 nanti  kontingen Kabupaten Mojokerto harus mampu menunjukkan prestasi yang lebih baik dan mampu kembali minimal menempati ranking ke 11 se Jatim.  

Untuk dapat menjawab tantangan tersebut, tentunya mulai sekarang harus melakukan gerak cepat dan langsung melaksanakan pembinaan secara intensif terhadap 29 cabang olahraga yang menjadi binaannya. Terutama cabang olahraga yang menjadi unggulan dan ditargetkan mampu meraih medali Bravo KONI Kabupaten Mojokerto. ***

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda