Tambah Akeh Konco Matek (1)

Penulis Arif Afandi (kiri) ketika menghadiri acara reuni CoWasJP, Minggu (31/01/2016). (Foto: CoWasJP.com)

COWASJP.COM – ockquote>

O l E h: Arif Afandi

--------------------------

MATI atau dalam bahasa Suroboyoan disebut matek, memang tidak mengenal usia. Namun, kematian banyak kawan bisa menjadi indikator usia kita. Semakin banyak teman kita yang meninggal, itu menunjukkan bahwa usia kita sudah semakin tua. 

Nggak percaya? Ini yang sekarang sedang saya alami. Dalam waktu dua minggu terakhir, sms, wall FB, twitter, dan whatsapps penuh dengan berita duka. Datangnya dari mana-mana. Mulai kabar dari luar kota. Juga kabar dari tetangga. Pun kabar kematian kawan: Kawan jauh. Juga kawan dekat.

Belum lama dikagetkan kabar meninggalnya Joko Susilo, mantan Dubes RI di Swiss, baru saja dikagetkan kematian Luluk Ekawati. Keduanya teman kerja saat di Jawa Pos. Joko wartawan luar negeri, Luluk sekretaris redaksi. Keduanya meninggal di usia 50-an. Masih muda!.

Kematian kedua konco dewek ini menambah daftar panjang teman kerja yang sudah menghadap Ilahi. Wartawan Jawa Pos yang mati muda antara lain Wahyudi, Mohamad Elman, Wing Wiryanto, Dyah, Kanzul Fikri, M Siradj, Nadzim Zuhdi, dan Anas Sadaruan.

Ada juga bukan wartawan tapi kerja di redaksi yang mati muda. Misalnya, Eko Prayogo. Dia adalah karyawan pra cetak yang kerjanya juga tidak kalah kerasnya dengan kerja seorang wartawan. Dalam hitungan perkumpulan Cowas JP (Konco Lawas JP), sudah 45 karyawan JP meninggal sejak koran itu diambil alih Tempo tahun 1982. (To be continue)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda